Kamis, 07 Maret 2013

The Great Hunter

Pada suatu siang, aku, sang Hunter berpengalaman yang suka bertualang, sedang makan siang di sebuah warung soto di depan sebuah SMA, masih di kota Jogja. Sekedar mengisi perut, juga sekalian mengintai mangsa, siapa tahu ada yang dapat dipetik. Ketika aku selesai makan, terdengar bel sekolah berbunyi, pertanda jam belajar di SMA itu sudah berakhir. Tak lama, mulai banyak siswa-siswi sekolah itu yang keluar dari gerbang.

“Cewek-cewek sini cantik-cantik ya,” kata seorang tukang becak kepada dua orang rekannya yang kebetulan juga sedang makan di warung itu.

“Iya, aku sering nganter mereka pulang.
Wah, ayu-ayu tenan. Montok-montok!” salah satu temannya menimpali.

“Wah, aku jadi pengin ngerasain mereka.” kata satu lagi tukang becak yang memakai topi.

“Hush! Jangan gitu. Mereka itu orang baik-baik, kok dibayangin kayak gitu.” kata tukang becak kedua.

“Siapa bilang baik-baik, mas…” kata bapak pemilik warung itu ikut nimbrung. Aku hanya duduk sambil mencuri dengar, pura-pura tidak tertarik. “Ada tukang becak temen kalian yang cerita sama saya, kalo dia pernah nganterin sepasang siswa siswi disini ke hotel dekat sini! Ngapain lagi sekolah disini ke hotel kalo tidak ngentot!”

Ketiga tukang becak tadi manggut-manggut mendengarnya.

“Parahnya lagi, gurunya juga ada yang kayak gitu lho!
Padahal pake jilbab. Jangankan cuma di hotel, lha itu kejadiannya disini. Ngentot di warung ini!” tambah pemilik warung.

“Wah, bohong kalo itu… Gak mungkin!!” kata tukang becak itu tidak percaya.

“Wee… kok nggak percaya toh, mas? Pas itu sore, mau maghrib, sekitar dua bulan yang lalu, kan warungnya sudah saya tutup, trus saya udah di rumah. Nah, pas itu saya mau ambil uang hasil warung yang ketinggalan disini, lha pas saya intip kok saya lihat di dalem sudah ada orang ngentot!
Ternyata dua-duanya guru disini. Lha wong saya sudah hapal guru disini kok!” kata pak pemilik warung itu. “Nah!! Tuh, yang cewek keluar tuh… Yang suka ngentot!” dia menunjuk ke sebuah sosok wanita berjilbab yang baru keluar dari gerbang.
Aku turut memalingkan wajahku, melihat seorang ibu guru muda yang berwajah cantik, nampak santun dengan jilbab dan baju seragam batik dan rok panjang biru tua. Tubuhnya sekal dan pantatnya montok.
“Wah, kalo itu saya tahu. Dia itu bu Asmi, guru disini! Rumahnya di perumahan Surya Indah! Saya sering nganterin dia pulang! Wah, jadi dia binal juga toh! Tapi ya pantes, suaminya kan pelaut, jarang pulang.” kata pak becak yang pakai topi.

Pikiranku segera mengalahkan suara percakapan seru di warung itu. Aku segera mendapatkan sebuah ide untuk menikmati tubuh seorang guru berjilbab yang ternyata binal. Segera aku membayar makanku ketika melihat sang ibu guru berjilbab beranjak pergi bersama seorang temannya sesama guru. Aku segera tancap gas mengikuti ibu guru cantik itu.
***
Dua pekan lebih setelah percakapan di warung itu, semua persiapan sudah matang. Aku sudah tahu kapan dia di rumah dan situasi rumahnya. Aku juga tahu hari apa saja pembantunya pergi keluar rumah. Lingkungannya yang sepi juga sudah kupastikan. Aku berencana akan mendapatkan kenikmatan jepitan memek guru muda cantik berjilbab itu dengan memerasnya, berpura-pura memiliki foto dari aibnya ketika melakukan hubungan badan dengan rekan gurunya di warung soto. Nama rekan gurunya adalah Pak Roy, guru olah raga yang konon playboy.
Hari itu hari rabu sore, aku datang ke rumahnya. Saat itu aku tahu adik perempuannya yang sekarang tinggal bersamanya biasanya pergi pengajian ke kompleks rumahnya, dan ibu Asmi yang montok berjilbab itu pulang pagi karena tidak ada jadwal mengajar. Aku memperkirakan tidak begitu sulit menikmati tubuh sang guru berjlbab semok ini karena memang sudah ada dasarnya kalau dia ini jarang dilayani kehidupan seksnya oleh suaminya yang pelaut.
Kupencet bel dua kali, baru terdengar jawaban dari dalam. Bu Asmi sendiri yang membukakan pintu, memakai jilbab hijau muda panjang menutupi dada, dan daster putih bermotif bunga-bunga batik.
“Permisi, bu, saya Anto (tentu saja aku menyamarkan nama asliku). Ada perlu sebentar dengan bu Asmi.” kataku mantap. “Boleh saya masuk?”

Dia dengan sedikit bingung mempersilahkan aku masuk, dan duduk di sofa ruang tamu. “Ada perlu apa, yah?” tanya bu Asmi.
Pikiranku tidak langsung bisa merespon karena melihat tubuhnya yang sintal ada di depanku. Pahanya dan pantat wanita muda berjilbab semok itu samar-samar terlihat montok, ketika dia tadi berjalan ke dalam rumah di depanku, karena dasternya yang tipis.

“Begini, bu… ini masalah pak Roy dan ibu…” kataku to the point. (gimana nggak, lha aku sudah horny berat).

Ibu guru yang cantik dan berjilbab itu langsung gelagapan.
“A-ada apa ya, dengan pak Roy?” tanyanya. Jelas berpura-pura.

“Begini, bu, saya punya gambar yang menampilkan ibu dan pak Roy, itu lho… yang ada di warung soto. Nah, saya bingung, mau saya serahkan ke istrinya pak Roy, eh, pak Roy belum punya istri. Mau saya serahkan ke suami ibu, suami ibu ada di luar negeri. Makanya saya kesini mau minta alamat surat suaminya ibu, agar bisa saya kirimi gambar ibu dan pak Roy.”

Bu Asmi yang cantik itu terperanjat mendengar kata-kataku (yang kulebih-lebihkan karena memang aku tidak punya gambar-gambarnya).
Dia langsung salah tingkah dan bingung. “Jangan! Jangan, pak. Jangan berikan ke suami saya. Waktu itu kami berdua khilaf…!!” kata bu Asmi. Suaranya gemetar. Terlihat matanya mulai berkaca-kaca, membuatku jadi semakin horny.

“Wah, gimana ya, bu? Saya kan ingin jadi warga negara yang baik, atau gini aja…” kataku memancing.

“Apa saja, mas, saya berikan... Asal jangan serahkan gambar-gambar itu!” bu Asmi mengiba.

“Ohh, gitu ya. Hmm, gimana ya… uang, saya sudah punya banyak.
Kendaraan, saya juga punya.” kataku pura-pura berfikir.

“Apa aja, pak! Maafkan saya, pak!” kata bu Asmi. Air mata mulai mengalir di pipi wanita alim berjilbab lebar itu.

“Hmmmm…” aku pura-pura berpikir lagi. “Ah, iya!!” kataku seolah me
ndapat ide. Segera aku meraih tangan halus wanita alim berjilbab itu yang duduk tidak jauh dariku, dan aku tarik dia untuk duduk tepat di sisiku.
Ibu guru alim ini berontak tapi tak mampu memberi perlawanan yang berarti melawan tenagaku yang kuat serta gertakan dan bentakan dariku. “Gini aja, Ibu juga harus muasin saya, bikin saya ngecrot dengan tangan ibu!!” kataku sambil menaruh tangan halus wanita montok berjilbab itu tepat di kontolku diluar celana jeans, lalu kugerakkan naik turun mengelus batang kemaluanku yang sudah tegang.

”Jangaaan…!” katanya lirih.
Aku tetap memaksanya. “Udah, nikmati saja. Kamu sudah lama ditinggal suamimu kan? Pasti kamu rindu kontol. Daripada gambarmu kusebarkan…” kataku mengancam.
Lama kelamaan, entah karena pasrah atau memang mulai terangsang, tangan halus ibu guru montok berjilbab itu mulai bergerak sendiri. Aku mendesah panjang keenakan.

“Aauuughh… coba dibuka sekalian retsleting celanaku, bu… biar lebih enak.” kataku memerintahkan bu Asmi.
Dia menuruti lalu membuka retsleting celana jeansku dan dengan lembut mengeluarkan dan mengelus-elus kontolku. Desahan terdengar dari bibir indahnya. Kerinduan wanita alim berjilbab itu akan seks mulai bangkit. Setelah kontolku terasa cukup tegak dan keras, aku raih kepalanya yang masih memakai jilbab, lalu dengan sedikit memaksa aku tekan kepalanya mendekat diatas batang kontolku. Wanita montok berjilbab ini memejamkan matanya ketika kontolku kutempelkan ke wajahnya dan kutepuk-tepukkan ke pipinya yang halus.

“Mulutnya dibuka, bu!” kataku. Batang kontolku sudah kutempel dan kugesek-gesekkan di bibirnya yang masih terkatup. Dia tidak segera mau membuka bibirnya. “Ayo, bu. Daripada gambarnya kusebarin,” kataku.
Mendengar ancamanku, perlawanannya mengendur dan pelan-pelan ia membuka bibirnya, membiarkan kontolku masuk sedikit demi sedikit ke dalam mulutnya.
“Aaaahh.. ” desahku. Terasa hangat ketika rongga mulut ibu guru berjilbab itu penuh oleh kontolku. Kupegang kepalanya yang masih terbungkus jilbab putih, lalu pelan-pelan kugerakkan kepalanya naik turun, memompa kontolku. Lama-lama ibu guru muda montok berjilbab itu tanpa dorongan dariku menggerak-gerakkan kepalanya sendiri.
“Hmmmhhh…” aku mengerang. Wanita berjilbab ini sepertinya sangat hebat dalam blow job. Selain mengulum dan memompa kontolku, kuperintahkan juga dia menjilatinya dan mengulum buah pelirku juga. Sensasi tersendiri kurasakan ketika melihat wanita cantik berjilbab ini menjilat-jilat kontolku dan mengemut-emut buah zakarku dengan wajah merah padam. Marah, malu, risih, takut, namun juga birahi, dan kerinduan akan kontol menyatu jadi satu, membuat wanita cantik berjilbab ini semakin cantik.

“Aauh.. Uuhhhh.. Uuuhhhh..” aku terus merintih menahan kenikmatan, semantara Bu Asmi sibuk dengan aktivitasnya.

“Aahhh.. Hmmhh.. Ayo, bu! Saya sudah mau keluar ini…” rintihku karena aku merasa seperti mau meledak.

Dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot kontolku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu. Kepalaku langsung terangkat ke atas, tubuhku terhempas di sandaran sofa. Tanganku kencang mencengkeram kepalanya yang masih terbungkus jilbab.
Rasanya seperti sedang melayang, wanita cantik bertubuh seksi berjilbab itu menelan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku. Bu Asmi lalu mengangkat kepalanya. Tatapan matanya liar, namun seolah hendak ia kendalikan. Segera dia menjauh dari tubuh dan kontolku yang masih berkedut-kedut, lalu meraih tissue di meja dan mengelap bibirnya yang masih ada sisa spermaku.

“Saya sudah melayanimu kan? Sekarang, tolong mas berikan gambarnya!” kata Bu Asmi. Tubuhnya masih bergetar. Nafasnya masih memburu. Aku tahu wanita cantik montok ini masih ada dalam genggaman nafsu birahi, sementara kenikmatan yang kuraih itu bukanlah kuanggap sebagai final, namun baru pemanasan.
Secepat kilat aku mendekatinya yang terkejut dan berusaha menghindar, namun terlambat, ketika tanganku kembali mencengkeram bagian beakang jilbabnya. “Bu,” kataku penuh nafsu. “Saya mau tubuh ibu!!” bisikku ditengah deru nafasku dan nafasnya yang menggebu.
Setelah wajah kami berhadapan, langsung aku menciuminya dengan kasar dan ganas penuh birahi. Dia yang awalnya menjerit-jerit akhirnya justru mendesah-desah ketika seluruh bagian wajahnya kujadikan sasaran ciuman. Bahkan sesaat kemudian wanita montok berjilbab ini membalas ciuman-ciumanku dengan tak kalah ganasnya.
Aku segera menindih tubuh sintalnya yang masih terbalut jubah panjang putih diatas sofa. Kami berpelukan dan aku kembali mencium bu Asmi, lalu melumat bibirnya sementara tanganku bergerilya melepaskan kancing jubahnya yang berada dibagian belakang satu demi satu. Setelah lepas semua, langsung kulepaskan baju itu. Bu Asmi yang sudah pasrah dan terhanyut dalam nafsu birahinya, tidak memberikan perlawanan. Justru diantara nafasnya yang memburu, ibu guru muda montok berjilbab itu sempat mengangkat tubuhnya sedikit agar memudahkanku melolosi jubahnya.
Segera saja jubah itu lepas sekalian celana dalam pink berenda yang ia pakai. Akhirnya didepanku tampak seorang ibu guru muda berjilbab bertubuh montok berbaring pasrah. Nafasnya memburu didera nafsu birahi. Tubuhnya yang sudah lama tidak disentuh lelaki tampak menggelora. Aku meraih kontolku yang sudah kembali menegang dan mengocoknya pelan.
“Aku akan segera menggenjotmu, ibu guru berjilbab yang cantik.” kataku.
Bu Asmi hanya memandangku dengan tatapannya yang marah namun bercampur birahi. Ia menggigiti bibir bawahnya seakan menahan nafsunya agar tidak terlepas. Jilbab dan BH hitam yang masih belum kulepas membuatnya semakin erotis, ditambah gerakan-gerakan tubuhnya yang seakan menahan derai gairah.
Bu Asmi merintih minta ampun ketika aku melumat telinganya dari luar jilbab yang masih ia kenakan. Tak lama, aku mengarahkan kepalaku ke bawah, yaitu ke arah payudaranya. Aku segera melepas BHnya dan mulai meremas-remas buah dadanya, sesekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang.
“Maaasshhh… Udaaaaahhh… Hheeeeghhh… Aku nggak tahaaaaan!” wanita berjilbab itu mulai meracau jalang.
Aku semakin diatas angin. Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung putingnya sambil menggigit-gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali, bu Asmi bergoyang sambil meracau makin binal. “Aaiiiihhh… Hemmmmhhh...  udah, maaasss!!“
Setelah itu kepalaku turun hingga berhadapan dengan memeknya, wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan memeknya yang sudah banjir itu. Wanita alim berjilbab bertubuh semok itu semakin kelojotan tidak karuan. Pahanya dibuka lebar-lebar sehingga memudahkan aku menjilat dan memasukkan lidahku ke dalam memeknya dan menggigit-gigit bagian daging mungilnya yang berwarna merah jambu, sehingga tubuh bu Asmi semakin mengejang hebat.

“Ssshh.. Aaahh.. Terus, maaassss… Aaaahhh… Ampuuunnn…” rintihnya.
Sekitar lima menit kusapu memeknya. Aku melepasnya setelah puas dan mulutku capek. Bibirku kembali ke atas untuk mengulum bibirnya. Tubuhku menindih tubuh sintal ibu guru muda berjilbab itu. Pahanya sudah mengangkang. Memeknya terlihat haus akan kontol. Aku membuka celanaku lalu meraih kontolku dan kugesek-gesekkan di memek nikmat ibu guru montok cantik itu.

“Aku masukkan ya, bu?!” kataku.

“I-iyah, masukin cepet! Ibu sudah nggak tahaaaaannn…” dengan terengah-engah, ibu guru muda itu menggerak-gerakkan pinggulnya, seolah tak sabar menerima kontolku.
Pelan-pelan kudorong kontolku menerobos goa miliknya yang masih sempit karena jarang sekali digunakan oleh suaminya yang jarang pulang. ”Aauuuhhh… Aahhhhhh… Enak sekali, Mas. Geli! Eaaaakk!!” wanita muda berjilbab itu meracau dan merintih jalang ketika kontolku mulai memompa memeknya yang sempit. Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat dibandingkan saat dimasukkan ke mulutnya.

Slep! Slep! Slep! kuputar-putar kontolku di dalam sambil mengikuti goyangan pantat bu Asmi. Sambil memompa, bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas-remas payudaranya dan sesekali memuntir-muntir putingnya yang mungil kemerahan.

“Uuh.. Aah.. Hmm.. Sssh.. Terus, mashh.. Mmmh..!!” desah wanita berjilbab yang menjadi binal itu sambil meremas pantatku. Kontolku terasa semakin menegang. Tak terasa sudah dua puluh menit kami bergoyang. Bu Asmi sudah beberapa kali orgasme, karena kurasakan beberapa kali memek sempitnya berdenyut keras mencengkeram kontolku. Cairan kemaluannya sudah mengalir deras membasahi sofa. Wanita berjilbab ini terlihat menggelepar-gelepar, kewalahan menghadapi stamina kudaku.

“Oooh.. Hmmh.. Aahh, aku udah nggak kuat! Udaahh, maassss... Hmmh.. Enaakkhh..” rintih bu Asmi terpejam. Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karena juga merasakan sesuatu yang akan keluar.

“Ssshh.. Aaarrgghh..” jeritnya sambil mencengkram punggungku.
“Aaahh.. Aaahh..” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.

Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang kembali keluar mengguyur kontolku di dalam memeknya. Ternyata bersamaan dengan orgasmeku, Bu Asmi sang Ibu Guru muda berjilbab bertubuh montok itu menikmati puncak orgasmenya sampai betul-betul habis. Setelah mengambil nafas beberapa saat, baru aku mencabut kontolku dan segera mengenakan kembali celanaku, membiarkan bu Asmi lemas terlentang di atas sofa.
“b-berikan... G-gambarnya..!!” kata wanita itu lirih ketika dia sudah mendapatkan sedikit tenaga. Ia sudah kembali duduk di sofa. Jubahnya belum ia kenakan, hanya ia gunakan untuk menutup tubuh bawahnya. Tubuh bagian atasnya ia tutup memakai jilbab panjangnya.

“Gambar apa?” kataku tersenyum menang.
Wanita cantik berjilbab itu kaget.

“Aku hanya tahu kalau ibu sudah pernah melakukan hubungan sama pak Roy dari informasi dari orang yang melihat ibu. Saya tidak punya gambar apa-apa tentang itu.” kataku lagi.

Sebelum bu Asmi mulai marah, aku segera mengeluarkan kartu As yang baru saja kubuat. “tapi, bu… Saya tadi berhasil merekam secara sembunyi-sembunyi kegiatan kita!”
Bu Asmi kembali kaget mendengar aku mengeluarkan kartu baru. “Jangan lagi…” bisiknya sambil menangis.

“Tidak apa-apa, bu. Saya tidak meminta banyak kok.” aku senang dengan keadaan ini. Aku sudah menang besar. “Saya hanya minta ibu tidak melaporkan kepada siapa-siapa tentang apa yang terjadi barusan, dan…” aku kembali tersenyum senang. “Jika saya kangen, saya ingin menikmati remasan memek ibu lagi.” kataku.
Bu asmi terdiam. Ia terisak.

“Bagaimana, bu?” ia beberapa saat tidak menyahut, namun kemudian dia mengangguk. Aku tersenyum. Tanpa berkata apa-apa lagi, aku pergi dari rumah sepi itu, senang karena telah mendapatkan satu lagi budak seks.
***

Pagi itu, kembali setelah beberapa pekan aku tidak menjenguknya untuk hunting cewek berjilbab lain, aku menelponnya. Sabtu ini aku ingin kembali menikmatinya, sang guru montok berjilbab yang memeknya masih sempit, bu Asmi.

“Halo,” jawab bu Asmi di telepon.

“Halo, bu Asmi sayang.
Ini aku, Iwan. Aku kangen, bu. Ntar sore pulang ngajar saya jemput, yaa..”

“…” guru montok berjilbab itu diam saja di line seberang.

“Halo, bu? Jawab donk!” kataku merayu.

“Kurang ajar kamu, apa belum puas?!” kata bu Asmi di line seberang.
Ia berbisik, tapi dari suaranya yang gemetar aku tahu dia menahan marah.
Ah, nggak peduli. Nyatanya juga dia ikut menikmatinya kemarin. “Hehehe.. udah, bu. Nikmati aja. Ntar jangan lupa bawa baju ganti ya, saya jemput sepulang sekolah.” kataku, lalu menutup telepon.
***
Akhirnya motor besarku membawa kami berdua keluar Jogja, ke kota Wonosobo di bawah pegunungan Dieng yang dingin di daerah Jawa Tengah. Waktu sudah jam 20.00 ketika aku mengetuk pintu homestay itu. Homestay yang ini sudah kukenal sejak lama. Bahkan sang bapak pemilik homestay bisa menyediakan ’teman tidur’ jika kita kesana sendirian tanpa teman.
“Eh, mas Iwan. Silahkan masuk, mas.” kata pak Ayip, pemilik homestay. “Kamar atas sudah siap, mas. Tinggal ditempati aja.” tambahnya. Untung saja tadi aku sempat sms ke pak Ayip, sehingga sudah disiapkan kamar.

“Oke, pak. Sip lah!” jawabku. Memang uang dimana-mana berkuasa, begitu juga dengan di homestay ini.

“Ini temannya ya, mas?” kata pak Ayip, melihat bu Asmi yang masih memakai jilbab putih dan seragam coklat gurunya. “Cantik yah, temen mas Iwan selalu cantik-cantik.”
Aku hanya tersenyum. Wah, duda ini kayaknya butuh menyalurkan hasratnya nih, kataku dalam hati. Timbul niat binal di kepalaku, tapi nanti aja kusampaikan, sekarang nikmati dulu. Segera kugandeng bu Asmi yang terlihat enggan naik ke lantai dua homestay itu, dimana kamar yang kusewa berada. Di dalam, segera kunyalakan TV dan memutar vcd porno yang sudah disiapkan dari rumah. Bu asmi hanya duduk terpaku di ranjang.

“Mandi dulu aja, bu, biar seger.” kataku pada bu Asmi. Wanita itu tidak mwenjawab, namun beberapa saat kemudian dia beranjak mengambil baju ganti dan handuk dari tasnya dan berjalan ke kamar mandi.

“Jilbabnya dipakai lagi, bu.” kataku. Tubuh wanita itu dengan jilbabnya sangat menggairahkan.
Beberapa lama kemudian terdengar ketukan di pintu. Ternyata pak Ayip yang datang membawa minuman susu hangat untuk kami lalu segera pergi. Kuletakkan susu itu di meja. Tak lupa segera kububuhkan obat perangsang ke susu milik bu Asmi, dan jamu kuat tahan lama buatku. Yah, bukannya letoy sih, cuman pengen menikmati bu guru montok berjilbab ini sepuasnya, hehehe..
Tak lama, bu Asmi keluar dari kamar mandi. Terlihat wajahnya lebih segar, walaupun masih tetap dengan pandangan yang galak padaku. Aku sih santai saja, ntar juga dia luluh.
Duduk disebelahku diranjang, kupandangi wanita montok berjilbab itu. Bu Asmi sudah berganti pakaian, sekarang memakai gamis ungu terusan dengan kancing di depan dari leher sampai pinggangnya. Jilbab putihnya kembali ia kenakan sesuai permintaanku. Segera aku cium pipinya yang halus, tanpa penolakan yang berarti dari bu Asmi. dia sedikit akan menghindar, namun tidak bisa karena kurangkul pundaknya. Kuambil susu miliknya yang sudah kububuhi obat perangsang dan kuberikan padanya. Awalnya dia agak sungkan, tapi kemudian dengan sedikit rayuan, dia meminumnya, dan setelah itu aku juga meminum susu milikku.
Sebentar saja, setelah kami berdua menonton vcd porno di TV, terdengar nafasnya mulai memburu. Wah, obat perangsangnya mulai bekerja nih, pikirku. Kebetulan, kontolku juga sudah berdiri tegak. Segera kulepas celanaku dan mengeluarkan kontolku. Bu asmi melirik tajam ke arah kontol besarku yang mengangguk-angguk perkasa setelah keluar dari sarangnya. Kukocok-kocok kontolku agar semakin nikmat sambil kuelus-elus kepala bu Asmi yang memakai jilbab.
“Bu, bantu aku.” kataku sambil mendesah merayu. Bu asmi menatap mataku. Dari matanya yang sayu terlihat wanita berjilbab itu sudah terangsang berat, namun ia segera berpaling dan kembali melihat TV untuk menjaga harga dirinya.
“Kocokin kontolku, bu!” pintaku lagi. Dia hanya diam.
Segera Kutarik tangannya dan kuletakkan diatas kontolku sambil tanganku yang lain berpindah dari kepalanya yang berjilbab, pindah ke pinggulnya dan mengelus-elusnya supaya wanita sekal berjilbab ini cepat birahi. Awalnya tidak ada reaksi, tapi beberapa saat kemudian, Bu Asmi mulai menggenggam batang kontolku. Pelan-pelan dia mengelus-elus dari kepala sampai ke pangkal kontolku. Aku merasa menang, karena bu guru muda berjilbab yang tadinya jual mahal akhirnya mau memberiku kenikmatan.
Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu memeluk tubuh Bu Asmi yang sedang mengelus-elus kontolku. kuselipkan tanganku masuk ke balik jilbabnya dan kubuka kancing gamisnya, wanita montok ini diam saja. Kususupkan tanganku ke balik jilbab dan bajunya, masuk ke balik Bhnya dan kuraba-raba buah dadanya. Kulihat, bu Asmi menggigit bibir bawahnya keenakan. Perlahan-lahan buah dadanya mengeras.
Cukup lama aku meraba-raba buah dadanya, kemudian kutarik BHnya hingga terlepas. Setelah terlepas, terlihatlah buah dadanya yang padat dan mengeras. Aku melanjutkan lagi meremas-remas benda itu. Bu Asmi mulai mendesah-desah merasakan nikmat, tangannya semakin cepat mengocok kontolku.
Sekitar lima belas menit berlalu, aku segera merubah posisi. Kubuka lepas semua kancing gamisnya, dan segera kulolosi baju terusan wanita berjilbab berkulit putih halus itu tanpa perlawanan yang berarti, lalu kodorong tubuhnya hingga terlentang di ranjang. Hanya jilbab yang menutup kepalanya dan celana dalamnya saja yang melekat menutupi selangkangannya.
Bu asmi menutupkan tangannya ke matanya, seolah tidak punya kemampuan untuk melawanku sehingga hanya mampu menutup matanya pasrah akan apa yang akan aku lakukan. Kutindih tubuhnya dari atas lalu kukecup bibirnya, kujulurkan lidahku mengisi rongga mulutnya yang terbuka. Awalnya dia pasif, namun beberapa menit kurangsang, Bu Asmi mulai menyambut hisapan mulut dan gerilya lidahku dengan hisapan dan jilatan lidahnya. Aku tahu wanita cantik berjilbab ini sudah takluk pada diriku.
Setelah cukup lama berpagutan, kuputar tubuhku. Membentuk posisi 69. Selangkanganku berada diatas wajahnya, sedangkan selangkangannya berada dibawah wajahku. Kujulurkan lidahku menjilati bagian bawah perutnya, sambil tanganku melepas celana dalam Bu Asmi. Kudengar lenguhan perlahan Bu Asmi disertai terangkatnya pantat guru cantik berjilbab bertubuh putih ini, memudahkan aku melepaskan celana dalamnya dan melemparkannya ke lantai kamar. Lidahku bergerak turun menyapu bibir memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus tipis.
“Ohh... Wan, jangan! Oouhh.. Aduh! Enak!” desahnya ketika aku mulai menjilati memeknya yang basah, membuatku semakin bersemangat. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya yang sebesar biji kacang.
Saat aku melakukannya, kunaik-turunkan kontolku sehingga menampar-nampar wajah bu Asmi. Terasa tangan kiri wanita cantik itu memegang dan mengocok-ngocok kontolku, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus buah pelirku dengan lembut. Sesaat kemudian terasa lidahnya menjilati kontolku, lalu memasukkan kontolku ke mulutnya. Hampir seluruh batang kontolku masuk ke mulutnya. Kembali Kudorong pantatku ke atas dan ke bawah, sehingga kontolku keluar masuk dimulutnya.
“Mmhh.. Hhkgghh.. Hgghh..” lenguhan bu Asmi tertahan tidak bisa keluar karena kontolku memenuhi mulutnya. air liurnya membuat kontolku licin, dan keluar sampai membasahi jilbab putihnya.
Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu. Aku bangkit dan berdiri dilantai kamar. Kutarik tubuh wanita berjilbab yang cantik yang sudah lemas itu hingga pantatnya berada ditepi ranjang. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Kurapikan jilbab putihnya, kulilitkan ke lehernya agar tidak menggangguku menjilati buah dadanya yang sekal, sembari kuarahkan kontolku tepat ke lubang memeknya.
“Ja-jangan, Mas!” kata bu Asmi memelas.
Aku tak memperdulikan kata-katanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala kontolku menyeruak masuk. “Aiiihh… Aahhh.. Aahh!” dia berteriak lebih keras ketika aku mendorong lebih keras. Akupun lebih bersemangat mendorong pantatku dan amblaslah seluruh batang kontolku ke lubang memeknya yang sangat sempit. Kontolku serasa dijepit sempitnya lubang memeknya. Beberapa detik kubiarkan kontolku terdiam di dalam.
Kupandangi wajahnya yang menerawang memandang langit-langit sambil terengah-engah. Dengan perlahan-lahan kuangkat pantatku lalu kuturunkan lagi. Membuat kontolku keluar masuk dilubang memeknya. Aku kembali merasakan nikmat yang dulu pernah kurasakan di rumah wanita berjilbab ini.
“Ohh.. Udah, mas.. Ampuunhh.. Aduuhhh, Mas.. Aduhh.. Hmhh..” jeritan dan teriakan penolakannya berubah menjadi rintihan dan desahan antara menolak namun juga menikmati. Nampak jelas mata wanita berjilbab ini sayu memandangku, antara benci namun juga nikmat. Aku tahu bu Asmi kembali menikmati persetubuhan ini. Lama kelamaan pantatnya mulai digerakkan naik turun mengikuti gerakkan pantatku. Nampak bu guru berjilbab ini tak mampu melawan rasa nikmat yang kuberikan. Sekitar sepuluh berlalu, kurasakan memeknya berkedut-kedut dan otot-otot memeknya menegang. Tangannya mencengkeram seprei dengan keras.
“Ohh.. Mas, aku mauu.. Aduuhh..!!” desahnya terputus.
“Mau keluar ya, sayang?” sahutku. Bu Asmi memandangku sayu sambil nafasnya memburu.. “Aku juga, Bu!” imbuhku sambil semakin cepat kudorong-dorong pantatku.
“A-aku.. Aaahh… Enaaakkk… Aku keluarrgghhhhhh...!!!” teriaknya keras. Untung saja tempat ini kedap suara.
Kurasakan cairan hangat merembes di dinding memeknya. Sedetik kemudian kurasakan kontolku berkedut-kedut. Dan... Crott! Crott! Crott! Kutumpahkan spermaku yang sangat banyak di lubang memeknya. Dan tubuhku ambruk menindih tubuh putihnya.
***
Kira-kira satu jam kami tertidur. Akupun terbangun dan melihat Asmi masih tertidur pulas, telanjang dengan jilbab yang masih ia kenakan. Ia terbangun ketika aku lagi asyik menjilati lubang memeknya.
“Oh, Mas. Apa yang kamu lakukan?” tanyanya.
“Aku pingin setubuhi kamu lagi, sayang!” sahutku sambil meneruskan jilatan mautku.
“Hmmmhh… Uuhhh...” Bu Asmi merintih dan refleks membuka kedua pahanya lebar-lebar, sehingga aku lebih leluasa menjilati memeknya.
Beberapa menit berlalu, kusuruh dia menungging. Aku mengambil posisi dibelakangnya. Dari belakang, aku menjilati lubang anusnya sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang memeknya. Rintihan wanita cantik berjilbab berkulit mulus itu semakin keras.
Setelah kurasa cukup, kuarahkan kontolku ke lubang memeknya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku. Sedikit demi sedikit kontolku masuk ke lubang memeknya. Semakin lama semakin dalam kontolku memasukinya, sampai seluruhnya amblas, tertelan lubang memeknya. Akupun mendorong pantatku maju mundur, membuat kontolku keluar masuk menjelajahi lubang sempit itu.
“Ohh.. Aduuhh.. Hmmhh… Nikmat, Mas. Enakk...!” jeritnya tertahan.
Sekitar sepuluh menit berlalu, kutarik kontolku dari lubang memeknya hingga terlepas. Kemudian kugenggam kontolku dan kuarahkan ke lubang anusnya.
“J-jangan, Mas! Sakit!” jeritnya sambil meringis. ”Ja... “ Belum habis dia bicara, kudorong pantatku dengan keras. Dan Bless! Seluruh batang kontolku masuk ke lubang anusnya. Kukocok lubang itu dengan irama pelan, yang semakin lama menjadi semakin cepat, sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang memeknya. Dan Bu Asmi pun merasakan sensasi yang luar biasa di kedua lubangnya. Jeritan-jeritannya berganti dengan desahan-desahan nikmat penuh nafsu.
Aku semakin bersemangat mendorong-dorong pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Lima menit kemudian kontolku menyemburkan sperma di dalam anusnya. Dan tak lama berselang, Bu Asmi menyusul, tubuhnya mengejang hebat. Kemudian dia terkulai lemas dan tertidur.
***
Sekitar jam tujuh pagi aku terbangun, dan bergegas ke kamar mandi membersihkan badan. Mengingat kejadian tadi, bersetubuh dengan Bu Asmi, membuat nafsu birahiku bangkit lagi. kontolku yang tadi telah layu, kini tegang dan mengeras. Setelah mengelap tubuhku dengan handuk, aku pun bergegas keluar kamar mandi. Diluar, ternyata aku menemukan pak Ayip yang berdiri di depan pintu yang terbuka membawa nampan berisi teh manis dan roti, melongo melihat Bu Asmi yang masih tertidur lelap, telanjang dengan jilbab yang masih ia kenakan. Laki-laki itu terkejut melihatku dan langsung salah tingkah.
“Eh, mas. Anu.. Ini, saya bawa ini. Susu... eh, air teh.” Katanya terbata-bata.
Aku tersenyum dan segera memintanya untuk menaruh nampan beserta isinya yang ia bawa ke meja di kamar. Saat ia keluar kamar, segera aku mengejarnya. Aku jadi punya ide baru nih, heheheheheh...

“Ada apa, mas? Maaf, saya nggak sengaja.” jawab pak Ayip terbata-bata ketika aku menyusulnya.
“Ooh, santai aja, pak.” jawabku sambil tersenyum. “Malah saya mau menawarkan sesuatu sama bapak.” jawabku lagi.
“Menawarkan apa, Mas?” tanya pak Ayip bingung.
“Begini…” kataku, lalu membisikkan suatu rencana yang kuminta pak Ayip bisa menyiapkannya.
Laki-laki itu tampak berpikir sebentar, lalu berkata, “Oke, mas! Kalo kayak gitu mah, bisa. Bapak punya banyak temen. Dua jam lagi siap!” katanya pasti.
“Bagus, pak. Siip! Saya tunggu yah, kabarnya.” kataku.
“Berees!” balas bandot tua itu, lalu mohon diri sambil tersenyum mesum. Aku juga tersenyum seperti itu, heheheheh... Bakalan hebat liburanku di tempat ini. Segera aku kembali ke kamar untuk membangunkan bu Asmi.
***
Jam 08.30, ketika kami berbenah (jariku sempat membuat bu Asmi mendapat orgasme dua kali lagi di kamar mandi ketika kami mandi bersama. Bu guru sekal berjilbab itu mengerang-erang dan merintih-rintih mesum) ada sms masuk ke hpku.
’Mas, semua sudah siap. Datang saja ke alamat berikut.’ Ternyata pak Ayip yang sms. Wah, sudah siap semua untuk rencanaku.
Setelah semua selesai, segera kuajak bu Asmi pergi dari homestay itu. Tanpa berkata apa-apa, bu guru berjilbab itu ikut. Mungkin karena sudah kutaklukan sehingga dia pasrah apapun yang terjadi. Kuajak dia ke alamat yang diberikan pak Ayip, memasuki sebuah desa di pinggiran Wonosobo, dimana alamatnya adalah sebuah rumah yang berada di pojok desa. Jarak rumah itu dengan rumah terdekat lumayan jauh, karena ada hutan jati diantaranya. Segera aku masuk ke halaman rumah itu, dan mengetuk pintu.
“Silahkan masuk, mas!” pak Ayip lah yang membuka pintu.
Ketika aku masuk, di dalam sudah ada beberapa orang lain. Tepatnya ada dua orang pria dan seorang gadis berkerudung dengan tubuh yang montok. Pak Ayip mengenalkan kedua pria tadi sebagai Joni dan Panjul. Sementara gadis muda yang wajahnya lugu memakai kerudung putih dan baju seragam sma putih lengan panjang serta rok abu-abu panjang itu bernama Seruni.
“Bagaimana, pak, sudah siap?” tanyaku ke pak Ayip.
“Oh, siap, mas. Di ruang dalam.” kata pak Ayip. Lalu aku mengajak bu Asmi masuk mengikuti pak Ayip. Joni dan Panjul mengikuti kami, nampak Panjul berjalan paling belakang sambil menggandeng tangan Seruni yang nampak enggan ikut.
Sampai di ruang dalam, aku puas melihat kerjaan pak Ayip. Setting tempat sudah ia siapkan, sebuah ruangan kecil dengan papan tulis sedang di dinding, dan beberapa kursi dihadapannya. Kasur busa kumal juga sudah terbentang disebelah kursi. Hehehe... disini aku akan membuat bu Asmi berpura-pura menjadi guru yang akhirnya diperkosa murid-muridnya. Bahkan papan tulisnya juga sudah digambari alat kelamin pria dan wannita. Ceritanya wanita berjilbab itu mengajar pelajaran biologi, namun harus menurut apa yang diharapkan siswanya.
“Emoh! Aku gak mau!” kata bu Asmi menatapku marah.
“Sudahlah, bu. Ibu cuman tinggal berpura-pura jadi guru biologi, trus mengajar tentang reproduksi.” kataku sambil membujuk. “Daripada ada apa-apa sama ibu. Lihat tuh, bapak-bapak itu kayaknya sudah nggak tahan.” kataku mengancam.
“T-tapi, saya j-jangan diapa-apain.” kata bu Asmi. Suaranya bergetar menahan marah dan takut.
“Santai aja, bu.” jawabku.
Akhirnya, pelajaran pura-pura itupun dimulai. Bu Asmi yang sudah kuminta kembali memakai baju guru coklatnya serta jilbab putihnya, berdiri di depan kelas membawa bambu untuk menunjuk gambar. Lalu aku, pak Ayip serta dua rekannya duduk di kursi menghadap wanita berjilbab itu, dengan Seruni dibarisan paling depan. Ternyata Seruni sudah memakai baju sma, berupa jilbab putih, baju putih lengan panjang Osis dan rok coklat. Wah, bisa menikmati anak sma lagi nih, hehehe…
Bu Asmi yang tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan, berusaha seformal mungkin dalam menjelaskan. Padahal, pak Ayip dan teman-temannya sedikit-sedikit berkomentar jorok dan ada saat tentang contoh kontol, mereka bertiga langsung memegang kontol-kontol mereka sendiri sambil mengatakan siap dipakai contoh. Seruni yang duduk didepan sendiri kulihat hanya diam sambil merah padam wajahnya. Aku tersenyum sambil terus merekam dengan handycamku.
Tiba ketika bu Asmi menjelaskan masalah memek, pak Ayip dan rekan-rekan langsung berteriak-teriak kalo mereka mau contoh yang riil. Mereka meminta  wanita berjilbab itu untuk memperlihatkan memeknya agar pelajaran semakin lancar, kata mereka.
“Ayo, bu! Buka, bu! Masak guru nggak mau kasih contoh ke murid-muridnya? Huuu… guru apa itu?!” kata Joni sambil terkekeh.
“Iya, bener. Apa mau kami saja yang buka contohnya?!” kata Panjul juga sambil tertawa.
Bu Asmi kebingungan. Wajahnya yang khawatir melihatku, namun kubiarkan saja. Terlihat matanya sudah berkaca-kaca. Namun, ketika pak Ayip dan teman-temannya masih tertawa-tawa, sementara aku sibuk dengan handycamku, wanita berjilbab itu langsung berlari, berusaha keluar ke pintu depan. Wah, wanita ini ketakutan bener, ternyata! Hehehe…
Namun, sebelum melewati pintu, ketiga orang itu sudah menyergapnya. Pak Ayip mendekapnya dari belakang. Sambil memegang, dia mendekap mulut bu Asmi. Joni memegang tangan bu Asmi yang meronta-ronta. Sedangkan Panjul menunduk ke bawah sambil memegangi kakinya. Bu Asmi memberontak sekuat tenaga. Tapi pemberontakan itu ternyata membuat ketiga laki-laki itu makin bernafsu saja. Mereka menarik bu Asmi kembali ke depan ruangan, menghimpitnya sambil berdiri di depan papan tulis dan menggerayangi tubuh wanita berjilbab yang seksi itu semaunya.
Joni langsung merenggut baju coklat bu Asmi sampai kancing-kancingnya putus, lalu dengan paksa melepasnya berikut bra yang menutupi dadanya sehingga payudara wanita berjilbab yang sangat bulat dan besar itu, terpampang indah dihadapannya. Jilbab putihnya yang tidak dilepas, namun hanya disampirkan ke pundaknya, juga membuat bu Asmi nampak semakin anggun dan manis. Tanpa menunggu lama, segera Joni menjamah payudara wanita cantik itu. Dipelintirnya puting bu Asmi yang sebelah kiri.
Pak Ayip juga mulai beraksi. Tangannya merengkuh payudara Bu Asmi yang kanan. Dia juga ikut mengagumi keindahan dada wanita berjilbab itu, sehingga dengan bernafsu terus-menerus menjamahnya.
Melihat temannya sudah mulai beraksi, Panjul juga tak mau kalah. Rok panjang coklat Bu Asmi diangkatnya ke perut lalu diturunkannya CD pink yang membalut kemaluan Bu Asmi. Dibentangkanya kedua tungkai itu, lalu diarahkanya mulutnya ke arah memek bu Asmi. Lidah Panjul menerobos ke dalam rongga kemaluan wanita berjilbab itu.
Diperlakukan seperti itu membuat Bu Asmi merintih dan mendesah-desah keenakan. Aku tahu wanita alim guru sebuah sma itu ingin menjerit, namun rangsangan ketiga pria itu membuatnya susah bernafas hingga tidak mampu melakukannya. Apa lagi pak Ayip lalu menutupkan tangannya ke mulut bu Asmi.
Lambat laun rontaan bu Asmi mulai melemah, dan terlihat wanita berjilbab itu mulai terbawa suasana, diliputi nafsu birahi. Aku tahu perasaannya yang halus terasa tersiksa antara rasa malu karena telah ditaklukan oleh ketiga lelaki itu dengan gampang dan perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan oleh mereka.
Pak Ayip lalu melepaskan tangannya dari mulut Bu Asmi, ia kini fokus ke dada Bu Asmi yang bulat dan besar. Remasan tangan-tangan nakal di sekujur tubuhnya membuat wanita cantik berjilbab itu tak kuasa untuk tidak mendesah.
“Oohhhh.. Ooghhhhh… Jangan! Hentikan! Wan, tolong aku! Aauhh...“ desisnya sambil menatapku sayu.

“Nikmati saja, bu. Enak kan? Dinikmati saja, ntar juga ibu dapet enaknya.” ucapku sambil tersenyum.

“Jangan! Aauuhh… Tol...” Bu Asmi tak melanjutkan ucapannya. ”AHHHHHH…”. Dia berteriak karena Panjul sekarang sudah mengorek-ngorek memeknya dengan dua jarinya.
Aku lalu berjalan, terus menshoot adegan tersebut. Kuarahkan handycamku ke depan ruangan dimana Bu Asmi sedang digerayangi oleh tiga lelaki, masih memakai jilbabnya, di depan papan tulis.
Bu Asmi nampak tak berdaya, wajahnya menatap sayu dan terus mendesah-desah. Sesaat kemudian, desahannya tertahan oleh lumatan Pak Ayip. Pak Ayip terus menciumi bibir bu Asmi dengan liar, dan nampak wanita berjilbab itu kewalahan mengimbanginya. Nampaknya bu Asmi, guru alim berjilbab yang biasanya pendiam dan pemalu itu, sudah sangat bernafsu sekali karena rangsangan ketiga pria di hadapannya. Momen itu tidak kusia-siakan, segera kuarahkan handycamku ke wajahnya yang asyik dilumat oleh Pak Ayip.
Aku melirik ke arah Seruni yang dari tadi duduk di depan melihat secara jelas liveshow yang sedang terjadi. Wajahnya merah padam. Mulutnya membuka sedikit, dan mendesah tanpa mampu berkata apa-apa. Aku sudah diberitahu oleh pak Ayip, bahwa Joni akan membawa pacarnya yang masih sma yang lugu, jadi wanitanya bisa bervariasi. Namun kata pak Ayip, jangan berharap gadis itu masih perawan karena kabarnya si Joni sudah memerawaninya dipinggir sungai ketika Seruni pulang sekolah. Aku segera duduk disebelahnya, membuat ia terkejut. Namun segera aku merangkul pundaknya, sambil terus merekam liveshow yang terjadi.
Kini ketiga laki-laki itu sudah menggiring dan mendudukkan Bu Asmi dimeja yang ceritanya dijadikan meja guru yang agak rendah. Mereka semuanya sangat terpesona menatap tubuh telanjang Bu Asmi. Payudara bu Asmi yang besar dan montok nampak naik turun seiring desahan nafasnya.
Pak Ayip yang memang sudah sangat bernafsu, langsung melepas baju dan celananya hingga telanjang. Walau badannya kurus, namun kontolnya lumayan besar juga. Dengan kasar ditariknya kepala Bu Asmi ke arah kemaluannya. Tanpa mendapat perlawanan yang berarti, kepala kontol Pak Ayip telah terjepit di antara kedua bibir mungil Bu Asmi. Wanita berjilbab itu dengan terpaksa mencoba membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu mulai mengulum alat vital Pak Ayip yang berukuran besar, membuat lelaki tua di hadapannya merem melek keenakan.
Joni juga mulai melepaskan pakaiannya satu per satu hingga bugil. Kontolnya lebih besar dari punya Pak Ayip. Ujungnya tampak membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua pahanya yang hitam gempal. Dipegangnya tangan Bu Asmi dan menempelkannya pada kontolnya. Sambil mengoral Pak Ayip, tangan Bu Asmi juga mengocok-kocok kontol Joni hingga membuat pemiliknya mendesah merasakan kelembutan tangan wanita berjilbab itu. Bu Asmi tampak sibuk, mulut dan tangannya dipaksa bekerja dengan cepat.
Saat Panjul melepas bajunya, ternyata kontolnya jauh lebih besar dari kedua temannya. Bentuknya panjang dan hitam dengan diameter yang sangat besar. Dikocoknya batang gede itu dengan perlahan-lahan, sambil melihat kawan-kawannya memaksa bu Asmi melayani mereka.
Kemudian kuarahkan handycam ke arah Bu Asmi. Dia tampak makin cepat mengoral penis Pak Ayip. Pak Ayip juga mendesah makin lama makin keras. Nampaknya dia akan segera orgasme. Dengan buru-buru ditariknya kontolnya dari mulut wanita berjilbab itu lalu tumpahlah spermanya membasahi lantai, bersamaan dengan ejekan-ejekan kami bertiga. Hehehe... ternyata sudah perjaka tua, nggak bisa tahan lama pula.
Pak Ayip langsung lemas dan mengambil tempat duduk di kursi paling belakang sambil mengelus-elus kontolnya yang mengecil. Kini tinggallah Joni dan Panjul yang mengelilingi Bu Asmi. Bu Asmi juga terkejut kala melihat kontol besar Panjul. Namun terlihat Bu Asmi tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Seolah-olah ada pesona tersendiri hingga pandangan matanya seakan-akan terhipnotis, terus tertuju ke benda itu. Panjul menatap muka Wanita berjilbab itu yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka.
Lalu mereka memulai aksinya. Joni membaringkan tubuh Bu Asmi terlentang diatas meja dan dengan berdiri, dia mengepaskan kontolnya diantara selangkangan wanita berjilbab itu. Ia mulai berusaha memasuki tubuh Bu Asmi. Bu Asmi hanya bisa pasrah dan mendesah-desah kala sebuah kontol yang lumayan besar berusaha menerobos dinding kemaluannya. Tangan kanan Joni menggenggam batang kontolnya yang besar itu dan kepala kontolnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada clitoris dan bibir kemaluan wanita berjilbab itu. Hal ini membuat Bu Asmi merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Joni terus berusaha menekan senjatanya ke dalam kemaluan wanita cantik yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran kontolnya yang besar.
Momen itu kembali menjadi sasaran handycamku. Sengaja ku-zoom ke arah memek Bu Asmi yang sepertinya tidak sanggup menampung kontol Joni. Beberapa saat kemudian, dengan pelahan-lahan kepala kontol Joni bisa menerobos masuk membelah bibir kemaluan wanita berjilbab itu. Ketika kepala kontol lelaki Ambon itu menempel pada bibir kemaluannya, Bu Asmi bergetar hebat. Belum sempat dia mengkondisikan tubuhnya, tiba-tiba dengan kasar, Joni menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul wanita berjilbab itu.
“Aduuuh! Oooooooohh.. Aaahhhhhh..” Bu Asmi menjerit disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangannya mengepal dengan kencang menahan sakit dan nikmat yang ia rasakan sekaligus.
Tanpa membuang wakt, ,Joni langsung memompa kontolnya. Seluruh batang kontolnya amblas ke dalam liang memek Bu Asmi. Rambut lebat pada pangkal kontol lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Bu Asmi. Tak kuasa menahan diri, dari mulut wanita berjilbab itu terdengar jeritan halus tertahan. ”Ughhhh... Aghhhhhh...”
Panjul yang sedari tadi hanya menonton, mulai ikut bergabung. Diremasnya buah dada Bu Asmi yang bergoyang-goyang, lalu dimasukkan ke mulutnya. Dengan ganas Panjul melumat dada wanita berjilbab yang besar itu sehingga membuat pemiliknya makin mendesah kencang.
“Oh, Wan... Enaakk.. aduh! Aduduh.. oughhhh..” ujarnya terbata-bata sambil memandangku. Aku yang hanya menjadi penonton mulai terangsang juga melihat adegan tersebut..
Kemudian Joni membalik tubuh Bu Asmi lalu diposisikan menungging. Butir-butir keringat sudah membanjiri tubuh mulusnya, juga jilbab putih yang ia pakai. Joni kembali mengenjot Bu Asmi dengan posisi doggystyle. Tak berapa lama kemudian, Joni menaikkan tempo permainannya, disodoknya memek Bu Asmi sambil sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya meremasi pantat bu Asmi yang montok. Wanita berjilbab itu semakin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat, bukan sakit.
“Ooh.. Terus! Terus! Enaakk… Oohhhhh… Hhhhhhhh...” teriak Bu Asmi makin kuat.
Panjul maju ke depan dan mengarahkan kontol supernya ke mulut Bu Asmi untuk menahan jeritan wanita berjilbab itu. Bu Asmi membuka mulutnya dan melahap benda besar itu. Mulutnya yang kecil tidak mampu menampung ukuran kontol Panjul yang memang luar biasa besarnya. Sambil mencengkeram kepala Bu Asmi yang masih terbalut jilbab, dia maju mundurkan bibir mungilnya di kontol Panjul. Kamera kudekatkan ke wajah Wanita berjilbab itu yang tengah dipaksa mengulum kontol Panjul, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahan tertahan.
Aku mulai ikut terangsang menyaksikan tubuh putih mulus wanita berjilbab itu diperlakukan dengan kasar oleh dua orang lelaki ambon, tapi aku tidak mau langsung bergabung karena ingin menuntaskan rekamanku ini. Aku sibuk mondar-mandir di seputar ranjang untuk mengambil gambar.
Joni nampaknya sudah mulai mendekati puncak, dipercepat sodokannya sambil meremas pantat Bu Asmi dengan keras. Bu Asmi juga membalas sodokan itu dengan mengoyangkan pinggulnya makin cepat, dia juga mau orgasme. Tak sampai sepuluh detik, wanita berjilbab itu melepaskan mulutnya dari kontol Panjul dan melenguh panjang.
“Ah, aku keluarrgghhhhhh...”

Joni masih terus memacu panisnya diantara orgasme Bu Asmi, remasan tanganya makin kuat ke pantat wanita cantik itu. Kemudian, sambil melenguh tertahan, dicabutnya kontol hitamnya dari memek Bu Asmi, sehingga menyemprotlah spermanya ke rok ibu guru muda yang tersibak sepinggang. Habis itu dia menyingkir. Bu Asmi juga tersengal-sengal mengambil nafas didepan kontol Panjul yang masih tegak berdiri. Tanpa memberinya kesempatan istirahat, Panjul langsung mengambil posisi dibelakang bu Asmi untuk menggarapnya. Dibentangkannya paha Wanita berjilbab itu, lalu dia siap-siap penetrasi.

“Aduh, bentar, mas! Masih lemes rasanya! Aduh…” pinta Bu Asmi memelas.
Tapi Panjul tidak memperdulikannya dan mulai menghunjamkan batangnya ke memek Bu Asmi. Kasihan juga si Bu Asmi, pikirku. Belum habis aku berpikir, kudengar wanita berjilbab itu berteriak panjang, ternyata batang Panjul yang sangat besar itu sudah merebos ke celah-celah memeknya.
“Aduh! Pelan-pelan, mas. Sakit! Aduduhhh…” Bu Asmi memelas.
Tapi hal itu malah membuat Panjul makin gila. Dengan paksa dimasukkannya kontolnya ke liang basah itu. Bu Asmi terus menjerit-jerit hingga batang itu menerobos ke dalam liang vaginanya. Kemudian Panjul segera mendorong dengan sekuat tenaga sehingga seluruh barang miliknya amblas seluruhnya, sampai kedua pahanya yang hitam menekan dengan ketat paha putih mulus milik bu Asmi yang terkangkang lebar.
“Aduuuhh… sakit!!” terdengar wanita cantik itu menjerit saat batang besar Panjul menerobos masuk.
Setelah semua kontolnya masuk, Panjul tak kuasa untuk tidak mendesah, “Oohh… Nikmat sekali memekmu, Bu. Ooohh...”
Lalu dengan perlahan disodoknya memek sempit Bu Asmi tanpa mengenal belas kasihan. Dia mulai memaju-mundurkan pantatnya sehingga kontolnya yang besar keluar masuk berulang-ulang ke dalam kemaluan wanita berjilbab itu. Sambil melakukannya, Panjul berkata, “Wah, enak tenan, masih sempit oi…!” Sementara kedua tangannya mulai mengelus-elus dan meremas-remas payudara serta membelai-belai seluruh badan bu Asmi.
Aku tidak mau melepaskan momen itu. Maka aku semakin mendekat ke arah ranjang sambil terus mengarahkan handycam merekam persetubuhan mereka. Persetubuhan seorang guru muda berjilbab hasil perburuanku, yang dikerjai batang besar dari seorang pemuda pengangguran di Dieng, jawa tengah.
Aku merasa nafsuku sudah ada diubun-ubun dan harus segera dilampiaskan. Sesaat kupandangi Seruni, gadis berjilbab yang nampak lugu yang sedang melihat liveshow hardcore dihadapannya, sambil diam dan menggigit-gigit bibir bawahnya. Segera aku berdiri dan menuju ke meja disudut ruangan, meletakkan handycamku agar semua peristiwa di ruangan itu terekam jelas. Langsung setelah itu kubuka semua bajuku, bersiap untuk mengeksekusi gadis manis berjilab yang lugu didepan ruangan itu.

Aku kembali duduk disebelah Seruni, lalu dengan pelan kuremas dadanya. Gadis berjilbab itu terkejut karena sentuhanku dan berusaha mengelak. Gadis manis berjilbab yang lugu itu menggeleng dan berusaha bangkit meninggalkanku, tapi kurangkul pundaknya agar dia tidak pergi. Aku makin berani, kuremas dan kucium buah dada Seruni yang masih terbungkus kemeja putih seragam SMA-nya, juga jilbab putihnya.
Ia meronta namun seranganku mengalahkan tenaganya.

“Jangan, mas. Emoh, Seruni nggak mau!“ ucap gadis itu lirih.
Mendengar suaranya yang sangat lugu, Aku malah makin bernafsu untuk melanjutkan aksiku dengan meraba-raba pantatnya. Joni yang juga kembali on fire mendekat, lalu bergabung bersamaku. Aku dengan tergesa-gesa membuka kemeja putih Seruni dengan melepaskan satu per satu kancingnya. Payudara Siswi SMA berjibab itu tampak sesak ditutupi oleh branya yang kekecilan. Dengan cekatan Joni melepaskan bra Seruni dengan membuka kait di belakangnya. Kini terpampanglah dada Seruni, yang putih mulus, dengan puting mencuat tegak, dihadapan kami berdua.

“Wah, Seruni, dadamu gede juga, sering diremes-remes yah?” kataku sambil terus meremasi payudara gadis itu.
Siswi cantik lugu yang berjilbab itu hanya bisa menggeliat-geliat dan meronta tak berarti karena tenaga belianya kalah jauh ketimbang tenaga dua orang laki-laki yang sedang diamuk birahi. Puas meremas, Aku langsung melumat payudaranya. Seruni memekik dan mendesah saat mulutku menyapu setiap inci buah dadanya yang sebelah kanan. Joni tak mau ketinggalan, dilumatnya wajah cantik dan lugu Seruni sampai jilbabnya berantakan, sambil satu tangannya merayap ke dada Seruni yang satu lagi.

“Aaaghhh… Ssshhhhh… Ssshhhhh… Mmmhhhh…!” Seruni mendesah-desah antara penolakan namun juga birahi yang mulai hadir.
Sambil melumat dada gadis berjilbab itu, tanganku merayap ke bawah dan menyingkap paksa rok abu-abu Seruni sampai CD gadis lugu berjilbab itu terlihat. Segera aku menggosok-gosok memek Seruni dari luar. Gadis itu kontan mendesah makin panjang, apalagi jari-jariku mulai merayap ke memeknya yang sudah sangat basah melalui celah-celah CDnya.
Sementara itu, Joni juga mulai mengikutiku. Dia melumat, menjilat dan meremas payudara Seruni. Siswi SMA berjibab itu semakin kelojotan.
Seruni yang sudah semakin bernafsu sekali, kini tidak berontak. Dia hanya pasrah mengikuti saja permainan kami. Seruni tak menolak kala kami menggiringnya ke tepi kasur busa butut, tak begitu jauh dari Bu Asmi yang sudah disenggamai Panjul di kasur itu.
Joni segera duduk berselonjor di ujung ranjang. Ditariknya kepala Seruni yang masih memakai jilbab dan dipaksanya untuk mengoral kontolnya. Seruni langsung jatuh menungging dihadapanku. Joni menampar-namparkan kontol besarnya ke wajah Seruni sampai gadis itu membuka bibir merahnya. Pelan-pelan Joni memaksa kontolnya masuk ke mulut Seruni. Kontolnya bergetar merasakan jepitan bibir mungil gadis berjilbab itu. Mulut Seruni tampak tak mampu menampung semua kontol itu. Walau sudah mentok menyentuh tenggorakannya, tetap saja ada sisanya kira-kira satu jari lagi. Satu tangan Joni mulai memegangi kepala Seruni dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga Gadis itu gelagapan. Seruni terlihat tersedak-sedak dan ingin muntah, namun Joni tetap memaksanya mengoral kontol besarnya.

“Eemmpp.. Hemmphh.. Hnngg..!” Seruni mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun Joni tampak tidak perduli.

Dari belakang, aku yang sudah sangat bernafsu, menyibakkan rok abu-abu panjang Seruni yang tadi sempat turun, juga menurunkan celana dalam gadis itu. kumasukkan jariku ke memek Seruni sehingga membuat siswi cantik lugu yang berjilbab itu bergetar. Kuarahkan mulutku menyentuh bibir memeknya. Terasa tubuh Seruni bergetar hebat kala kujilati memeknya yang sudah sangat basah. Posisi Seruni yang menungging membuatku dengan mudah menjelajahi seluruh memek gadis berjilbab itu.

“Ehm… Ehm… Ahmm…“ hanya itu yang keluar dari mulut Seruni yang masih dijejali oleh kontol besar Joni. Semakin kuat aku menjilati memeknya, nampak semakin kuat pula gadis berjilbab itu menghisap kontol Joni, karena terdengar Joni makin mendesah, lalu dia melepaskan kontolnya dari mulut Seruni.

“Aku nggak mau langsung keluar. Aku masih mau merasakan jepitan memekmu.” katanya sambil menopang tubuh Seruni.
Belum habis dia berkata, kujejalkan kontolku memasuki tubuh Seruni. Mulut siswi cantik lugu yang berjilbab itu menganga mengeluarkan desahan meresapi setiap senti batang kontolku yang memasuki memeknya. Kusodok-sodok Seruni dari belakang dengan posisi doggy. Kontolku dengan leluasa menerobos dinding memeknya, membuat Seruni merintih-rintih birahi. Tak terdengar lagi penolakan dari mulut gadis cantik lugu yang masih memakai baju dan jilbabnya saat sekarang sedang kusetubuhi.

“Eenghh.. Aduuhh... mas! Hmhhh.. Ooohh..!” desah Seruni sambil ikut memacu pinggulnya ke arah batangku.
Aku makin bersemangat memacu tubuhnya sambil sesekali kuremas pantat sekal Seruni dan kubelai kepalanya yang masih memakai jilbab SMAnya. Dari depan, Joni mulai melumat dada Seruni yang bergoyang-goyang dihadapannya. Sambil menopang tubuh gadis itu, Joni melumat-lumat dada Seruni. Dia nampak sangat menyukai benda itu, sehingga tanpa henti meremas dan menghisapnya kuat-kuat.

Sambil terus kusodok-sodok memek legit Seruni, kuarahkan pandangan ke samping. Disana kulihat Panjul sedang melolong keras sambil mencengkeram paha bu Asmi yang terlentang dibawahnya. Bu Guru berjilbab itu juga mengerang ketika kontol besar Panjul melesak masuk, mentok ke memeknya saat menyemburkan sperma hangat. Setelah beberapa saat, Panjul segera lunglai dan jatuh terduduk, membuat kontolnya terlepas dari memek bu Asmi. Bu Asmi nampak tersengal-sengal kelelahan. Terlihat sperma Panjul mengalir keluar dari celah memeknya.

Namun belum ada sepuluh detik bu Asmi mengambil nafas, pak Ayip yang nampaknya sudah kembali tegak mengacung kontolnya, segera mengubah posisi bu Asmi yang lemas. Dia membalikkan badan Bu Asmi dan menunggingkannya lalu ia mengocok kontolnya dibelakang Bu Guru berjilbab itu. Setelah mengelap memek bu Asmi untuk menyeka sperma Panjul yang sangat banyak meluber menggunakan baju guru Bu Guru berjilbab itu, Pak Ayip pelan-pelan mulai memasukkan kontolnya ke dalam memek bu Asmi, menyetubuhi wanita itu dengan posisi doggy style.
Bu Asmi menggeram pelan saat kontol pak Ayip memasuki gua nikmatnya, lalu kembali mendesah-desah saat pak Ayip mulai menyodok-nyodoknya. Nampaknya dia sudah tertaklukan oleh nafsu birahi. Kalo tadi dia menjerit-jerit minta berhenti, sekarang malah mendesah-desah sambil mengucapkan kata-kata: Terus! Terus!
Pak Ayip juga sama berisiknya dengan Bu Asmi. Dia mendesah-desah tak karuan sehingga ruangan itu menjadi gaduh. Sambil menyetubuhi, Pak Ayip memegang-megang dan meremas-remas payudara bu Asmi. Tubuhnya terlihat basah oleh keringat.
”Oh, enak! Aah.. Aah.. Aah.. Hmhh.. Teruusshh!!” Bu Asmi mendesah-desah jalang ke arahku yang sedang menatapnya.
Melihat wajahnya yang sangat erotis itu, aku makin brutal saja menyodok Seruni. Pantat sekal Seruni kuremas dengan kasar dan punggung Seruni sesekali kucakari. Gadis berjilbab itu terus saja mendesah dan merintih.
Namun rintihan Seruni langsung berhenti saat Joni memalingkan wajahnya dan melumat bibir siswi SMA berjibab itu. Seruni terlihat membalas lumatan Joni. Joni meraih tangan Seruni dan mengarahkannya untuk meraih kontolnya yang masih tegak mengacung menunggu giliran.

Hal itu berlangsung sekitar lima menit lamanya sampai terasa memek Seruni seperti menyedot-nyedot kontolku. Aku tahu gadis sma berjilbab ini akan segera orgasme oleh permainanku. Saat orgasme itu datang, kontolku seperti diremas-remas. Siswi cantik lugu yang berjilbab itu menjerit panjang dan memeluk Joni erat-erat. Aku terus memacu kontolku makin kuat dan bertenaga, sampai akhirnya aku pun mengerang menyusul erangan Seruni. Kusemburkan spermaku ke rahim Seruni. Selama beberapa detik tubuhku dan tubuh gadis berjilbab itu menegang sampai akhirnya melemas bersama-sama.

Tanpa memberi Seruni waktu untuk istirahat, Joni langsung mengangkat tubuh gadis itu kepangkuannya dengan posisi Seruni membelakanginya setelah sebelumnya melolosi rok panjang abu-abu gadis itu dan menggunakannya sebagai lap untuk menyeka spermaku yang meluber keluar. Kini siswi SMA berjibab itu hanya tinggal memakai jilbab dengan bagian tubuh lain tanpa sehelai benagpun, masih tersengal-sengal lelah diatas tubuh Joni.
 .
“Aduh! Udah, mas! Capek, mas! Ampuunn...” pinta Seruni menghiba. Namun tubuhnya yang masih lemas tidak mampu berbuat banyak.

“Sudah, manut aja ya, dik. Ntar enak kok.” kata Joni tersenyum girang sambil mulai memasukkan kontolnya ke memek Seruni dari bawah.
Seruni yang lelah tak mampu melawan kemauan Joni yang sudah konak. Perlahan-lahan pinggulnya dituntun turun hingga memek siswi cantik lugu yang berjilbab itu menyentuh kontol Joni Sambil berusaha memasuki memek Seruni dengan mencengkeram erat pinggulnya, Joni mencium punggung Seruni yg membelakanginya. Sangat susah kepala kontol Joni menerobos memek gadis berjilbab itu, padahal sudah sangat basah. Tapi Joni tetap memaksa. Dengan sekali sentakan kasar, dia menarik tubuh Seruni ke bawah hingga batang Joni amblas ditelan memeknya.
“Aduh, pelan-pelan, mas! Sakiitt..” Seruni merintih karena merasa kesakitan, namun bukannya melembutkan sodokannya, Joni malah langsung menaik-turunkan tubuh Seruni dengan kecepatan tinggi. Kontol Joni keluar masuk dari memek Seruni sehingga menimbulkan bunyi plok… plok… plok...
Siswi cantik lugu yang berjilbab itu menjerit-jerit menahan rasa sakit dan nikmat akibat kebringasan kontol Joni. “Auw! Auw! Mhhhhh.. auw! Aduh! pelan-pelan, mas… Auw!”
Joni terus melanjutkan aksinya. Seruni tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengikuti iramanya. Sambil menyodok, kepala Joni merayap ke balik ketiak gadis itu hingga mulut Joni hinggap pada payudara Seruni. Seruni menggelinjang tak karuan waktu Joni menggigit puting kanannya dengan gemas. Lambat laun terlihat gadis berjilbab itu sudah mendesah dan menikmati genjotan Joni. Terlihat Seruni turut menaik-turunkan pantatnya menyambut sodokan kontol Joni sambil mendesah dan merintih penuh kenikmatan.

Setelah aku sudah merasa pulih dan kontolku kembali bangkit, aku bergabung dengan pak Ayip dan Bu Asmi. Pak ayip yang sudah orgasme tadi, sekarang terlihat masih sangat perkasa memompa tubuh montok Bu Asmi yang sudah terlihat sangat kepayahan. Langsung saja aku bergabung dengan mereka dengan meremas-remas dada Bu Guru berjilbab itu.

Ketika kulirik Seruni, ternyata gadis manis berjilbab itu sudah takluk oleh sodokan Joni. Terlihat Seruni pasrah ketika tangan Joni mencengkeram wajahnya dan menolehkan kepalanya agar bisa melumat bibir Seruni. Seruni semakin cepat menaik-turunkan tubuhnya sambil terus berciuman. Sementara tangan Joni dari belakang tak henti-hentinya meremasi dada Seruni, puting Siswi SMA berjibab itu yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan.
Ketika Seruni dan Joni sedang bercinta dengan panasnya, kulihat Panjul mendekati mereka. Kontolnya terlihat kembali kokoh seperti pedang.
Sementara itu pak Ayip juga semakin intens menyodok-nyodok memek bu Asmi yang sudah sangat membanjir. Bu Asmi terlihat sudah sangat kelelahan dibuatnya. Aku semakin bernafsu melihat wajahnya yang seperti teler karena sudah berkali-kali orgasme. Dadanya yang besar terlihat naik turun dengan nafas memburu seperti orang yang baru menyelesaikan lari cepat 100 m dan kedua matanya setengah terbuka terlihat menatap kosong saking lemasnya. Bintik-bintik keringat membuat tubuh sekalnya, membuatnya semakin seksi.
Beberapa saat kemudian, saat masih kuremas-remas dadanya, bu Asmi mengerang ketika pak Ayip menusukkan kontolnya dalam-dalam dan menyemburkan spermanya ke memek bu Asmi yang sudah basah kuyup. Setelah tetes terakhir dikeluarkan, pak Ayip mencampakkan tubuh Bu Guru berjilbab itu terkapar di kasur busa, juga tersengal-sengal kelelahan.

Melihat Bu Asmi yang ayu itu sudah terkapar lemas itu, Aku lalu memeluk badannya dan mengangkatnya dari ranjang. Sekarang badan seksi Bu Asmi kugendong. Kedua tanganku memegang kedua bongkahan pantatnya dan kedua kakinya kulingkarkan di pinggangku. Aku membawa tubuh Bu Asmi merapat ke tembok ruangan tersebut, menekannya di tembok dan mulai menggerakan pantatku maju mundur menekan pantat Bu Guru berjilbab itu ke tembok. Membuat kontolku itu langsung menerobos keluar masuk kemaluannya yang telah basah oleh cairan kenikmatan yang keluar pada waktu dia mengalami orgasme tadi, juga sperma pak Ayip yang mengalir keluar.
Gerakan pantatku semakin lama semakin cepat dan tekananku semakin kuperdalam. Badan Bu Asmi menggeliat-geliat.
“Oooohh… Ooooohh… Eeeehhmm…!” suara lirih terdengar keluar dari mulutnya setiap kali aku menekan pantatnya dengan kuat.

Tiba-tiba kudengar Seruni memekik tertahan saat Joni membalikkan badannya tanpa melepas kontolnya. Kini siswi cantik lugu yang berjilbab itu berhadapan dengan Joni. Tanpa menunggu lama, Joni mulai kembali menaik-turunkan tubuh Seruni. Kelihatannya Joni sangat senang menyaksikan payudara Seruni yang bergoyang-goyang seirama tubuhnya yang naik turun. Maka Joni kembali merengkuh payudara Seruni. Kembali Siswi SMA berjibab itu menggeliat-geliat karena buah dadanya dirangsang.

Panjul yang sudah berdiri di ranjang, kini menarik mulut Seruni dan menjejalkan kontolnya ke mulut gadis berjilbab itu. Jadilah kedua rongga Seruni dijejali kontol-kontol besar. Mulut Seruni terisi penuh oleh kontol Panjul, itu pun tidak menampung seluruhnya, paling cuma masuk setengahnya saja. Terlihat Seruni sesak nafas dan terbatuk-batuk tertahan dibuatnya. Gadis itu harus bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya.
Panjul juga meremas-remas kepala Seruni yang masih terbalut jilbab putih yang sekarang sudah awut-awutan dan basah karena peluh, sambil memacu mulut gadis itu dengan cepat. Terlihat Seruni kehabisan nafas dibuatnya, dia sampai terbatuk-batuk. Belum lagi sodokan Joni yang makin tak beraturan. Gelinjang tubuh Seruni makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, gadis berjilbab itu juga menggerakkan badannya sekuat tenaga sehingga kontol itu menusuk semakin dalam. Hingga akhirnya,
”Aahh.. aku keluar, massshhh...” jerit Seruni panjang sambil melepas kontol Panjul. Tubuh gadis itu lemas setelah sebelumnya mengejang hebat. Keringat siswi cantik lugu yang berjilbab itu menetes-netes.
Namun sepertinya Joni masih belum selesai, nampak dari kontolnya yang masih tegang. Seruni segera diangkat lalu dibaringkan telentang. Gadis itu masih lemas saat Panjul kembali mendekat ke arahnya. Matanya yang binal menatap jalang ke arah memek Seruni yang sudah basah oleh sperma Joni. Diambilnya CD Seruni, lalu dilapnya memek gadis itu hingga bersih. Tanpa perasaan jijik, diarahkannya mulutnya ke rongga memek Seruni. Gadis berjilbab yang masih lugu itu hanya memejamkan mata, menanti apa yang akan terjadi. Walau badannya lemas, percuma saja menyuruh Panjul berhenti, karena laki-laki itu tampaknya sudah kerasukan.
Tubuh Seruni kembali bergetar kala mulut tebal Panjul bermain-main di lubang memeknya. Laki-laki itu menjilati setiap bagian dari liang surgawinya. Malah terkadang lidahnya mengarah ke anus gadis berjilbab itu, sehingga menimbulkan sensasi geli yang tak terkira rasanya.

Puas mempermainkan memek Seruni, kemudian Panjul bersiap-siap untuk penetrasi. Dia merenggangkan paha gadis itu. Mata Seruni membelalak melihat saat-saat kontol Panjul yang besar memasuki lubang memeknya. Kontol laki-laki itu cukup susah saat memasuki rongga tubuhnya yang masih sangat sempit (walau baru diobok-obok kontol Joni), sehingga Panjul harus memakai cara tarik ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti, sampai penisnya menancap cukup dalam . Dan setelah setengahnya masuk, dengan paksa dia hujamkan batangnya ke memek Seruni hingga mentok tok tok.
“Akkhhh… Aduh! Pelan-pelan, mas! Sakit...” erangan Seruni berubah jadi jeritan ketika dihujam seperti itu.
Panjul bukannya mendengar malah makin menjadi-jadi memompa kontolnya.
Sementara itu terlihat memek Seruni memerah menerima tekanan dan gesekan-gesekan dari kontol Panjul yang besar.
“Wah, gila! Sempit bener nih,“ kata Panjul sambil terus menyetubuhi Seruni dengan ganas, ”Hei, Jon! Enak sekali loh. Benar-benar nikmat tubuh pacarmu ini. Aah.. Besok aku minta lagi, yah? Ahh...” sambil mendesah-desah dia mengocok tubuh Seruni habis-habisan.
Gadis berjilbab yang masih lugu itu hanya bisa merintih-rintih dan menjerit-jerit lirih. Suara jeritannya makin lama makin lemah, diganti oleh suara mendengus-dengus. Seruni berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan kontol lelaki tersebut, sementara kepalanya cumabisa menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan.

Joni yang semula tadi beristirahat, kini ikut ambil bagian. Diarahkannya kontolnya ke mulut Seruni yang terbuka. Siswi cantik lugu yang berjilbab itu tak kuasa untuk menolak. Seruni hanya membuka mulut sedangkan Joni yang asyik memaju-mundurkan kontolnya. Sambil menikmati mulut Seruni bermain-main dikon
tolnya, tangan Joni tak pernah diam. Dada Seruni selalu menjadi sasarannya. Payudara Seruni yang semula putih mulus, kini berganti warna menjadi kemerah-merah dengan cupang dimana-mana.

“Aahh, enak banget nih, Njul, bisa pesta. Nggak nyangka pesta bisa enak kayak gini. Aahh...” kata Joni ke Panjul.

“Iya, gua juga keenakan nih. Aah.. Pacarmu ternyata bisa dipake juga, hehe.. Besok lagi yah?! Ahhh.. Aahhh..” balas Panjul.
Seruni hanya bisa mendesah-desah karena mulutnya dipenuhi kontol Joni.
Kira-kira lima menit kemudian mereka ganti posisi, kini Seruni dibuat menungging dengan wajahnya pas di depan kontol Joni yang belum keluar-keluar.
Dia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan mereka. Joni kembali menyodorkan batang kontolnya ke dalam mulut gadis berjilbab itu, tangannya meraih kepala Seruni yang masih memakai jilbab dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulut Seruni yag sudah mulai pegal.
Kini Seruni lagi-lagi melayani dua orang sekaligus. Panjul yang sedang menyetubuhinya dari belakang, masih perkasa dengan kontol besarnya yang masih kokoh. Panjul kadang-kadang juga menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati kenyalnya payudara sekal ranum milik siswi SMA berjilbab itu yang menggantung bebas. Seruni hanya bisa mengerang pelan setiap kali Panjul menghisap puting susunya. Dengan dua orang yang mengeroyoknya, Seruni sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa, sementara Joni dan Panjul terus menyetubuhinya dari dua arah, yang satu akan menyebabkan kontol pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang Seruni bahkan sampai tersedak kala kontol Joni menerobos sampai tenggorokannya.
Panjul dan Joni menggarap Seruni dengan posisi itu lebih dari sepuluh menit, sementara aku sudah mendapat orgasmeku lagi, menyemprotkan sperma kentalku ke memek sempit bu Asmi, lalu jatuh menimpa tubuh montok wanita cantik itu, sama-sama tersengal-sengal kehabisan tenaga. Memang benar, sungguh lemas bermain seks secara massal seperti ini. Aku masih melirik seruni yang digarap oleh Panjul dan Joni. Entah sudah berapa kali memek Seruni menyemprotkan cairan bening, tapi kedua laki-laki itu asyik saja gonta-ganti posisi sesukanya tanpa memperdulikan siswi cantik lugu yang berjilbab itu yang sudah terlihat sangat kelelahan.

Tak sampai dua menit, terdengar Joni mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulut Seruni bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Seruni meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutnya, namun tangan Joni yang kokoh tetap menahan kepalanya yang masih memakai jilbab yang menyebabkan Seruni kehabisan tenaga, tak kuasa untuk meronta lagi. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan oleh gadis berjilbab itu. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirnya dan membasahi jilbabnya. Seruni tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua mani Joni yang disembur ke mulutnya. Bahkan belum selesai semprotannya, Joni menarik kontolnya keluar dari mulut Seruni dan menyemburkan sisa maninya ke wajah gadis cantik itu sampai membasahi jilbab putihnya. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diri Seruni.
Pada saat hampir bersamaan, Panjul juga melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudara Seruni kuat-kuat hingga Seruni berteriak mengaduh kesakitan. Terlihat Panjul menyemprotkan spermanya yang sangat banyak ke memek gadis itu, sampai-sampai meleleh keluar dari celah-celah memeknya dan mengalir di paha siswi cantik lugu yang berjilbab itu. Sementara Seruni terlihat juga mendapat orgasmenya. Tubuhnya melengkung keatas, dengan mata yang hanya nampak putihnya. mulut yang terbuka merintih panjang, menikmati orgasme yang ia dapatkan bersama dengan Panjul.

Selepas Panjul mendapatkan orgasmenya, pegangannya melemas, sehingga Seruni yang kehabisan tenaga ambruk di ranjang dengan nafas ngos-ngosan, seperti orang baru lari sprint. Mata Seruni terlihat basah oleh airmata, menerawang menatap-langit-langit ruangan. Aku yang sangat capek memilih menutup mataku untuk beristirahat sebentar, memeluk bu Asmi yang ada di bawahku. Sesaat sebelum terlelap, aku mendengar desahan Seruni lagi ketika pak Ayip mengkangkangkan kakinya dan menancapkan kontolnya lagi ke memek gadis berjilbab itu.
***

Hari itu, setelah beristirahat, kami mengulang pesta seks paksa itu. Karena stamina kami sudah fit, kembali Bu Asmi dan Seruni melenguh-lenguh birahi digilir oleh kami berempat. Seruni dan Bu Asmi tak kuasa menolak walau sebenarnya masih lemas. Kali ini Panjul dan Pak Ayip yang menggarap tubuh Bu Asmi sampai mereka puas. Mereka membawa dan menyetubuhi Bu Asmi mulai dari sofa ruang depan sampai ke kamar. Dan diakhiri di kamar mandi. Seruni sendiri dikerjai oleh Joni dan aku di dapur. Ketika malam tiba, aku mengakhiri pesta seks itu dan mengajak bu Asmi yang sudah lemas untuk pulang. Tidak lupa aku menyampaikan terima kasih pada pak Ayip dan teman-temannya, sembari memberi mereka segepok uang. Tidak lupa juga aku meminta nomor HP Seruni, buat jaga-jaga kalau aku sedang pergi ke Dieng dan membutuhkan jepit hangat memek seorang gadis sma berjilbab yang lugu.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar