Kamis, 10 Januari 2013

Ibu Ayu



Ini adalah kisah petualangan seksku selagi aku kuliah. Nakal memang, bahkan terkesan brutal, namun aku sangat menikmatinya.
Petualanganku bermula sejak aku berkawan dengan Roni, teman satu jurusanku yang berwajah ganteng dan tubuh atletis. Secara fisik dia memang tipe cowok yang idaman para cewek. Sementara aku sih biasa aja, tapi kelebihanku ada pada gaya hidup. Bokap cukup mampu memberi aku mobil pribadi yang gress dan uang jajan yang lumayan. Maka jadilah kami berdua adalah pasangan pencari cinta. Kerjaannya gonta-ganti pacar, beberapanya tentu saja berhasil kami tiduri.
Namun karena begitu mudahnya mendapatkan cewek (tentunya yang tipenya bukan cewek baik-baik alias matre’), timbul ide gila kami untuk bisa merasakan hubungan seks dengan cewek berjilbab. Pada awalnya kami sih berhasil mendapatkan pacar cewek berjilbab, tapi ketika kami mencoba menjebol pertahanannya, mereka dengan tegas memutuskan kami. Dari pengalaman itu munculah ide gila kami untuk melakukan pemerkosaan, tapi pemerkosaan yang terencana dan harus berakhir dengan kepuasan dari si korban juga. Emang bisa? Awalnya kami juga ragu, tapi kami kemudian memikirkannya dengan sangat matang.
Pertama, korban haruslah wanita yang kami kenal, jadi setidaknya dia tidak canggung dengan kami. Kedua, korban sebaiknya sudah tidak perawan karena kehilangan keperawanan akan menimbulkan trauma buat korban. Ketiga, kami harus mempersiapkan peralatan lengkap, mulai dari selendang untuk mengikat, plester untuk menutup mulut, jelly pelumas vagina dan bahkan spray perangsang wanita.
Setelah melakukan seleksi, pilihan kami jatuh pada seorang ibu kost berjilbab bernama Ibu Ayu. Usianya sekitar 38-40 tahun dengan jilbab yang cukup modern kami bisa memperkirakan ukuran dadanya mencapai 36B bahkan mungkin 36C. Ibu Ayu ini cukup mengenal kami karena kami sering main ke tempat kostnya yang khusus putri itu untuk urusan ngapelin anak kostnya tentu saja. Kalau soal wajah, wanita matang ini cocok sekali dengan namanya, Ayu.. Dan yang juga membuat kami sering jelalatan adalah montoknya bongkahan pantat Ibu Ayu yang tak mampu disembunyikan oleh rok panjangnya.
Ibu Ayu tentu saja sudah punya suami, tapi dia isteri pertama dan suaminya lebih sering ”ngamar” di rumah isteri keduanya. Sebagai kompensasinya, Ibu Ayu diberikan bisnis kost-kostan yang cukup memberikan penghasilan lumayan buat dia. Anaknya ada dua, yang pertama sudah SMP kelas 2 dan yang kedua masih SD kelas 5.
Maka dengan peralatan lengkap di dalam ransel kuliah, kami mendatangi kost milik Ibu Ayu pada jam 10 pagi, saat sebagian besar penghuni kost pada kuliah dan kedua anaknya juga sedang sekolah.
Kami melihat kondisi kost saat itu cukup kondusif, sepi sekali, dan kami langsung berjalan memasuki rumah Ibu Ayu yang menempel dengan kost-kostan.
”Selamat pagi Bu”, sapa kami ramah ketika melihat Ibu Ayu sedang membereskan ruang tamunya. Pagi itu dia memakai kaos lengan panjang yang cukup ketat untuk ukuran baju muslim sehingga kami langsung merevisi perkiraan ukuran dadanya yang mungkin bisa mencapai 36D, pokoknya gede coy...
”Eh, Roni dan Freddy, kok pagi2x datengnya, mau ngapelin siapa? Kaya’nya pada kuliah tuh”, sapa Ibu Ayu dengan senyum ramah di wajahnya yang manis yang terbungkus jilbab kaos berwarna putih.
”Iya ya Bu, sepi banget, jadi bingung, padahal kami sudah bawa pizza nih”, aku mulai memancing.
”Wah... sayang banget dong..”, kata Ibu Ayu sambil terus membereskan lemari pajangan di ruang tamunya. Posisinya agak membelakangi kami sehingga kebahenolan pantatnya dibalik rok panjangnya jelas membuat kami semakin berdebar-debar dan tak sabar.
”Gimana kalau kita makan aja bareng-bareng Bu, mau kan?”, ajakku.
”Wah... beneran nih, Ibu sih enggak nolak”, candanya dengan renyah. Seandainya saja ia tahu maksud kedatangan kami, he3x...
”Ayo Bu... sok aja atuh”, sahut Roni seraya membuka kardus pizza yang masih panas itu.
Ibu Ayu tanpa canggung nimbrung dengan kami dan bersama-sama dengan kami menikmati pizza yang lezat itu.
”Sayang kami enggak bawa minum Bu”, celotehku.
”Eh, maaf... mau minum apa?”, Ibu Ayu yang sudah melahap dua potong pizza itu berdir menawarkan minum.
”Engg... kalau boleh sih susu Bu”, Roni memancing lagi.
”Waduh, kaya’nya saya enggak punya susu, gimana kalau kopi?”, tawarnya masih dengan lugu, padahal mata kami seakan sudah hendak meremas ”susunya” yang besar itu.
”Masa’ enggak punya susu Bu...”, canda Roni dengan melirik buah dada Ibu Ayu.
”Hus... kamu memang bandel Ron”, Ibu Ayu mulai sadar kalau kami memandangi ”susunya” dengan kagum dan nafsu.
”Sudah, tunggu saya akan buatkan kopi dulu ya...”, Ibu Ayu mencoba tak meladeni canda kami yang mulai menjurus dan berjalan ke dapur denga lenggokan pantatnya yang bahenol.
Kami segera bangkit mengikuti Ibu montok itu. Tugas Roni adalah memegang Ibu Ayu supaya ia tidak bisa berontak, sementara aku akan menutup mulutnya dengan selendang dan mendekap hidungnya dengn kapas yang berisi obat bius dosis rendah yang hanya akan membuat Ibu Ayu sedikit lemas, tapi tetap sadar.
Kami medapati Ibu Ayu sedang membuat racikan kopi di dapur. Pantatnya yang bahenol membelakangi kami dan dengan segera kami mengepungnya dari kanan dan kiri.
”Maaf Bu, kami maunya susu...boleh kan...”, pinta Roni dengan pandangan yang semakin nakal ke arah buah dadanya.
”Iya Bu, kami minta baik-baik...”, sahutku beriringan.
Ibu Ayu mulai nampak panik melihat wajah mesum kami.
”Gila kalian...”, seru Ibu Ayu mulai meninggi.
Melihat cara baik-baik tampaknya gagal, Roni dengan tubuh atletisnya itu segeran mendekap Ibu Ayu dari belakang.
”Jangan ngelawan dong Bu...”, kata Roni.
”Apaan heh... Gila Kalian!!”, Ibu Ayu mencoba memberontak, tapi Roni cukup kuat. Aku segera bertindak cepat dengan kapas obat biusku. Dalam sekejap Ibu Ayu terlihat langsung pusing dan lemas. Aku segera menutup mulutnya dengan kain.
”Beres... udah enggak bisa berontak nih, ayo bawa ke tempat tidur...”, seru Roni.
Kami membopong tubuh bahenol Ibu Ayu yang lemas itu ke kamar tidurnya dan sebagai langkah awal, aku bertugas memangku Ibu Ayu dan Roni bertugas memberikan foreplay buat Ibu Ayu.
Wajah Ibu Ayu semakin pucat karena takut. Air mata meleleh dari matanya.
”Tenang Bu... kami berikan yang terbaik kok...enjoy aja...” bisikku di telinganya.
Roni dengan penuh percaya diri membuka baju dan celananya sehingga tubuh atletisnya hanya dibungkus celana kolor yang tak mampu menyembunyikan kebesaran penisnya.
Ibu Ayu berusaha menendang Roni tatkala pria itu menyingkap rok panjangnya, namun tenaganya sangat kecil bahkan nyaris tak ada. Kini kami menikmati pemandangan kedua paha Ibu Ayu yang montok, putih dan mulus.
”Keren coy...” seru Roni kagum pada pamandangan indah itu.
”Yo’i...” aku membenarkan,”terus ke atas dong”.
”Sabar...perlahan biar Ibu Ayu menikmati”, kilah Roni. 
Roni membelai paha Ibu Ayu dengan lembut dan sekali-kali menciumnya sambil tangannya terus menyingkap rok panjang hingga terlihat daerah selangkangan dengan celana dalam warna hitam yang kontras dengan kulit putih pahanya.
”Wow... gondrong kaya’nya nih...”seru Roni seraya membelai rambut-rambut kemaluan Ibu Ayu yang tumbuh melewati batas celana dalam.
Ibu Ayu masih mencoba meronta, namun tetap tak bertenaga. Akhirnya ia hanya membuang muka dan memejamkan matanya.
Dengan nakal Roni mulai menciumi selangkangan Ibu Ayu, suaranya berdecup keras, apalagi tatkala ia mencium tepat di bagian kemaluan Ibu Ayu yang masih tertutup celana dalam.
”Buka dong Ron CD-nya...” celotehku tak sabar. 
Roni menuruti kemauanku. Dengan perlahan ia memeloroti celana dalam hitam milik Ibu Ayu sehingga kini gundukan bukit kemaluannya tampak jelas dengan rambut liar yang menutupi keindahan liang vaginanya.
”Kan gondrong...” seru Roni.
”Yah... maklum jarang dipake Ron...” aku menimpali.
”Goblok aja yang punya, kalau gue sih gue embat terus...” kata Roni.
Dengan lembut dan profesional, Roni menyibak rambut kemaluan Ibu Ayu sehingga ia menemukan bibir vagina yang merekah.
”Eh... udh agak basah nih...” seru Roni.
”wah... dari tadi kan kami sudah bilang Bu, jangan ngelawan... pasti enak kok...” candaku.
Ibu Ayu masih memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya. Dia masih berupaya mengingkari bahwa ternyata dia terangsang oleh kami.
Roni memulai jurus-jurus foreplay dengan membasahi jarinya denga jelly pelumas dan kemudian membelai-belai labium mayora Ibu Ayu, dan tentu saja tak ketinggalan klitorisnya. DI bagian klitoris, Roni dengan penuh nafsu menjulurkan lidahnya dan memainkannya.
Tubuh Ibu Ayu sontak terasa menggeliat, kami tertawa.
”Tuh kan... enak kan Bu...” seruku.
Melihat reaksi Ibu Ayu yang menggelinjang, Roni semakin terbakar nafsu, ia melumat habis kemaluan Ibu Ayu dengan mulut dan lidahnya. Aku yang melihat juga semakin berahi.
Tubuh Ibu Ayu semakin terasa menggelinjang, dan lambat laun wajahnya tak lagi berpaling. Ia mulai menatap Roni yang tengah mengerjai kemaluannya yang sudah lama ”nganggur” itu. Menurutku mungkin baru pertama kali dia dioral seperti itu. Roni memang dahsyat, lidahnya menjalar-jalar dari perbatasan anus dan vagina hingga ujung klitoris dan sekali-kali ia mengulum klitoris Ibu Ayu. Wanita mana yang bisa tahan kalau klitorisnya dikulum seperti itu. Mata Ibu Ayu yang tadi basah oleh air mata kini menatap penuh harap pada Roni.
”Ibu... mau saya buka tutup mulutnya enggak? Tapi jangan teriak ya...” aku menawari Ibu Ayu dan wanita itu terlihat mengangguk. Aku pun membuka kain penutup mulutnya.
”Kalian gila...”, seru Ibu Ayu. Tapi intonasinya sudah berbeda dengan seruan pada awal sebelumnya. Kini ia seperti meracau antara kalut dan nikmat.
”engh.... okh....”, Ibu Ayu semakin tak malu mengeluarkan lenguhan erotisnya tatkala Roni memainkan jarinya di dalam liang kewanitaanya.
Aku yang dari tadi Cuma jadi penonton mulai beraksi. Dengan lihai tanganku menarik kaos Ibu Ayu hingga buah dadanya yang terbungkus BH hitam menunjukkan kebesarannya.
”Buset... gede banget... ini mah semangka...” seruku takjub. Buah dada Ibu Ayu memang besar dan tampak masih kencang. Dengan tak sabar aku mencopot pengait BH-nya sehingga buah besar yang montok itu menggelantung menantang. Aku segera meremas-remas dan memilin puting susunya yang juga besar itu.
”Engh... kalian memang kurang ajar...” racau Ibu Ayu yang semakin terbakar birahi. Wajah manisnya sudah terlihat mesum dan tak ada lagi air mata yang mengalir bahkan mulutnya setengah terbuka seakan minta dicium. Akupun menyosornya dan ternyata memang benar, wanita berjilbab putih itu membalas ciumanku. Akupun melumat bibirnya yang seksi itu sambil terus meremas-remas susunya. Sementara di bawah, Roni terus bergerilya. Dan hasilnya tentu saja satu kosong....Ibu Ayu tak mampu lagi menahan orgasmenya.
”Engh.... gila....engh....okhhh”, tubuhnya mengelinjang hebat. Pengaruh obat bius sudah semakin berkurang sehingga gelinjangannya semakin terasa. Ibu dua anak itu melenguh cukup keras dan panjang tatkana orgasme menjemputnya. Wajah Roni terjepit dua paha mulusnya sementara bibirku nyaris tergigit oleh bibir Ibu montok yang sedang meraih kenikmatan duniawi itu.
”Wow.... asyik kan Bu...” seruku. 
”Kini giliran kami ya Bu...” seru Roni tak sabar. Ia memoloroti celana dalamya dan dengan segera menempelkan ujung penisnya di bibir kemaluan Ibu Ayu.
”Eh... pake kondom dong Ron...” seruku.
”Buset.... hampir lupa gua...”, Roni urung menghunjamkan penisnya dan segera mencari kondom di dalam tas dan kemudian memakainya. Ia segera menempelkan penisnya kembali ke bibir kemaluan Ibu Ayu yang montok dan perlahan-lahan memasukinya. Aku melihat wajah Ibu Ayu semakin mesum saja. Aku menciumnya lagi dan ia juga membalasnya. Ronde kedua dimulai. Aku berciuman dengan Ibu Ayu sambil terus meremas-remas buah montoknya, sementara Roni asyik menggenjot vaginanya. Sampai akhirnya terdengar lenguhan Roni tanda dia melepas orgasmenya.
”Hmm.... istirahat dulu ya bu...” ajakku membaringkn tubuh Ibu Ayu di atas tempat tidur. Tubuh montok itu masih terbungkus rok panjang dan kaos yang tersingkap, bahkan jilbabnya masih dikenakannya.
Aku mengambil botol aqua dari dalam tas dan menyodorkannya pada Ibu Ayu. Ia menerima dan mengguk airnya. Sementara aku merobek tissue vagina yang juga sudah kusiapkan. Pokoknya lengkap. Aku bersihkan vaginanya dengan tissue yang harum itu sehingga tak ada lagi bekas-bekas penjajahan Roni.
Setelah aku rasa cukup bersih kini giliranku memberikan oral seks pada Ibu Ayu. Wanita itu mulai terangsang lagi. Kini ia semakin tak malu-malu. Tanggannya membelai-belai rambutku dan sekali-kali menariknya tatkala ia merasa terangsang hebat. Aku semakin kalap dan melahap vagina ibu beranak dua itu. Sampai akhirnya aku rasa sudah cukup waktunya untuk melakukan penetrasi.
”Bu... doggy style ya...” pintaku.
”Apaan tuh?”, tanya lugu.
”Itu tuh bu... yang nungging...” canda Roni yang tengah istirahat.
Ibu Ayu menurut, ia kemudian bangkit dari tempat tidur, turun ke lantai dan menunggi di tepi tempat tidur. Wow... pantat bahenolnya membuat aku semakin tak sabar menikmati permainan inti.
Aku pun menempelkan selangkanganku di pantatnya, empuk sekali. Dengan tak sabar aku menyodokkan penis yang sudah berbalut kondom ke dalam vaginanya. Agak mudah memang, maklum habis dipakai Roni, namun tetap nikmat.
Aku menggenjotnya dengan irama perlahan seakan membelai dinding-dinding vaginanya. Ibu Ayu tampaknya sangat menikmati permainanku. Pantat bahenolnya bergoyang-goyang mengikuti irama sodokanku. Sampai akhir aku merasa otot vaginanya mulai mengeras tanda ia sudah hampir orgasme. Aku mempercepat tempo permainan dan akhirnya kami bisa meraih orgasme bersama-sama.
Ibu Ayu menggelepar di atas tempat tidur. Ia pasti tak habis pikir, dalam hidupnya dia bisa merasakan di gilir seperti ini, biasanya suaminya yang menggilir dia dan istri mudanya, kini dia yang merasakan dua penis sekaligus.
”Ibu... ibu enggak marah kan?”, tanyaku.
Ibu Ayu tak menjawab, ia menatap kami dengan wajah penuh terima kasih.
”Kalian... kalian kurang ajar...”, serunya.
”Tapi... enak kan Bu”, canda Roni yang sudah berpakaian kembali.
”Enak banget... gila!”, seru Ibu Ayu dengan senyum puas.
”He3x.... berarti lain kali boleh dateng lagi dong?”, tanyaku.
”Gila!... Kalian memang gila!”, Ibu Ayu berjalan menuju kamar mandi. Tapi dari intonasinya jelas dia mengiyakan. Dan nyatanya seminggu kemudian ketika kami datang ke rumahnya, Ibu Ayu sudah siap tempur. Selanjutnya justru dia yang SMS kami untuk minta jatah. Isinya singkat dan jelas: ”memek ibu gatel nih, garukin ya...”. Huh... dulu aja berontak-rontak, sekarang meledak-ledak.

Imah



Walaupun dengan susah payah akhirnya kontol ku masuk amblas ke dalam memek Imah. Gadis lugu berjilbab itu menjerit kesakitan. Kurasakan kontol ku hangat dan serasa ada yang memijat-mijat. Aku mulai mengerakkan kontolku maju mundur. Tanganku memegang pundak gadis berjilbab itu sedangkan mulut ku..
Perkenalkan, namaku Adi. Aku seorang mahasiswa disebuah perguruan negeri di kota Purwokerto. Aku punya kenalan yang alim, cantik dan lugu. namanya Imah. setiap hari selasa dan sabtu , kami selalu bertemu. Karena kami ikut kursus malam bahasa inggris di sebuah tempat kursus bahasa asing yang cukup terkemuka. Di tempat kursus itu pula kami pertama kali bertemu.
Sekedar informasi, Imah adalah seorang mahasiswa tingkat pertama di sebuah perguruan tinggi islam swasta di kota ini. Imah yang selalu memakai jilbab lebar mempunyai wajah yang putih dan cantik lagi imut, membuat setiap orang tak bosan-bosan memandangnya. Apalagi senyuman lugunya yang manis, membuat semua pria tahu kalau gadis ini sangatlah polos dan benar-benar lugu. Dengan tinggi 167 cm dan berat 50 kg, kulitnya yang putih bersih selalu tertutup dengan busana muslimah yang longgar, dan jilbab yang lebar pula.
Meskipun lugu Imah sangat menggairahkan. Yang paling menonjol dari gadis alim yang lugu ini ialah pantatnya yang besar dan padat. Sekal sekali. Agak kontras dengan bentuk tubuhnya yang langsing. Roknya yang longgar dan memanjang sampai kemata kaki, tak bisa menyembunyikan lekuk buah pantatnya yang bergoyang naik-turun dan kekanan-kiri ketika berjalan. Didukung payudaranya yang cukup besar untuk ukuran seusianya, yang biarpun sudah ditutupi dengan baju longgar dan jilbab lebar, namun masih terlihat menonjol menggairahkan, seperti pasrah untuk diremas oleh para lelaki. Ukuran branya mungkin sekitar 34b.
Hari ini Imah terlihat sangat cantik dengan jilbab dan baju warna pink dan rok hitam panjang. Ketika melintas di depanku setelah selesai kursus, mataku segera tertuju ke bagian dada Imah, yang walaupun tertutup jilbabnya namun dari samping terlihat menonjol dan montok. Tanpa sadar gairahku naik melihat tubuh Imah. Entah darimana, timbul niat untuk memperkosa Imah.
Setelah pulang kursus pada malam harinya, kucoba untuk mengajaknya pergi makan ke warung seberang jalan. Pertama tama dia menolaknya, namun akhirnya dengan agak memaksa, aku mendapatkan persetujuannya. Saat kami berada didalam warung, hujan turun dengan lebatnya. Dengan gelisah Imah menunggu hujan reda di dalam warung. Aku justru berdoa agar hujan reda ketika malam sudah agk larut, agar Imah mau kuantarkan, karena sudah tidak ada angkot lagi. Ternyata benar. hujan baru reda pukul 21.25. kami keluar dari warung bersamaan dengan tutupnya warung itu. segera kutawarkan untuk mengantarkan Imah pulang, dengan alasan tidak ada angkot. Pertama-tama Imah menolak, karena tidak mau berboncengan dengan pria yang bukan saudaranya, dan memilih jalan kaki walalupun jauh .namun dengan seribu satu alasan dan ancaman kalau nanti dijalan ada yang menodongnya dan lain-lain, akhirnya Imah dengan sedikit berat mau menerima ajakanku.
Saat mengantarkan Imah pulang, aku berbohong dnegan mengatakan motor Tigerku ngadat dan aku pura-pura memperbaikinya sambil mengulur-ulur waktu. Gadis lugu berjilbab itu hanya bisa gelisah menunggu. Pukul 23.05, aku pura-pura telah berhasil memperbaiki tigerku. Segera aku membawa Imah yang sudah benar-benar geliash pergi. Otakku sudah mulai membayangkan kenikmatan tubuh gadis berjilbab yang semok dan menggairahkan itu. tiba-tiba hujan kembali turun, dan dengan berbohong tidak membawa mantel hujan, aku ngebut dan membawa Imah ke rumah yang kukontrak sendirian yang “kebetulan” sudah dekat.
Setelah sampai dirumahku, segera Imah kupersilahkan masuk. Rumahku yang termasuk terpencil dan jauh dari tetangga lainnya membuatku leluasa untuk menggarap Imah, pikirku. Awalnya gadis manis berjilbab itu segan dan sedikit curiga, namun karena rumahku tidak memiliki teras dan hujan semakin deras turun, terpaksa ia masuk kerumahku. Setelah kami berada didalam, segera kukunci pintu dan kudorong gadis berjilbab itu jatuh. Dengan birahi yang menggebu aku tindih dia dari belakang sambil ku tarik kedua lengannya ke belakang.
“jangan………apa yang kamu lakukan Di….”. kata Imah panik.
“tenang aja Mah, kamu bakalan enak kok….” balas ku.
Imah meronta,tapi apa daya seorang perempuan akhirnya setelah meronta selama sekitar 15 menit dia akhirnya lemas juga. Aku gosokkan kontol ku ke pantatnya yg besar, yang saat itu dibungkus rok hitam panjang dengan bahat lembut. Sambil ku remas-remas bongkahan pantatnya yang padat berisi. Wah, nikmat……..
“pantat loe kualitas nomer satu Mah…..ouuhh….semok banget!!”.
“ooohh.., ohhhh… janggaaaaannn…. jangan Di……aku teman kamu sendiri….”rintih gadis alim yang lugu itu sambil menahan tangis.
Namun aku nggak peduli. aku balik tubuh semoknya. aku robek kemeja longgarnya sampai kancingnya berhamburan lepas, dan jilbabnya kusampirkan kepundak, sehingga kulit payudaranya yang putih ranum terlihat. Kuremas-remas dengan kasar susu nya yang masih terbungkus bra pink yang dikenakannya. Gadis berjilbab itu hanya bisa meronta tanpa daya sambil merintih-rintih dan mulai menangis. Tapi aku tak peduli. Justru tangisannya membuatku semakin bernafsu.
Kutarik bra nya. Payudaranya bergoncang naik turun karena kutarik bra nya dengan paksa.aku tertegun melihat payudara gadis alim itu yg besar tapi kencang dan kenyal. Kulit payudaranya putih bersih, ditumbuhi bulu-bulu halus di sekitar wilayah dadanya. Urat-urat berwarna kehijauan melintang di buah dadanya. segera kujilat dan kusedot sedot, sambil sesekali aku gigit-gigit gumpalan daging di dadanya itu. terdengar rintihan gadis alim berjilbab itu semakin keras, dan mulai dibarengi dengan desahan-desahan erotis. Nampaknya gadis alim ini mulai terangsang.
Wah asyik dan nikmat, sementara tanganku yg satunya memilin-milin puting susu Imah yang coklat kemerahan dan mulai mengeras. gadis lugu berjilbab itu ternyata benar mulai terangsang. Kutekan kedua susu nya sampai tergencet, sehingga melebar ke samping. Ku tampar-tampar kedua gunung kembarnya sampai memerah. Imah pasti merasakan panas pada kedua payudaranya saat ini.
“Aauhhh… auhh… ihhhh… ooohhhh……. ahhhhh” rintih Imah menahan geli dan nyeri pada kedua payudaranya. Kujepit puting susu sebelah kanan nya dengan kedua jariku. Kemudian kuplintir-plintir sambil kutarik-tarik keatas. Sambil kuhisap sekuat-sekuat nya, hingga putting susu gadis lugu yang alim itu mengeluarkan sedikit cairan putih yang lengket.
“ouuhh……. sakiiitt…… ampuunn……. Di…………iii……peerriiihh….” erang Imah.
Kemudian kutarik lepas rok longgarnya, ku tarik CD nya ke bawah, dan langsung ku kucek-kucek memeknya yang sudah mulai basah.
“ohhhh…. jangan Di…….kumohoooonnn…….ouuuhhhh…… .”.tubuh Imah menggelinjang hebat. Gadis alim berjilbab itu merasakan ngilu yang sangat di memeknya, namun juga disertai perasaan nikmat yang hebat. Agak lama aku mengucek-kucek memek Imah, dan akhirnya…
“Aaaaaakkkhhhhhhh……. Aihhh!!……aaiiiihh!!!……..ukhhhh ………” gadis lugu yang alim itu mengerang keras. tubuh Imah menggelinjang hebat. Punggungnya melengkung keatas. Puting susunya mengeras dan terlihat berkedut-kedut. Bersamaan dengan semua itu, cairan memeknya meluber keluar, sampai membasahi karpet di ruang tamuku. Orgasme itu nampaknya orgasme pertamanya, terlihat dari matanya yang melotot kearahku. Tatapan mata benci, namun juga terkejut dan kebingungan atas kenikmatan yang ia dapat. Setelah sekitar 1 menit tubuhnya terguncang-guncang tak terkendali oleh orgasme pertamanya, akhirnya tubuhnya melemas dan terkulai di karpetku. Tatapan matanya nanar ke langi-langit, bingung dengan yang terjadi.
Tanpa memberinya kesempatan beristirahat, Aku segera melepas Cdku. Mendekat ke wajahnya yang sayu, dan menyodorkan kontolku kedepan wajahnya. Melihat keterkejutannya, tampaknya ini pertama kali ia melihat kontol secara langsung. Kujepit klitorisnya dengan kedua jariku, kutarik dan kuperkeras jepitanku.
“aahhh..eeghhhh……….eeghhhhh….s akkkiittt…….Dii….sakk…..kitttt ……”. Imah yang masih lemas terus menggeliat mencoba melepaskan jariku.
“jilat kemudian sedot kontol gue,klo nggak gue tarik sampai lepas klitoris loe!!!!”.
Gadis berjilbab itu ketakukan, dengan terpaksa ia mulai menjilati kontolku, kemudian mulai mengulumnya.
“Waaaoooo ….. Imah mengulum kontol ku. Wah… nikmat sekali …..”.
Aku jejal kan kontol ini kemulutnya sampai masuk ke tenggorokannya, hingga ia kehabisan nafas aku tarik kontol ku dari mulutnya. Gadis alim itu terbatuk-batuk. Cairan ludahnya bercampur dengan cairan tenggorokan keluar banyak sekali, meluber membasahi mulut, dagu, pipi, bahkan sampai membasahi jilbab pink-nya. Pemandangan itu membuatku semakin bernafsu. Aku lepas cd nya yang sudah melorot sampai lutut, kemudian ku elus-elus pahanya yang putih bersih dengan bulu-bulu halus. Aku angkat paha gadis alim itu dan melebarkannya. Imah yang sudah sangat lemas karena orgasme pertamanya yang dahsyat tidak mampu banyak melawan.
Kepala ku menunduk memperhatikan memek Imah yang sudah becek, yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepala ku bergerak dan mulut ku mulai menjilati memek gadis berjilbab itu yang gemuk dan lipatan daging memeknya yang kemerahan. cairan cintanya yang gurih ikut terjilat, namun itu malah semakin membangkitkan nafsuku. Imah kembali terengah-engah merasakan kemaluannya ada yang menjilati. Hanya suara erangan gadis lugu berjilbab itu saja yang terdengar.
Sementara mulut ku menjilati memek Imah, tangan ku bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Imah serta mempermainkan putting susu gadis alim berjilbab itu.. Imah menggeliat antara sakit, geli dan takut. Kubuka bibir memek Imah, kemudian kumasukan jari telunjukku ke dalam liang kemaluannya. ku masuk keluarkan dengan cepat. Kukorek-korek lobang memeknya sampai lubangnya mulai terbuka agak lebar. Memek gadis berjilbab itu semakin basah akibat rangsanganku. Tiba-tiba Imah kembali menegang dan mengangkat pinggulnya dan melemah. Rupanya Gadis alim itu kembali orgasme. Dari memek Imah kembali menyembur keluar cairan memeknya yang bening dan lengket.
Ketika melihat bibir memek gadis berjilbab itu telah sangat basah, cepat-cepat Aku arahkan kontol ku yang sudah menegang dan mendekatkannya ke liang memek Imah. Langsung saja kutempelkan kepala kontolku di depan lobang memeknya, kemudian dengan sekuat tenaga ku dorong kontolku. Aku masukkan kontol ini ke memek gadis berjilbab itu, masih sulit maklum, gadis alim yang manis itu masih perawan jadinya lobang memeknya masih sangat kecil. Sambil memegangi pinggul gadis alim yang berkulit putih bersih itu, Aku menggerakkan pinggulku, dan “hup………….ooohhh”.
Walaupun dengan susah payah akhirnya kontol ku masuk amblas ke dalam memek Imah. Gadis lugu berjilbab itu menjerit kesakitan. Kurasakan kontol ku hangat dan serasa ada yang memijat-mijat. Aku mulai mengerakkan kontolku maju mundur. Tanganku memegang pundak gadis berjilbab itu sedangkan mulut ku menciumi putting susu Imah yang masih mengeluarkan cairan keputihan seperti susu itu.
SEMUA KARYA CIPTAAN INI HANYALAH FIKSI, DAN EDITAN DARI SEBUAH KARYA YANG BERJUDUL SAMA. TIDAK BERMAKSUD MENYUDUTKAN GOLONGAN TERTENTU, SEMATA-MATA HANYA ISENG DAN KARENA MENYUKAI SEMUA JENIS GADIS, JUGA YANG BERJILBAB. (PEN.)
Imah mengerang dan mendesah-desah sambil terus terisak. Peluhnya yang membanjir membasahi jilbab yang masih membungkus kepalanya. Wajahnya yang sayu, terlihat pasrah dan ayu dengan jilbab yang berantakan memberi kesan erotis, membuat ku semakin bergairah . Aku goyangkan kontol ku naik turun. Kutekuk kedua kakinya keatas, sehingga kedua paha gadis alim berjilbab yang putih mulus itu menyentuh payudaranya. Kupompa memek gadis alim itu naik-turun, sampai keluar darah perawannya yang mengalir membasahi bibir memek dan turun ke anus Imah ke belahan pantatnya.
“ohh ohhhh …. ohh… aakhh….. aahhh” Imah mengerang-erang kesakitan.
“Sakittt Di…… aaaakhh…. a..ku mo..hon..hen..ti…kan….. Di….” Imah terus memohon. Terdengar suaranya yang terpotong-potong karena genjotan kerasku. tapi aku tak peduli. aku terus mengebor lobang kemaluannya sambil kukulum dan kuhisap mulutnya yang mungil. air liur mengalir membasahi bibir, hidung, pipi, dan membasahi jilbabnya. kujilat dan kuhisap air liur gadis alim yang sedang kuperkosa itu dan kuteguk dengan nikmat.
Dan kuganti permainan ku. Kubalikkan tubuh gadis lugu alim yang sudah lemas dan pasrah itu. Kuposisikan tubuh telanjang Imah yang tinggal memakai jilbab itu seperti Anjing. Dari arah belakang kembali Kuhujamkan kontolku ke liang memek Imah. “hebat Mah….oooh….. memek loe rapet banget, sayaaanghhhh….”.Gerakan ku semakin cepat. Kedua tangan ku semakin kasar meremas-remas susu gadis itu.
Imah semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Aku tak peduli. Terus saja Aku maju mundurkan pinggul gadis alim yang benar-benar putih itu dengan cepat sambil menampar-nampar bongkahan pantatnya yang padat dan kenyal dengan keras. Sehingga bekas tamparanku mengecap merah membentuk telapak tangan di kulit pantat gadis alim yang putih mulus itu.
“aahhakhh……aahhkkk…. peee.. eerrii.. ii.. hhhh……. Diii…. iii…. aku ngga… taa.. haannn..”.
“Iiimm…mmaaa…hhhhh….loee…emang pantas….. jadi aan.. jii.. i. ng… oohh…. gila… enaknya.”.
“aaakkkhhh…. hhh……akhh…….. ohh…. ohh…… ouhhh” Imah terus merintih kesakitan.
Aku semakin bersemangat. Sampai akhirnya tubuh ku mengejang dan akhirnya pejuku menyembur ke dalam rahim gadis alim itu, memenuhi lobang memeknya.
“Ohhh….nikmattt………… …….gue masukin peju gue ke lobang loe…Mahhhh……” .
Setelah diam beberapa saat membiarkan kontol ku tertanam di lubang memek Imah. Sambil menikmati jepitan memek gadis alim yang otot memeknya berdenyut-denyut. Aku lepaskan kontol ku dan membalikkan tubuh Imah serta mengangkat kepala gadis itu yang masih terbungkus jilbab serta memaksa Imah menjilati kontol ku yang masih basah oleh sperma dan darah.
Setelah kontolku bersih aku tergeletak disamping Imah sambil membelai kepalanya yang masih terbungkus jilbab. Wajahnya terlihat pucat merasakan sakit pada selangkangan nya.
Aku bergegas ke kamar mandi. Aku mandi dan setelah itu aku kembali keranjang aku pandangi tubuh Imah yang dalam posisi menyamping tergolek lemah tak berdaya sambil kedua tangan memegangi selangkangannya. Tubuhnya sudah benang selembarpun, namun kepalanya masih terbungkus jilbablebarnya yang tersampir kepundak. Isak tangisnya masih terdengar, walaupun tidak sekeras tadi. Matanya yang sayu memandang nanar.
Melihat pemandangan itu tiba tiba kontol ku bereaksi lagi. setelah melihat pantat putihnya yang mulus dan padat berisi, aku langsung menindihi nya dan menciumi bibir nya dengan ganas beda dengan tadi sekarang Imah tampak pasrah menerima perlakuanku. Aku remas-remas dan kutarik-tarik susunya aku keluarkan kontolku lalu aku jejelin ke mulutnya. Gadis alim yang lugu itu kupaksa mengulum kontolku oohhh… ohhh… aku merintih keenakan merasakan surga dunia.
Kemudian kuletakkan kontolku tepat diantara kedua payudara Imah, kutekan kuat-kuat kedua susu gadis berjilbab lebar itu hingga menjepit erat kontol ku. Langsung kugerakkan kontolku maju mundur.
“uuu…. uuhhhhh…………toket loe empuk Mah………kenyal banget”.
“eeeghhh…….. ehh……. ehh……. ouuu.. hh…..”. Imah meringis kesakitan sambil kedua tangan nya berusaha melepas cengkraman tanganku pada kedua susu nya.
Kupercepat irama gerakan kontolku. Urat-urat payudara Imah terlihat sangat jelas, seperti mau keluar dari kulit payudara nya yang montok itu..
Setelah itu aku balik tubuhnya sekarang Imah dalam keadaan tengkurap, aku ciumi bongkahan pantatnya sambil ku jilat-jilat. Aku masukkan kontol ku kelubang anusnya.
“errgghhh…… oouhh… jangan… Di… aku mohon jangan disitu!!! sakiitttt……. Dii…” gadis manis alim itu terus memohon.
Perlahan kutekan kepala Imah hingga turun menyentuh lantai. Sepasang tanganku menarik pantatnya ke atas hingga gadis alim itu menungging. Melihat posisi gadis berjilbab itu yang sangat menggairahkan, aku semakin kesetanan. Imah sangat ketakutan. Aku terus mengerjai pantat gadis alim itu yang sangat putih dan montok. Sulit sekali aku buka belahan pantatnya, kemudian kujilati dubur Imah sambil kumasukan jari tengah ku ke dalam lubang anus gadis lugu yang alim itu. Ujung jariku mulai kudorong masuk ke anusnya, sakit yang amat sangat menyengat Imah.
Perlahan, aku mulai memutar-mutar jariku membuat liang anus gadis alim itu membuka menyakitkan. Aku terus mendorong dan memutar hingga akhirnya seluruh jari tengah ku masuk ke dalam anus Imah dan mulai bergerak keluar masuk. Tangan Imah meremas tempat tidur di bawahnya dengan gigi yang gemeretak, berusaha menahan sakit yang amat sangat. Aku masuk-keluarkan jariku dengan cepat, gadis berjilbab itu menggelinjang kesakitan.
“ooooohhhhhhhhh…… akhhhhhh…”Imah menjerit “sakittttttttttt……. ampun Dii…… akhhhh… ouuhh……. “.
“Yes, ini bener-bener hari keberuntungan gue, gue udah lama pengen ngerasain pantat lo Mah,”.
Gadis manis yang alim itu semakin gemetar ketakutan ketika aku berlutut di belakangnya. Tubuhnya tersentak ketika tangan ku membuka belahan pantatnya dan mulai merabainya lagi.
“aku mohon, aku mohon……jangan lakukan, aku nggak tahan sakitnya Diii……kamu sudah masukin punya mu di mulut ku dan memek ku, apakah itu ngga cukup buat kamu dii…aahhh…. argghhh…” Imah terus memohon.
Setelah lubang duburnya agak terbuka, aku masukan lagi jari telunjukku. Dengan kecepatan tinggi ku masuk-keluarkan kedua jariku didalam lubang dubur Imah. Gadis mains berjilbab itu terus meronta, sambil megap-megap menahan nafas karena kesakitan. Setelah kurasa lubang duburnya terbuka cukup lebar, kucabut kedua jariku yang berlumur darah anusnya. kemudian kumasukkan kedua jariku itu kedalam mulut Imah, kuoleskan ke lidahnya sampai kedua jariku bersih.
Kuarahkan kontolku yang menegang keras ke lobang dubur Imah yang memerah dan berkerut. Kucengkeram kepalanya yang tertutup jilbab dan kutarik dengan kencang.
“Aaakkkhhhh.. hh…… akhhhhh… ooooohhhhh….. sakiiiiiitttttttt…… Diiii”.
Rasa sakit langsung menyengat pantat Imah, ia berusaha merangkak ke depan, tapi tanganku yang di kepalanya membuatnya harus diam tak bergerak, punggung gadis alim itu melengkung menahan sakit. Pantatnya terangkat ke atas. Tangan ku di perut Imah memeganginya dan menariknya agar punggung gadis manis berjhilbab itu lurus kembali. Imah terengah-engah, Meluruskan punggungnya, dipegangi oleh tanganku, tak berdaya menunggu rasa sakit selanjutnya.
Imah menjerit dengan keras sekali ketika aku berhasil memasukkan sebagian kontolku ke dalam duburnya.Imah merasakan lubang anusnya membesar diterobos oleh kontol ku, sedangkan aku merasakan rasa panas di kepala hingga batang kontolku ketika hampir seluruhnya telah masuk ke dalam anus gadis alim yang lugu itu.
“Jangan, jangan….. Diiii…. aku mohon, sakit sekali, sakit, berhenti…. Sakiiitt…Diii……aku ngga ku…. aatttt….. aaaarrgghh….” Imah menjerit-jerit.
“Oke, sayang, gue udah masuk semua dan gue akan segera mulai pake pantat lo”.
Aku tak peduli aku paksa dan akhirnya masuk seluruhnya, kudiamkan sejenak sambil kupandangi batang kontolku yang tertanam di belahan pantat Imah.Aku goyangkan pantat putih gadis lugu yang alim itu kekanan kiri naik turun wah rasanya nikmat. Kemudian ku maju mundurkan pinggulnya, sambil kukeluar-masukkan batang kontolku dalam lobang duburnya yang sangat sempit dan kering.
“ooohhh………..oohhh…gilaa…..dubu r loe Mah……lebih sempit dari dubur ayam”.
Lubang anusnya tampak masih seret tapi itu menambah nikmat aku naik turun kan pinggangku sambil ku cengkeram pinggulnya. Gadis alim itu menarik nafas dalam-dalam, berusaha menahan sakit semampunya, tangannya mencengkeram kepalanya sendiri dan menariknya hingga menempel di atas kasur. Imah yang cantik sekarang menungging, kepala menempel di atas kasur, pantatnya di atas dengan sebuah kontol masuk di dalam anusnya. Imah merasa dirinya seperti penuh, seakan-akan dirinya ingin buang air. Gadis alim itu tidak percaya akan apa yang terjadi pada dirinya. Usahanya untuk menutupi keindahan tubuhnya dengan jilbab lebar dan pakaian longgar gagal, dan malah sekarang ia diperkosa secara brutal oleh temannya sendiri. Air matanya membanjir membasahi karpet. Air mata kemarahan, kesedihan dan kesakitan jadi satu.
“hheeeghhhhh …. ooohhh….. oooooohhhh.” kepala Imah menengadah keatas, bibirnya membentuk huruf O. membisu, karena suaranya tertahan di tenggorokannya.Kuangkat lagi ketika pinggul gadis berjilbab itu mulai turun, sehingga sekarang Imah dalam keadaan menungging dengan kokoh. Kusodok-sodok pantatnya sambil kuremas-remas susu gadis alim itu yang sangat putih dan mulus. Darah menyelimuti kontolku ketika kutarik keluar. Di iringi erangan suara Imah. Cairan anus Imah mengalir keluar bercampur darah turun ke memeknya, kemudian mengalir terus ke paha Imah yang putih mulus.
Anus Imah sangat sempit dan panas. Aku sangat menikmati jepitan anus gadis alim itu di kontolku, menikmati pijatan di kontolku. Kontol ku sebenarnya juga merasa sakit karena saking sempitnya anus Imah, tapi tanpa peduli aku kembali mulai bergerak keluar masuk. Kulihat liang anus Imah yang kupaksa kontolku masuk hingga pangkalnya, dan ketika kutarik kontol ku, Aku menikmati sekali otot-otot anus itu berdenyut memijati batang kontol ku, Sampai tinggal kepala kontol ku yang masih tertinggal di anus Imah, Kemudian kudorong lagi kontol ku masuk. Sakit semakin menjadi-jadi menyerang pantat hingga seluruh tubuh gadis lugu yang alim itu.
Setelah kurang lebih 15 menit aku menyodomi Imah, aku merasakan peju ku mau keluar. Kucengkeram leher dan kepalanya yang masih terbungkus jilbab dan menariknya kebelakang sehingga wajahnya menatapku dengan mulut menganga ke atas. Sementara tangan kiriku menekan pantatnya, kudorong kontolku sampai sedalam-dalamnya ke dalam lubang dubur Imah. Akhirnya peju ku menyembur di dalam anus gadis alim yang montok itu. Ketika cairan panas terasa mengalir masuk di anus Imah. Ia menjerit dan menjerit tanpa daya ketika sperma ku membuat anusnya semakin perih.
“Aaaaaahhhhhh…………. oouhhh…. sssshhhh…gilaaa… aaa…Maahhhh….. dubur loe gue masukin peju gue……”.
Di pantat Imah kontol ku mulai kutarik keluar perlahan. Ketika sampai dikepala kontol, aku berhenti sejenak, Dan kemudian perlahan kembali kutarik hingga terlepas seluruhnya dari jepitan anus Imah. “Uugghhhh,” gadis berjilbab itu mengerang ketika kontol ku terlepas dari jepitan anusnya. Cairan mengalir keluar dari anusnya.
Imah melihat ke belakang dan melihat di antara kedua kakinya menetes sperma kental berwarna putih dengan bercak-bercak merah dan kuning mengumpul di kasur. Tubuh gadis alim yang lugu itu bergetar dan tersungkur lemas.
Kucabut kontolku, sambil rebahan disamping tubuh Imah yang basah oleh keringatnya. Ia pingsan karena kecapaian dan merasakan sakit yang luar biasa pada kedua lobang di selangkangannya.
kejadian malam itu sempat aku abadikan dalam sebuah photo. Aku gunakan agar Imah tidak menceritakan penderitaannya kepada orang lain. Terutama ortunya. Aku rutin menyetubuhi dia, terutama menyodominya. Minimal seminggu dua sekali. Entah sudah seberapa lebar lobang anusnya sekarang. Ternyata lama kelamaan dia bisa menikmatinya, dan setiap aku menyodominya, dia juga ikut orgasme. Tentu saja itu semua tidak ia kehendaki, karena ia malu, sebagai wanita yang memakai jilbab, kenapa bisa orgasme karena sodomi.

Meyda Sefira On The Villa (Meyda Gambang)

Sudah hampir dua minggu semenjak gundamku lontarkan kepada Meyda Sefira, dikeseharian Meyda tetap disibukan dengan jadwal-jadwal syuting dan promosi. Meski di tengah kesibukannya Meyda tetap harus melayani nafsuku, semakin hari Meyda menjadi lebih lihai dalam melakukan persetubuhan baik sex kilat maupun di apartemennya. Di kesehariannya Meyda tetap tampak bersahaja dan anggun dengan Jilbab yang selalu menutupi kepalanya, tetapi diluar itu Meyda sudah menjadi semakin binal.

Malam sudah menunjukan jam 9 lewat, scene shooting hari itu sudah selesai, “Mang, kita pulang yu..”, kata Meyda mengajakku untuk segera pergi. Sekarang Meyda tidak pernah duduk di kursi belakang lagi, atas perintahku sekarang Meyda selalu duduk disampingku dengan begitu aku bisa mengerayangi tubuh Meyda yang sintal di balik baju dan kerudungnya itu.

Mobi pun mulai meluncur, tetapi arahnya ku rubah bukan menuju ke apartemen, melainkan kearah puncak, tak lama kemudian mobil yang sedangku kendarai berhenti karena lampu perempatan jalan berwarna merah, perempatan yang sepi aku mengeluarkan penis kesayanganku, kemudian tanganku meremas payudara Meyda yang tertutup bajunya dengan lembut. “Emmhhh…..”, meyda bergumam ketika toketnya ku remas-remas.

Lampu jalan telah menunjukan warna hijau. Mobil yang ku kendarai juga ikut meluncur seiring “Sepong kontol ku Meyda…., sekalian bersihin dulu tadi aku sudah kencing belum di bersihkan!!”, tangan meyda langsung meraih batang penisku, “Tuan pengen di sepong..??, Meyda sepong ya….”, dengan nada bicara yang genit dan manja Meyda mendekatkan kepalanya ke kontolku. Meyda langsung menjilati penisku terutama liang kencingku dimainkan dengan lidahnya kemudian Meyda memasukan batang penisku ke dalam mulutnya. Bibir Meyda sampai mentok ke selangkangan ku. Meyda memaju mundurkan kepalanya, dia terus nengulum penisku yang semakin membesar.

“Ahh, kamu hebat Meyda…., kamu tambah pintar nyepong…”, kataku sambil aku terus mengendarai mobil.

“srrrruuuppp….. srruuuppp….. enak sekali kontol Tuan….”, ucap Meyda sambil meneruskan kembali mengulum penisku batangku disedot sedot dalam mulutnya. dengan sangat rakusnya Meyda terus melakukan kuluman demi kuluman, kuluman yang rakus dan buas, hampir selama 7 menit Meyda terus mengulum penisku dan aku pun sudah ingin mengeluarkan pejuku.

“Oooooooh .. bentaaaar aaaaaaaaaaaaaaaaah .. maaaaaaaaaaaauuuu aaaaaaaaaaaaaaaaah Sekaaaraaaaaaaaaaaaaanggg aaaaaaaaaaaaaaaaaah “ aku tidak kuat lagi, beberapa menit kemudian memuntahkan lahar putih ke tenggorokan Meyda.

“Croooooooooot … croooooooooooooooot .. crooooooooooooot .. croooooooooot “

Isi dalam mulut Meyda penuh dengan pejuku, ditelonnyo spermoku itu dolom dolom don ditoriknyo penisku serta dikocok logi, muncratan spermaku sampai berlepotan di wajah Meyda Sefira dan sebagian mengenai jilbabnya.

“Emmhh gurih sekali peju Tuan….”, kata Meyda manja. “Tuan Kita akan kemana….????”, Tanya Meyda kepadaku ketika dia mengetahui tujuanku bukanlah ke Apartemennya. “Kita menuju villa Mr. Robert di puncak”, kataku pendek.

“Emmhh….. Tuan akan ngentot Meyda disana…???”, Tanya Meyda manja. “Bukan kamu dah aku jual buat memuaskan nafsu bule-bule tamunya Mr. Robert. Mungkin nanti kamu akan di gambang oleh bule-bule itu…. Kamu maukan…???”, jawabku kepada Meyda.

Meyda terdiam, tapi kemudian dia tersenyum “Tubuhku ini milik tuan…, Meyda bersedia di jual dan menjadi lonte tuan…, selama tuan menyukainya….”.

Jam sepuluh malam mobil yang ku bawa memasuki sebuah villa, ya villa Mr. Robert. Mr. Robert adalah seorang pengusaha asing, dulu dia pernah aku bantu waktu dia mau membuka pabrik baru di kawasan Semarang. Ya biasa membantu dengan menggunakan ilmuku supaya masyarakat disitu mau menjual tanahnya kepada Mr. Robert dan Mr. Robert pun sudah fasih berbahasa Indonesia karena memang sudah lama dia menetap di Indonesia.

Didepan beranda Villa Mr. Robert sudah menunggu, “Sorry Mr. Robert, saya telat…”, sapaku kepada Mr.Robert, sementara Meyda Sefira kusuruh menunggu di mobil. “Ngak apa-apa, well perempuan itu yang akan melayani tamu-tamuku…? bukankah dia aktris yang kau janjikan…?”, Tanya Mr. Robert sambil melirik ke arah mobil.

“Iya tuan, dia yang main di film Ketika Cinta Bertasbih….”, jawabku. “But bukankah dia wearing a hijab…??, kamu yakin dia bisa dipakai….??” Tanyanya lagi, “ Tenang Mister, dia 100% bisa dipakai dan saya yakin dia bisa melayani kemauan tamu-tamu tuan, meski dia pakai jilbab…, oh iya Mister sekarang dia udah ngak pake BH ama cangcut…, tapi kalo make dia harganya cukup tinggi… dan satu lagi Mister ketika memakai dia jangan di buka jilbabnya…” sambungku kemudian. “Ok…, No problem…. Segini cukup….???”, Mr. Robert sambil mengeluarkan sebuah cek yang bertulis seratus lima puluh juta rupiah. “Wah, lebih dari cukup tuan….!!”, kemudian aku memanggil Meyda untuk menghampiri kami berdua.

“Kenalkan ini Mr. Robert…, untuk malam ini kamu akan disini dan melayani kemauan Mr. Robert….!!!”, kataku kepada Meyda, “So who’s your name ladies…??”, Tanya Mr. Robert ke Meyda. “I’m Meyda, Meyda Sefira ….” Jawab Meyda, “come here girl…!!”, Meyda mendekati Mr. Robert tiba-tiba tangan Mr. Robert kemudian memegang pantat Meyda “You have a nice ass… I love it…”, dan tak lama setelah itu Mr. Robert memegang payudara Meyda “You not wearing a bra huh…???”, sambil meremas-remas Payudara Meyda. “Acchhhh…. No Sir.., I not wearing a bra…!!!” Meyda melenguh… ketika payudaranya di remas oleh Mr. Robert, “You have scented body…, ,Are you ready to fuck with my guests, Meyda..??”, kata Mr. Robert sambil berbisik di telinga Meyda dan tangannya Mr. Robert menyelusup ke arah selangkangan . “Acchhh, I ready to have sex, with your guest….Acchh…”, jawab Meyda. “Nice girl…, Come with me….”, kata Mr. Robert sambil merangkul Meyda dan mengajak dia masuk ke dalam Villa, sementara aku di tinggal diluar.

Setelah Meyda dan Mr. Robert memasuki Villa, aku kembali ke mobil, dan keluar dari villa itu meninggalkan Meyda sampai dengan besok pagi di Villa Mr. Robert. Sementara itu setelah Meyda memasuki villa, diruang tengah ternyata teman-teman Mr. Robert sedang mengobrol sambil meminum wine. “Well Guys, this a girl who had I promised to fuck and remember don’t put her hijab”, kata Mr. Robert. John yang paling dekat kemudian mendekati Meyda, “you so beautiful girl…., what your name young lady….??”, tanyanya. “My Name’s Meyda, Sir and I ready to serve you..”, jawab Meyda dengan sedikit genit. Sementara Mr. Robert pergi mengambil handycam.

“Before, you serve us, better you drink this…”, kata Michel sambil memberikan wine yang sudah dicampur dengan obat peransang kepada Meyda dan itu bukan obat peransang biasa orang yang meminumnya selain mudah teransang dan kuat untuk melakukan hubungan intim semalaman. Kemudian Meyda meminum wine tersebut. “dwelt among us please…!!!”, John menarik Meyda supaya dia duduk disofa diantara mereka berempat. Tubuh Meyda tiba-tiba menjadi panas, puting payudaranya menjadi mengeras dan vaginanya sedikit basah.

“You are so pretty, and your body very fragrant….”, ucap Morris sambil menciumi leher. “Are You ready for love….”, kata john yang duduk disebelah Meyda sambil tangannya meremasi payudara Meyda.”Aaaacchhh…., I ready sir….pleasse….”, jawab Meyda yang mulai horny berat.

“So, please you choose which one of dick will you suck first”, kata Jim sambil mengeluarkan penisnya dan yang lainnya pun berdiri mengelilingi Meyda yang sekarang duduk di atas karpet sambil penis mereka dikeluarkan. Sementara Robert yang telah mengambil handycam mulai merekamnya.

Meyda Sefira pun sekarang di kelilingi oleh penis-penis yang mulai keras. Mata Meyda tampak berbinar dikelilingi penis tersebut dan tangan kirinya meraih penis Morris, sementara tangan kanannya meraih penis Jim. Meyda mulai mengocok penis-penis tersebut dan sambil mengulum penis-penis tersebut. Meyda tampak rakus dalam mengulum penis. “mmmmmmmmmm …. mmmmmmmmm … “ suara yang keluar dari mulut Meyda Sefira ketika penis-penis itu bergantian masuk ke dalam mulutnya, besarnya penis-penis itu membuat Meyda Sefira sampai kerepotan karena bentuk bibirnya yang seksi dan cenderung kecil.

“aacckkhh … you are very clever sucking my dick,…. Acckkkhhh you are wild girl Meyda“, kata John sambil mengerang. Meyda Sefira tampak tersipu sambil terus melakukan sedotan ke penis-penis itu secara bergantian. Sesekali sambil tangannya bergantian mengocok penis tersebut dengan sangat lancar dan halus. Sedot-sedotan yang dalam membuat para tamu Mr. Robert tersebut keenakan, Meyda Sefira memperlakukan penis-penis tersebut dengan lincah.

Sementara sekarang posisi Meyda seperti yang merangkak kali ini mulut Meyda sedang di penuhi penis milik Morris,“ suck this little bitch….!!” Morris membentak kemudian dengan kasar dan menjejalkan penisnya ke mulut Meyda. sambil menjambak jilbab yang sedang di pakai Meyda.

“Hoommmmmhh, Ummmmmmmhhh… Mmmmmmmm” suara mulut Meyda yang sedang mengulum penis Morris. Sementara John mengambil posisi di belakang, rok Meyda pun sudah terjatuh ke lantai. Sehingga terlihat bagian pantat yang padat berisi. ”Nice.. Boob… I got you, little bitchhh…”, kata John sambil mengarahkan penisnya ke vagina Meyda, dan tangannya meremas-remas bongkahan sang artis berjilbab. Sedangkan Mr. Robert dengan asiknya merekam semua kegiatan mereka.

“Awwww…… Arrrhhhhhhh… Crrrrr Crrrrrrrrrrrrr”, Meyda mengerang ketika penis John menjebol vaginanya secara sekaligus, dan dengan kasarnya John mengaduk-ngaduk vagina milik Meyda sedangkan dibagian depan Morris tidak memberi kesempatan kepada Meyda untuk menarik nafas. “Slllcckkkkk…, slllllcccckkkkk… Cupkkhh.. cupkkhh….” Suara yang keluar dari mulut Meyda. Hampir 10 menit vagina Meyda di aduk-aduk oleh penis Jhon. Sambil memukul atau meremas-remas pantat sang artis berjilbab. dan tak lama kemudian… “Ahhh Ahhhh Owwwww….”, meyda berteriak sekencangnya ketika dia mengalami orgasme pertamanya. Cairan cinta Meyda langsung memancar ketika penis John dikeluarkan. Semua kejadian itu terekam jelas dalam handycam Mr. Robert

John dan Morris beristirahat sejenak, memberi kesempatan pada dua temannya. Michel langsung menjambak jilbab sang gadis dan mengarahkan penisnya untuk di kulum oleh Meyda. Meyda yang masih lemah akibat orgasme langsung membuka mulutnya dengan kasar Michel memaju mundur kan pantatnya sambil tetap menahan kepala Meyda. “suck it bitch, damm you!! Harder bitchhh!!! ”.

Sementara dibelakang Jim sudah mengambil posisi “I love your little ass and I will fuck your ass….”, Meyda yang sedang di perkosa mulut tidak mendengar apa yang dikatakan Jim. Sehingga “Arrrhhhhhhhhhhhhhhhhh….! ” terdengar erangan Meyda, ia mengerjap-ngerjapkan matanya, kesakitan itu membuatnya terbata-bata. “Arrh, shak.. shakit…, Aww, Heggg” mata Meyda membeliak lebar-lebar ketika sebuah hentakan menjebol lubang duburnya, mulutnya terbentuk seperti hendak mengucapkan huruf “A” ketika merasakan batang penis yang hitam dan panjang itu menerobos memasuki lubang duburnya dengan paksa. Sementara Michel menghentikan sejenak aktifitasnya untuk memberikan kesempatan pada Meyda mengambil nafas. Gerakan kasar dari Jim yang sedang menyodomi dubur Meyda membuat tubuhnya terdorong-dorong ke depan . Jim menarik pinggul Meyda agar lebih menungging sehingga penisnya dapat keluar masuk dengan lebih leluasa. Penis yang besar itu memacu lubang anus Meyda. Meyda meringis ketika lubang anusnya yang masih seret kering dimasuki oleh penis besar. “Awwwwwwhhhhhhh !!! ” Meyda menjerit panjang ketika si negro mulai memaju mundurkan penisnya dengan kasar. Matanya melotot, erangannya terdengar keras “Arrrrhhhhhhhhhhhhhhh!!!”, Meyda seolah-olah merasakan lubang anusnya sedang dibelah begitu kasar dan brutal “Plokkkkkk… Plokkkkkk… Plokkkkkkk….Plokkkk” suara benturan buah pantat Meyda yang sedang dihajar oleh penis si negro terdengar dengan semakin keras.

Ekspresi kesakitan di wajah Meyda perlahan-lahan digantikan oleh ekspresi kenikmatan, desahan-desahan dan rintihan kenikmatan penuh dengan gairah seksual Meyda. Melihat hal itu Michel kembali memasukan penisnya ke mulut Meyda.tetapi di belakang sodokan-sodokan yang dilakukan oleh Jim semakin brutal. Sementara Mr. Robert mendekati dan memasukan dildo getar kedalam vagina Meyda, membuat sang artis berjilbab itu bertambah gairah seksualnya akibat hujaman penis di anus, getaran dildo dan mulutnya yang terus melayani sebatang penis. Dan tak lama kemudian. “Ahhhhhhhhhhh…. Crrrrrrrrtttt…. Crut” Meyda menahan nafas, tubuhnya mengejang akibat klimaks yang kedua kalinya, sampai-sampai dildo getar yang tadi menempel di vaginanya menjadi terlempar.

Tubuh Meyda yang sekarang sudah telanjang kecuali jilbab yang digunakan kembali ditarik oleh Morris, Morris yang sedang duduk di sofa menyuruh Meyda. Menduduki penisnya dengan posisi Meyda membelakangi Morris. “I want fuck your ass…, bitch…”, Meyda memegangi dan mengarahkan penis besar kembali ke anusnya dan “Ahhhhhhh..!!! ”sedikit demi sedikit penis tersebut masuk ke dalam lubar anus Meyda, namun secara tiba-tiba menjebloskan penisnya sekaligus kedalam lubang anus gadis itu. “Arrrrhhhhhhh….!! Sakitttt!!! Sakitttt sekaliiiii….”, namun Morris yang tidak bahasa Indonesia malah Memaksa Meyda untuk bergoyang di atas tubuhnya. “Achhhhhhh….! Heggghhh…, Ahhhhhhhhhhh!! ” Meyda tidak dapat lagi menahan jeritannya ketika merasakan lubang anusnya dipaksa melar ketika penis keluar masuk dengan kasar. Taklama kemudian John mendekati Mereka berdua, dengan penis yang sudah tegak sempurna langsung mengarahkan kepada vagina Meyda dan “Ahhhhh….!! ” Meyda berteriak kembali ketika penis yang besar itu menekan-nekan dengan kasar sebelum akhirnya amblas memasuki lubang vagina. “Ohhhhhh, Ahhhhhhhhh, Ohhhhhhhhhh, Awwwwwwww…..” rintih Meyda ketika penis tersebut berlomba memasuki kedua lubang Meyda, Wajah Meyda memerah menahan sakit, perih dan kenikmatan yang tiada duanya “Nikmattttt….ssshh…., Akhhhhhhh…, Owwwww,Hssshhhh ….. please fuck Me harder….”. seolah di perintah keduanya memacu liang anus dan liang vagina Meyda dengan sangat brutal dan tak lama kemudian “Ahhhhh….! Crrrr Crrrrr…”, Meyda mengeluarkan orgasme yang kesekian kalinya.

Posisi Morris sekarang digantikan oleh Michel dan posisi John diganti oleh Jim. Kali ini Morris memasukan penisnya kedalam vagina Meyda. “Arhhhhhhhhhhhhhhhh….! ” nafas Meyda terputus-putus ketika batang penisnya panjang itu masuk hingga terbenam sekaligus dengan sekali sodokan yang kasar dan kuat menuju rahim Meyda sementara Jim yang kesulitan untuk menusuk anus sang bintang berjilbab meremas-remas buah dada Meyda. Morris terus mengaduk-ngaduk vagina Meyda dengan kasar dan kuat sementara Jim yang sudah tidak sabar ”I love wet pussy.., let me see you can handle two dick in your pussy….”

“Hennggghhhh…!! Akkkhhhhhhhh…. Arrrrggghhhhhhhhhhhhhh…… Hekkkk, Hekkkkss, Hekkssss….. Errrhhhhhh ”, Meyda mengerang sejadi-jadinya ketika dua penis menerobos vaginanya. “come on girl….we will fuck your pussy together”

“Aduh…, Ampunnn… Ampunnnnn, Stoppppp, Nn.. Nooooo”, Meyda tampak mengiba tak kuat menahan rasa sakit yang di deritanya. Tapi itu tak berlangsung lama “Ahhhhh, Yes, Ahhhhhh, Ohhhhh Yesssss, Emmm Crrrrrrrrr.. Crrrrrrr” Meyda mendesah-desah semakin liar “fuck me…… fuck me…..yyeeesss oooohhhh………”, Meyda berusaha mengimbangi kedua penis yang sedang ada di dalam vaginanya “oooohhh I loveeee…. It….. fuck me harderrr..…..” bagai orang kesetanan mereka bertiga memacu nafsu syahwatnya masing-masing. “do love this bicth… hah…., you want more ….. fell this….!!!”, Jim dan Michel mempercepat gerakan mereka.

“Ahhhhhh, Ohhhhh Yesssss, Emmm I Love this…“,Tubuh Meyda tampak terayun-ayun dan jilbab yang dikenakannya pun tampak sudah tidak menentu. Mr. Richard yang sedang merekam seluruh kegiatan menyuruh Morris untuk membetulkan jilbab sang artis. Setelah membetulkan jilbab Meyda tiba tiba Morris menarik kepala Meyda untuk memuaskan penisnya kembali. Kini Meyda di keroyok oleh tiga penis sekaligus. “Oggghhhhhhh… Hufffhhhh… Emmmmm”, jeritan-jeritan liar Meyda menjadi tertahan. Tetapi mereka bertiga dengan sadis terus memompa tubuh Meyda. “Arhhhhhhhhhhhhhhhh….! ” tubuh Meyda menegang dan matanya membelalak, tubuh ramping itu terdongak sesaat dan kemudian ambruk menindih tubuh Michel.

Michel mendorong tubuh Meyda hingga terjatuh ke lantai. Tubuh Meyda sangat lemah setelah empat kali mengalami orgasme, para tamu tersebut segera mengelilingi Meyda, sambil mengocok batang penisnya masing-masing, sementara Meyda yang terbaring dilantai membuka mulutnya seolah meminta jatah peju dari tamu-tamu tersebut dan tidak lama dari itu “Take this cum, bicth….” Kata Michel, “Crooot…..crooot……Croottt”, peju menyembur dari masing-masing penis semua mengarah ke mulut Meyda, sehingga ada yang mengenai Mata, Hidung dan Mulut yang terbuka menerima limpahan peju. Jilbab Meyda pun tak luput dari semburan peju tersebut. Setelah puas mereka meninggalkan Meyda yang meringkuk di atas karpet karena kecapaian.

Sampai besok paginya sebelum aku menjemput kembali Meyda, Mereka menggarap Meyda di dekat kolam renang. Meyda kembali mengalami orgasme dasyat. Selama perjalan pulang Meyda tampak letih namun setelah sampai apartemen Meyda sudah harus melayani nafsuku.

ML dengan Teman Bisnis Berjilbab

Ini adalah kisah nyata yang terjadi di tahun 2005. Tapi untuk menjaga nama baik semua pihak, nama-nama pelaku diganti semuanya. Selamat mengikuti:


Peristiwa indah itu tak pernah kuduga sedikit pun. Karena Bu Ivy tidak menampakkan gejala-gejala nakal sedikit pun. Apalagi kalau mengingat bahwa dia sudah mengenal istriku dan sering ngobrol berdua kalau datang ke rumahku. Istriku pun kelihatan percaya penuh, tak pernah mencucurigai kalau aku bepergian bersama Bu Ivy. Lagian kalau ada niat mau selingkuh, masa Bu Ivy berani menginjak rumahku dan berlama-lama ngobrol dengan istriku? Apalagi kalau mengingat bahwa Bu Ivy kelihatannya taat beribadah. Tiap hari selalu mengenakan jilbab.


Baik aku maupun istriku sama-sama berwiraswasta, tapi dalam lapangan yang berbeda. Aku sering jadi mediator, begitu juga Bu Ivy. Sementara istriku membuka toko kebutuhan sehari-hari, jadi bisnisnya cukup dengan menunggui toko saja, karena rumahku ada di belakang toko itu. Dan di belakang rumah, istriku punya bisnis lain….beternak ribuan burung puyuh yang rajin bertelur tiap hari.



Pada suatu pagi, waktu aku baru mau mandi, istriku menghampiriku, “Ada Bu Ivy, Bang.”

“Oh, iya….emang sudah janjian mau ketemu sama pemilik tanah yang mau dijadikan perumahan itu,” sahutku, “Suruh tunggu sebentar, aku mau mandi dulu.”

Istriku mengangguk lalu pergi ke depan. Sementara aku bergegas masuk ke kamar mandi.
Setelah mandi dan berdandan, aku melangkah ke ruang tamu. Bu Ivy sedang ngobrol dengan istriku.



“Barusan istri Herman datang, Bang,” kata istriku waktu aku baru duduk di sampingnya, “Herman sakit, kakinya bengkak, asam uratnya kambuh, jadi gak bisa kerja hari ini.”

“Penyakit langganan,” sahutku dengan senyum sinis. Dengan hati kesal, karena itu berarti aku harus nyetir sendiri hari ini. Herman adalah nama sopirku.

“Acaranya hari ini nggak jauh kan?” tanya istriku, “Sekali-sekali nyetir sendiri kan nggak apa-apa.”
“Iya…ada sopir atau nggak ada sopir, kegiatanku takkan terhambat,” kataku, lalu menleh ke arah Bu Ivy yang saat itu mengenakan baju hijau pucuk daun dan kerudung putih, “Berangkat sekarang Bu?”



“Baik Pak,” Bu Ivy memegang tali tas kecilnya yang tersimpan di pangkuannya.

Tak lama kemudian Bu Ivy sudah duduk di sampingku, di dalam sedan yang kukemudikan sendiri (merek sedanku takkan kusebut, enak aja jadi iklan gratis…hehehe…).
Obrolan kami di perjalanan menuju lokasi, hanya menyangkut masalah-masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Bu Ivy. Tidak ada sesuatu yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi yang 25 km dari pusat kota, aku tak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel juga ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh keponakannya yang segera meluncur di atas motornya.


Kami duduk saja di dalam mobil yang diparkir menghadap ke kebun tak terawat, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku yang seorang developer. Suasana sunyi sekali. Karena kami berada di depan kebun yang mirip hutan. Pepohonan yang tumbuh tidak dirawat sedikit pun.



Tapi suasana yang sunyi itu…entah kenapa…tiba-tiba saja membuatku iseng…memegang tangan Bu Ivy sambil berkata, “Bisa dua jam kita harus menunggu di sini, Bu.”

“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku, “Sabar aja ya Pak….di dalam bisnis memang suka ada ujiannya.”

Aku terdiam. Tapi tanganku tidak diam. Aku mulai meremas tangan wanita 30 tahunan itu, yang makin lama terasa makin hangat. Dia bahkan membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti……..ah…..pikiranku mulai melayang-layang tak menentu.

Mungkin di mana-mana juga lelaki itu sama seperti aku. Dikasih sejengkal mau sedepa. Remas-remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan abg lagi. Masa cukup dengan remas-remasan tangan?

Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup ke dalam bajunya yangb sangat tertutup dan bertangan panjang. Bu Ivy diam saja. Dan akhirnya aku berhasil menyentuh payudaranya. Tapi dia menepiskan tanganku sambil berkata, “Duduknya di belakang saja Pak…di sini takut dilihat orang…”

O, senangnya hatiku. Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau !

“Kenapa mendadak jadi begini Pak?” tanya wanita berjilbab itu ketika kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap ke baju tangan panjangnya dan ke balik behanya.

“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya.

“Tapi Pak…uuuuhhhh…..kalau saya jadi horny gimana nih?” wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.

“Kita lakukan saja…asal Bu Ivy gak keberatan….” tanganku makin berani, berhail menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya. Tanganku sudah menyentuh bulu kemaluannya yang terasa lebat sekali. Kemudian menyeruak ke bibir kemaluannya…bahkan mulai menyelinap ke celah vaginanya yang terasa sudah membasah dan hangat.

“Masa di mobil?” protesnya, “kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”

“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Ivy yang terasa hangat dan berlendir…

Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik, “Duh Pak…saya jadi kepengen nih….kita cari penginapan aja dulu yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita mau datang lagi besok.”

“Iya sayang,” bisikku, “Sekarang ini memiliki dirimu lebih penting daripada ketemuan dengan pemilik tanah itu…”

“Ya sudah dulu dong,” Bu Ivy menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya, “Nanti kalau saya gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan saya kasih semuanya…”

Aku ketawa kecil. Lalu pindah duduk ke belakang setir lagi.
Tak lama kemudian mobilku sudah meluncur di jalan raya. Persetan dengan pemilik tanah itu. Sekarang ini yang terpenting adalah tubuh Bu Ivy, yang jelas sudah siap diapakan saja.



Dengan mudah kudapatkan hotel kecil di luar kota, sesuai dengan keinginan Bu Ivy, karena kalau di dalam kota takut kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya aku punya istri, Bu Ivy pun punya suami.

Hotel itu cuma hotel sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak pakai AC, karena udaranya cukup dingin, rasanya tak perlu pakai AC di sini. Yang penting adalah wanita berjilbab itu…yang kini sedang berada di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu…sementara aku sudah tak sabaran menunggunya.

Ketika ia muncul di ambang pintu kamar mandi, aku terpana dibuatnya. Rambutnya yang tak ditutupi apa-apa lagi, tampak tergerai lepas….panjang lebat dan ikal. Jujur…ia tampak jauh lebih seksi, apalagi kalau mengingat bahwa ia 5 tahun lebih muda adaripada istriku. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu tampak jelas di mataku.

Aku bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat, “Bu Ivy kalau gak pake jilbab malah tampak lebih cantik….muuuahhhhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
Ia memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada di atas tempat tidur yang lumayan besar.


Lalu kami bergumul mesra di atas tempat tidur itu. Bu Ivy tidak pasif. Berkali-kali dia memagut bibirku. Aku pun dengan tak sabar menyingkapkan baju lengan panjangnya. Dan…ah…rupanya tak ada apa-apa lagi di balik baju lengan panjang itu selain tubuh Bu Ivy yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar payudara istriku. Tapi tampak indah di mataku. Tak ubahnya payudara seorang gadis belasan tahun. Dan ketika pandanganku melayang ke bawah perutnya…tampak sebentuk kemaluan wanita yang berambut tebal, sangat lebat….


Aku pun mulai beraksi. Mencelucupi lehernya yang hangat, sementara tanganku mulai mengelus jembut (bulu kemaluan) yang lebat keriting itu. Bu Ivy pun tidak tinggal diam, mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu, lalu menanggalkan kemejaku. Untuk mempermudah, aku pun menanggalkan celana panjang dan celana dalamku. Sehingga batang kemaluanku yang sudah tegak kencang ini tak tertutup apa-apa lagi.



Bu Ivy melotot waktu melihat batang kemaluanku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi ini. “Iiiih…punya Bapak kok panjang gede gitu….mmm….si ibu pasti selalu puas ya …” desisnya.

“Emang punya suami Bu Ivy seperti apa?” tanyaku.

“Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Ivy sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas.

Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, lalu turun…mencelucupi puting payudaranya. Kusedot-sedot seperti anak kecil sedang menetek, sambil mengelus-eluskan ujung lidahku di putting payudara yang terasa makin mengeras ini. Sementara tanganku tak hanya diam. Jemariku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai memasukkan jari tengahku ke dalam liang kemaluannya.

Bu Ivy sendiri tak cuma berdiam diri. Tangannya mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus puncak penisku, sehingga aku makin bernapsu. Tapi aku sengaja ingin melakukan pemanasan selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di kemudian hari.

Maka setelah puas menyelomoti puting payudara wanita itu, bibirku turun ke arah perutnya. Menjilati pusarnya sesaat. Lalu turun ke bawah perutnya.

“Pa jangan ke situ ah…malu…” Bu Ivy berusaha menarik kepalaku agar naik lagi ke atas. Tapi aku bahkan mulai menciumi kemaluanya yang berbulu lebat itu. Lalu jemariku menyibakkan bulu kemaluan wanita itu, mengangakan bibirnya dan mulai menjilatinya dengan gerakan dari bawah ke atas….

“Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok enak sekali Pak…..” Bu Ivy mulai menceracau tak menentu. Lebih-lebih ketika aku mulai mengarahkan jilatanku di clitorisnya, terkadang menghisap-hisapnya sambil menggerak-gerakkan ujung lidahku.

“Oooh Pak…oooh….Pak….iiiih….saya udah mau keluar nih….duuuhhhhhh” celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan batang kemaluanku ke belahan memeknya yang sudah basah. Dan kudesakkan sekaligus….blessss…..agak mudah membenam ke dalam liang surgawi yang sudah banyak lendirnya itu.

“Aduuuduuuhhhh…sudah masuk Paaakk…..oooohhhh….” Bu Ivy menyambutku dengan pelukan erat, bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya, “Sa…saya gak bisa nahan lagi…langsung mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…”

Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat. Rupanya dia tak bisa menahan lagi. Dia sudah orgasme….terasa liang kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi becek.
“Barusan kan baru orgasme pertama,”bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Bu Ivy.



Beberapa saat kemudian wanita itu merem melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang-goyang pinggulnya, sehingga batang kemaluanku serasa dibesot-besot oleh liang surgawi Bu Ivy. Aku tahu goyangan pantatnya itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena pergesekan penisku dengan liang kemaluannya jadi makin keras, kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan penisku.
“Adduuuh, duuuh….Pak…kok enak sekali sih Pak…..aaah…saya bisa ketagihan nanti Pak…..” celotehnya dengan napas tersengal-sengal.


“Aku juga bisa ketagihan,” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang kemaluannya, “memekmu enak sekali, sayang…..duuuuh….benar-benar enak sekaliii….”


Aku memang tidak berlebihan. Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut SII (Selingkuh Itu Indah). Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan pantat Bu Ivy juga konvensional saja. Tapi enaknya luar biasa. Dalam tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran.


Bu Ivy pun tampak sangat menikmati enjotan batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat dan ditekuk, lalu melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya tiada henti terlontar dari mulutnya, “Ooooh….oooh…hhhh….aaaaahhhhh…

oooh…aaaaah….aduuuh Paaak….enak Pak….duuuuh….mmmmhhhhh saya mau keluar lagi nih Paaak….”
“Kita barengin keluarnya yok….” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang kewanitaan Bu Ivy.



“I…iya Pak….bi…bi…biar nikmat…..” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.
Sampai pada suatu saat…kuremas-remas buah dada wanita itu, mataku terpejam, napasku tertahan…batang kemaluanku membenam sedalam-dalamnya….lalu kami seperti orang-orang kesurupan….sama-sama berkelojotan di puncak kenikmatan yang tiada taranya …..



Air maniku terasa menyemprot-nyemprot di dalam liang memek Bu Ivy. Liang yang terasa berkedut-kedut….lalu kami sama-sama terkapar, dengan keringat bercucuran.

“Ini yang pertama kalinya saya digauli oleh lelaki yang bukan suami saya…” kata Bu Ivy sambil membiarkan batang kemaluanku tetap menancap di dalam memeknya.
Kujawab dengan ciuman hangat di bibirnya yang sensual, “Sama…saya juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istri saya. Terimakasih sayang….mulai saat ini Bu Ivy jadi istri rahasiaku…”



“Dan Bapak jadi suami kedua saya….iiih…kenapa tadi kok enak sekali ya Pak?”

“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah terlalu biasa, nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam…nggak apa-apa ?”

“Nggak apa-apa,” sahutnya dengan senyum manis, mata bundar beningnya pun bergoyang-goyang manja, “Saya kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…”

“Asyik dong, jadi aman….”

“Saya pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…..”
Kata-kata Bu Ivy itu membuat napsuku bangkit lagi. Dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam memeknya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya…ternyata memang bisa dipakai “bertempur” lagi.


Batang kemaluanku sudah mondar mandir lagi di dalam liang vagina Bu Ivy yang masih banyak lendirnya tapi tidak terlalu becek, bahkan lebih mengasyikkan karena aku bisa mengentot dengan gerakan yang sangat leluasa tanpa kehilangan nikmatnya sedikit pun. Bahkan ketika aku menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Bu Ivy action dari atas tubuhku. Setengah duduk ia menaik turunkan pinggulnya, sehingga aku cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas, supaya bisa masuk sedalam-dalamnya.



Posisi di bawah ini membuatku leluasa meremas-remas payudara Bu Ivy yang bergelantungan di atas wajahku. Terkadang kuremas-remas juga pantatnya yang lumayan besar dan padat.

Tapi mungkin posisi ini terlalu enak buat Bu Ivy, karena moncong penisku menyundul-nyundul dasar liang vaginanya. Dan itu membuatnya cepat orgasme. Hanya beberapa menit ia bisa bertahan dengan posisi ini. Tak lama kemudian ia memeluk leherku kuat-kuat, seperti hendak meremukkannya. Lalu terdengar erangan nikmatnya, “Aaaahhhh….saya keluar lagi Paaaak…..”

Kemudian ia ambruk di dalam dekapanku.

Tapi aku seolah tak peduli bahwa Bu Ivy sudah orgasme lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tak perlu vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku sedang enak-enaknya mengenjot memek teman bisnisku ini. Lalu aku menggulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam memeknya yang sudah orgasme kesekian kalinya.

Bu Ivy memejamkan matanya waktu aku mulai mengentotnya lagi dengan posisi klasik, dia di bawah aku di atas. Tapi beberapa saat kemudian ia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk …..

Aku pun makin ganas mengentotnya. Tapi ia tak mau kalah ganas. Gerakan pantatnya makin lama makin dominan. Membuatku berdengus-dengus dalam kenikmatan yang luar biasa.

“Oooh…enak banget Paaak….sa…saya mau keluar lagi ….kita barengin lagi Pak…ta…tadi juga enak sekali….” celotehnya setelah batang kemaluanku cukup lama mengentot liang memeknya.
Aku setuju. Kuenjot batang kemaluanku dengan kecepatan tinggi, maju-mundur, maju-mundur….sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi Saling cengkram, saling lumat….seolah ingin saling meremukkan….dan akhirnya air maniku menyemprot-nyemprot lagi di puncak kenikmatanku, diikuti dengan rintihan lirih Bu Ivy yang sedang mencapai orgasme pula.



“Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Ivy waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi.

“Iya…dari rumah aja gak ada renana….tapi tadi mendadak ada keinginan…untunglah Bu Ivvy gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.
Wanita itu tersenyum. Memeluk pinggangku sambil berkata perlahan, “Kita harus berterimakasih pada pemilik tanah itu, ya Pak. Gara-gara dia gak ada di tempat, kita jadi ada acara mendadak begini.”


Aku mengangguk dengan senyum. Sementara hatiku berkata, “Gara-gara sopirku gak masuk pula, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini.”


Sore itu kami pulang ke rumah masing-masing, dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, ketika istriku sudah tertidur pulas, aku masih sempat smsan dengan bu Ivy. Salah satu smsnya berbunyi: “Puas banget…punya saya sampe terasa seperti jebol….punya bapak kegedean sih…kapan kita ketemuan lagi?”



Kujawab singkat, “Kapan pun aku siap..”
Satu kisah indah telah tercatat di dalam kehidupanku. Yang tak mungkin kulupakan. Apakah akan ada kisah lain kelak? Ada ! Banyak ! Nanti semuanya akan kutuangkan di dalam tulisan seperti ini.

Ngentot dengan gadis berjilbab

Sambil tetap berciuman aku lucuti jubahnya panjangnya, Umi..mahasiswi cantik ini tinggal jilbab yang menutup kepala dan pundaknya, BH dan CDnya aku buka .Juga kubuka bajuku sendiri dan celanaku sambil masih tetap berciuman. Begitu aku lepas BH yang berkop 36C, ciumannku begeser kebawah menjilat puting gadis berjilbab ini yang payudara kanan sudah mengeras tanganku kiri megang payudara kiri dan tangan kananku mengusap CD nya yang sudah lembab , basah pertanda Umi sudah terangsang berat. Sambil jilat puttingnya tanganku kanan kumasukan kedalam CDnya , terasa bulu-bulu halus dan sampailah pada kelentitnya yang sangat basah licin, kepalanya Umi dan jilbabnya goyang-goyang tidak karuan sambil merancau”Oh…oh.. Anto…geli disitu… oh….terus..terus…” posisiku tetap menjilat putingnya dan tangan kananku mengobel-ngobel mem*knya yang sudah basah dan aku lepaskan CDnya, sambil melirik kulihat vaginanya indah sekali dengan bulu-bulunya tidak terlalu lebat. Sambil aku merambat turun menjilati payudara, terus perutnya sambil tanganku berubah megang kedua payudaranya, pelan-pelan lidahnya sampai ke vaginanya dan disitu terpampang pemandangan yang indah , itilnya yang kelihatan merah jambu dengan bau khasnya, aku mulai menjilat itilnya yang sudah terlihat membengkak.

Gerakan Umi sudah tidak karu-karuan kepalanya yang berjilbab geleng-geleng kenceng , tangan mencengkeram bantal yang satunya jambak rambut ku “ Anto… Anto… nikmat sekali disitu… aku gak tahaaaaan….aduh…. terus…. Terus yang cepat…..” semakin gerakannya liar semakin cepat gerakan jilatan lidahku di itilnya akhirnya…. “ Anto … aku gak tahaaaaaaan… aku keluuuuuuuar…” kepalaku dijepit kuat kuat oelh pahanya sambil diangkat-angktnya, Umi sudah mencapai orgasmenya…. Perlahan-lahan kepalaku naik lagi sambil menyingkap jilbabnya yang menutupi pemandangan kearah payudaranya dan aku cium dan jilat putingnya dia mulai tenang dan senyum “ Luar biasa Anto… hebat kamu.. baru kali ini aku merasakannya… terima kasih ya…” sambil keatas kucium lagi bibirnya dan aku bisikan “ Aku belum…” sambil nyubit pantatku mahasiswi berjilbab ini tersenyum cantik sekali.

Perlahan-lahan penisku ambil posisi, dituntunnya penisku menuju vaginanya “ Besar sekali punyamu….keras lagi..” sambil senyum , pemandangan yang begitu indah senyuman wajahnya yang masih berjilbab tampak semakin cantik dan menggairahkan ” pelan…pelan ya…. Karena ini baru yang kedua bagiku….” Benar aja walaupun sudah dituntun tangannya tetap aja penisku baru kepalanya / topinya yang masuk , sambil gadis jilbab ini memejamkan matanya dibantunya memasukan penisku di vaginanya, masuk sepertiganya “ Pelan-pelan ya…” berciuman dan matanya terpejam terlihat dia sedang menikmati masuknya perlahan-lahan penisku di vaginanya. Begitu sudah dua pertiganya aku agak dorong agak keras,dan bleees …matanya terbelalak “AAAAhhhhh…!!!” Mata Umi terpejam, ia menggigit bibir bawahnya Aku diam sejenak mengamati perubahan expresi wajah gadis berjilbab ini Sedetik..dua detik…matanya terbuka,dan senyumannya yang cantik mengembang.Luar biasa…wajahnya yang berjilbab semakin cantik saja menikmati kemaluanku yang memenuhi lubang mem*knya.Aku mulai mendorong maju mundur awalnya perlahan-perlahan, terus dia mulai pantatnya digoyangkan”Aduh… mem*kmu lembut sekali Umi…” dia nyubit pantatku “Ayo… goyang agak kencengan…..” ‘Ah.. ah.. ah terus Anto terus … lagi.. kenceng lagi… aduh terasa mentok nich… terus…….nikamt sekaaali… hayo” goyangan pantatnya mulai tidak teratur , kakinya juga kepala yang berjilbab menggeleng-geleng semakin menggairahkan …”

Anto… aku gak taaahaaan lagi… nich…. Hayo…” tangannya menjambak rambutku “ Tunggu sayang … aku juga mau keluar… kita bareng aja ya….” Celotehku… “ dikeluarin dimana?” tanyaku “ Aduh…aduh jangan dicabut… genjot yang kenceng lagi… aduh… mentok banget….keluarin di dalam aja… aduh… ayo… aku gak tahannn… mau sampek” aku genjot semakin kenceng dan lahar putih sudah diubun-ubun” Aku mau keluuuuar Umi….” “ Ayooooo … aku juga….. ah… ah…. Aku sampeeeeeeeek…. Eh… uh….” Spermaku nyemprot empat kali…. Umi masih aja goyangin pantatnya…..begitu melek matanya tersenyum manis sekali dengan wajahnya masih berjilbab dan mengelus-elus rambutku… “Anto … gila ini kita koq bisa melakukan hal seperti ini….apapun makasih ya…” penisku mulai lunglai dan perlahan lahan akan aku tarik dari vaginanya, tiba-tiba… “ jangan dilepas dulu…. Biarin didalam aja….” Rupanya dia sedang menikmati proses mengecilnya penis di dalam vaginanya… dan begitu aku tarik…. …. “ah….” Gadis berjilbab ini tersenyum indah…..wajahnya cantik berseri nampak sangat bahagia terlihat dibalik jilbab yang dikenakannya

Aku dan Gadis Berjilbab Itu

Saat itu aku sudah bekerja di sebuah LSM di kota B. Saat itu kantor kami menerima beberapa teman untuk magang dari sebuah univeritas islam negeri yang cukup ternama. Saat itu aku diminta untuk memberikan materi magang. Saat sedang memberikan materi aku melihat ada mahasiswi yang selalu tersenyum kepadaku. Tidak lama kemudia kamipun berkenalan. Namanya Iffa, dia mahasiswi tingkat 4, orangnya cukup manis meski tidak begitu tinggi dan juga bekerja di sebuah LSM anak

Singkat cerita aku mengajaknya untuk terlibat beberapa proyek di kantor kami. Akhirnya selain dia terlibat dalam magang, Iffa juga terlibat di beberapa proyek yang sedang aku kerjakan. Kedekatan kami waktu cukup intim, bahkan kami sempat salin mencuri pandang beberapa kali dan berkirim SMS. Pekerjaan yang selalu membuat kami dekat saat itu adalah pada saat hendak melakukan pemantauan untuk pemilihan presiden secara langsung yang pertama kali. Saat itu aku sering mengantarnya ke tempat kos, karena pekerjaan tersebut menyita waktu hingga malam hari.

Pada suatu malam, saat itu kami hanya berdua di kantor menyelesaikan beberapa persiapan untuk penyelenggaraan simulasi pemilu. Aku berkata ”fa dah malam nih, mau makan malam dulu nggak?” ”Mau mas” katanya. ”kita beli sate yuk, kamu tunggu sini, nanti aku pesankan yaa” lanjutku lagi ”baik mas” katanya. Saat itu aku bergegas pergi untuk membeli sate yang letaknya tidak jauh dari kantor. Dan saat kembali ke kantor, aku mencarinya karena kantor tidak terkunci dan kulihat di ruang rapat tidak ada siapapun. Aku pun menyiapkan piring dan minuman untuk kami berdua. ”Mas Farid sudah pulang toh” dia tiba-tiba keluar dari kamar mandi. ”iya nih, makan yuk” lanjutku. Saat itu, untuk pertama kalinya aku menatapnya lembut dan saat itu aku merasa bahwa aku ingin menikmati tubuhnya. Aku pun langsung memegang tangannya ”fa, aku pengen menikmati tubuhmu” kataku ”jangan mas” dia menolakku. Saat itu yang terpikir olehku adalah bagaimana menikmati tubuhnya, aku pun segera mendekap tubuhnya dan ”sudah kamu jangan melawan fa, nikmati aja” kataku ”jangggan maas” katanya memohon padaku. Saat itu aku sudah tidak peduli dengan permohonannya. Saat itu aku langsung memegang kedua lengan bagian atas Iffa dengan cepat mulai membuka kancing-kancing depan baju terusan yang dikenakan Iffa. Badan Iffa hanya bisa menggeliat-geliat, “Jangan…, jangan lakukan itu!, stoooppp…, stoopppp”, akan tetapi Aku tetap melanjutkan aksiku. Sebentar saja baju bagian depan Iffa telah terbuka, sehingga kelihatan dadanya yang kecil mungil itu ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya. Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat mulus dan merangsang. Tangan kanan Aku bergerak ke belakang badan Iffa dan membuka pengait BH Iffa. Kemudian Aku menarik ke atas BH Iffa dan…, sekarang terpampang kedua buah dada Iffa yang kecil mungil sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda agak tegang naik turun dengan cepat karena nafas Iffa yang tidak teratur. “Oooohh…, ooohh…, jaanggaannn…, jaannnggaann!”. Aku mulai mencium belakang telinga Iffa dan lidahnya bermain-main di dalam kuping Iffa. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Iffa menggeliat-geliat dan tak terasa Iffa mulai terangsang juga oleh permainanku ini. Aku sengaja tidak melepas jilbabnya, karena aku ingin melihatnya telanjang dengan jilbab yang masih terpakai di kepalanya

Mulutku berpindah dan melumat bibirnya dengan ganas, badan Iffa yang tadinya tegang mulai agak melemas, kepala Iffa tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arahku, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantangku

Aku langsung bereaksi, tangan kananku memegangi bagian bawah payudara Iffa, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Iffa yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Buah dada Iffa yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku, Aku mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Terasa sesak napas Iffa menerima permainanku yang lihai itu. Badan Iffa terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan, “Sssshh…, ssssshh…, aahh…, aahh…, ssshh…, sssshh…, jangaann…, diiteeruussiinn”, mulut Aku terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan mejilat-jilat kedua puting buah dada Iffa secara bergantian selama kurang lebih lima menit.

Badannya benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Aku melihat matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badan Iffa tersentak, karena dia merasakan tanganku mulai mengelus-elus pahanya yang terbuka karena rok panjangnya telah terangkat sampai pangkal pahanya. Iffa mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan untuk mencoba menghindari tanganku tersebut beroperasi di pahanya, akan tetapi karena badan dan kedua tangannya terkunci olehku, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang hanya dapat dilakukan oleh Iffa adalah hanya mengerang, “Jaanngaannnn…, jaannngggannn…, diitteeerruusiin”, akan tetapi suaranya semakin lemah saja.

Melihat kondisi Iffa seperti itu, Aku yang telah berpengalaman, yakin bahwa gadis ayu ini telah berada dalam genggamanku. Aktivitas tanganku makin ditingkatkan, terus bermain-main di paha Iffa yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan jariku menyentuh bibir kemaluannya. Segera badan Iffa tersentak dan, “aahh…, jaannggaan!”, mula-mula hanya ujung jari telunjuk Aku yang mengelus-elus bibir kemaluan Iffa yang tertutup CD, akan tetapi tak lama kemudian tangan kananku menarik CD Iffa dan memaksanya lepas dari pantatnya dan meluncur keluar di antara kedua kaki Iffa. Iffa tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari perbuatanku ini. Sekarang Iffa dalam posisi duduk di atas meja dengan tidak memakai CD dan kedua buah dadanya terbuka karena BH-nya telah terangkat ke atas. Muka Iffa yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Tampa menyia-nyiakan waktu yang ada, Aku, dengan tetap mengunci kedua tangan Iffa, tangan kananku mulai membuka kancing dan retsliting celanaku, setelah itu dia melepaskan celana yang dikenakannya sekalian dengan CD-ku. Pada saat CD-ku terlepas, maka senjataku yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan perkasa. Aku agak merenggangkan badannya, maka terlihat oleh Iffa benda yang sedang mengangguk-angguk itu, badan Iffa tiba-tiba menjadi tegang dan mukanya menjadi pucat, kedua matanya terbelalak melihat benda yang terletak diantara kedua pahaku. Dari mulutnya aku mendengar jeritan tertahan, “Iiihh”, disertai badannya yang merinding. Aku menatap muka Iffa yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka itu, “Kau Cantik sekali Iffa…”, gumam Aku mengagumi kecantikan Iffa.

Kemudian dengan lembut Aku menarik tubuh Iffa yang lembut itu, sampai terduduk di pinggir meja dan sekarang Aku berdiri menghadap langsung ke arah Iffa. Sambil memegang kedua paha Iffa dan merentangkannya lebar-lebar, Aku membenamkan kepalaku di antara kedua paha Iffa. Mulut dan lidahku menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan Iffa yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu. Iffa hanya bisa memejamkan mata dan berteriak “Ooohh…, nikmatnya…, ooohh!”, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian. “Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya. “Mass…, aku tak tahan lagi…!”, Iffa memelas sambil menggigit bibir. Tanganku yang melingkari kedua pantat Iffa, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Iffa dengan sangat bernafsu.



Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan olehku ini, Iffa benar-benar sangat kewalahan dan kemaluannya telah sangat basah kuyup. “Maasss…, aakkhh…, aakkkhh!”, Iffa mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepalaku untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambutku keras-keras. Aku melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Iffa yang masih terduduk di tepi meja, aku menarik Iffa dari atas meja dan kemudian Aku gantian bersandar pada tepi meja dan kedua tangannya menekan bahu Iffa ke bawah, sehingga sekarang posisi Iffa berjongkok di antara kedua kakiku dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Iffa sudah tahu apa yang diinginkan olehku, namun tanpa sempat berpikir lagi, tanganku telah meraih belakang kepala Iffa dan dibawa mendekati kejantananku.

Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Iffa, kepala penisku telah terjepit di antara kedua bibir mungil Iffa, yang dengan terpaksa dicobanya dan dikulum alat vitalku ke dalam mulutnya. Ku lihat Iffa bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Rasanya sangat seksi melihat gadis yang sudah telanjang tapi masih memakai jilbab sedang menyedot penis

Beberapa saat kemudian Aku melepaskan diri, badannya yang ringan itu dan membaringkan di atas meja dengan pantatnya terletak di tepi meja. Kemudian Aku mulai berusaha memasuki tubuh Iffa. Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Iffa, hingga Iffa merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Iffa yang memang sudah sangat basah itu.

Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Iffa. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Iffa. Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Iffa terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Iffa mencengkeram dengan kuat pinggangku.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Iffa berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Iffa mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Iffa berusaha bernafas dan …:” “Mass…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Iffa sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Iffa, maka klitoris Iffa terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Iffa menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.



Aku tersebut terus menyetubuhi Iffa dengan cara itu. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian dada Iffa dan meremas-remas kedua payudara Iffa secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.

Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Iffa terkulai lemas tak berdaya di atas meja dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya.

Selama proses orgasme yang dialami Iffa ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Iffa dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Iffa, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Iffa yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Iffa yang telah lemas itu hingga sekarang Iffa setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Iffa yang kini menggantung ke bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Iffa dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Iffa dari belakang.



Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Iffa. Kedua tanganku memegang pinggul Iffa dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Iffa tidak terletak pada meja lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja. Kedua kaki Iffa dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Iffa ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa, “Oooooooh!”, penisku tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Iffa yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Iffa yang ketat itu.

Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Iffa kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Iffa dan mendorongnya sehingga kepala penisnya masuk terjepit dalam liang kewanitaan Iffa, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Iffa dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Iffa. Tangan kananku memeluk punggung Iffa dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Iffa melekat pada badanku. Kepala Iffa tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Iffa yang agak basah terbuka itu.

Iffa mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Iffa merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Iffa tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Iffa tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm”, Iffa memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Iffa di atas meja dengan pantat Iffa terletak pada tepi meja dan kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Iffa yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Iffa yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Iffa yang terkapar lemas di atas meja.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Iffa benar-benar telah KO dan dibuat permainan dan benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku.

Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Iffa. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Iffa. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Iffa yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.

Aku melihatnya lemas dengan jilba yang sudah nggak keruan bentuknya lagi dan aku berkata, supaya lain kali dia pasrah saja dan nggak perlu melawan, aku melihatnya mengangguk sedih sambil menangis. Dalam ahti aku berkata, maafkan aku fa yang telah merenggut keperawananmu