Rabu, 12 Mei 2010

Merenggut Keperawanan

Perkenalkan aku Ruden (Nama Samaran) Sebut saja begitu. Aku saat ini berumur 19 tahun. Kejadian ini terjadi sekitar aku berumur 17 tahun. Asnah saat itu baru berumur 16 tahun. Asnah sekolah di salah satu sekolah Muhammadiyah di Jogja dan dia adalah salah satu bintang kelas. Meski menggunakan jilbab yang panjang, kecantikannya menggoda sekali sehingga banyak laki-laki yang tertarik. Bisa dibilang Asnah adalah PRIMADONA-nya sekolah itu.

Meski dia aktif di ROHIS, Asnah tergolong ramah, walaupun kepada laki-laki sekalipun.
Aku akhirnya berkenalan dengan Asnah walau aku malu-malu setengah mati, takut ditolak eh gak tahunya aku berhasil berkenalan dengannya!
"Hai... boleh kenalan ga Asnah?", sapaku dengan sedikit percaya diri.
"Siapa yahhh?", jawab Asnah.
"Saya Ruden? Boleh kenalan ga, kamu siapa?"
"Boleh kok emank siapa yang ngelarang... Aku Asnah."
Akhirnya kami ngobrol panjang dan aku sedikit berani menanyakan nomor teleponnya.

Malamnya aku mencoba menelepon Asnah dan pada saat itu Asnah mengangkat teleponku.
"Halo ini Asnah ya", sapaku.
"Iya..ni sapa ya", Asnah menjawab.
"Ini aku Ruden yang tadi siang berkenalan dengan kamu Asnah", kataku.
"Oh... iya?? ada apa den?"
"Engga aku cuma pingin ngobrol aja Asnah... Ganggu ga?"
"Engga ganggu kok den... biasa aja sama Asnah yah."
Aku mulai membuka topik pembicaraan meskipun sedikit canggung dan tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan. Lalu aku mulai memberanikan diri dengan menanyakan tentang kehidupan dia.Sampai pembicaraan kami…

"Asnah besok aku pingin ketemuan sama kamu bisa ga?", pintaku.
"Boleh kok Den... mau ketemuan dimana?"
"Di Taman Masjid UGM aja, Asnah mau??", tanyaku.
"Boleh jam 3 sore yah pas Asnah pulang sekolah", jawabnya.
"Ok... selamat malam Asnah, assalamu'alaikum", jawabku sebelum menutup pembicaraan.

Besoknya jam 3 sesuai kesepakatan kami bertemu di Taman Masjid UGM... Kami lantas ngobrol panjang lebar sampai jam 5 sore sambil makan-makan di sebuah Kafe di Tamansiswa.
Sungguh beruntung aku, Asnah ternyata menyukaiku.
Hal itu kelihatan sekali dari responnya terhadap percakapan yang kami buat.
Tak terasa pada saat mau mengantarkan Asnah pulang hujan turun deras sehingga aku menetap di mobilku.
Aku bertanya pada Asnah, "Mau es krim ga say?", aku memanggil dia dengan sapaan "say", eh ternyata dia juga balik meresponseku dengan perkataan "mau donk say". Cuaca saat itu mendukung sekali... cuaca hujan gerimis dan pada saat itu kami berdua di mobil. Aku membelokkan mobilku ke parkiran mobil. Asnah bertanya,
"Ngapain kita ke parkiran say?"
"Gak apa-apa kok say... aku cape aja", aku mulai memandangi buah dada Asnah yang tertutup jilbab. Ingin sekali aku menjilati puting susunya itu...

Asnah melihatku dan ia berkata "Ikhhh.. Ruden nakal liat-lihat perabotan Asnah... bayar tauuuu!? Masa liat gratis, ga bayar", ucapnya manja.
Aku hanya bisa tertawa dalam hati, akhwat ini ternyata nakal juga.
Aku mulai memberanikan diri untuk mencium mulutnya walaupun Asnah menolak tapi aku terus memaksa dan pada akhirnya dia tidak bisa mencegah aku untuk menciumnya. Aku melumat bibirnya dengan sangat lembut dan tak disangka Asnah membalas ciumanku dengan ganasnya.

Asnah bertanya kepadaku, "Ruden udah pernah ML belum?"
"Belum", jawabku.
"Asnah juga masih perawan Den... Asnah ga tau bagaimana caranya ML."
Serasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Asnah, aku mulai memberanikan diri tuk membuka pakaiannya. Asnah malah memberikan posisi tuk memudahkan aku membuka pakaiannya. Aku membuka kancing kemeja Asnah, branya yang warna hitam itu menonjol lantas kusingkap... WOW dada Asnah yang berukuran 34A langsung aku kulum dan Asnah berteriak kecil,
"Aaachh... geli Den! Jangan cuma satu doank donk say... sebelahnya juga donk say", aku mulai menjilati puting susu bagian sebelahnya. Asnah yang merasa bergairah mulai membuka pakaian dan celanaku. Aku pun juga membuka celananya dan telanjang bulat di dalam mobil, adapun Asnah tetap menggunakan jilbab. Pada saat itu tempt parkir sedang mendukung: tidak ada satu orang pun yang melihat kami.


"Kulum kontolku donk say", pintaku.
"Asnah ga pernah ngelakuin ini satu kali pun Den", jawabnya.
"Aku juga blm pernah melakukannya Say... jadi kita sama kan", kataku.
"Iya saya coba deh", jawabnya.
Asnah mulai mengemut kontolku dan dia merasa enjoy mengemut kontolku yang berukuran 15cm. Aku juga mengelus bibir vaginanya dengan tanganku. Dia mengerang, "emh..ehm..ehm..", tanda dia mulai bereaksi pada sentuhan tanganku...
Aku yang tidak tahan dengan vaginanya. Aku mulai membaringkannya dan langsung menjilati vaginanya.
"Ouchh... nikmat bangat say,terusssss....achh..achh ", Asnah mendesah dan aku terus menjilati klitorisnya dan pada akhirnya dia mendesah tidak karuan.
"Aahhhh... achhhhhh Den akuuu keluarrrr...achhh?!", keluarlah cairan putih dengan baunya yang khas.
Asnah tak mau kalah. Dia ingin mengulum kontolku. Kami melakukan gaya 69 di jok mobil belakang. Asnah mengemut kontolku dengan ganasnya. Dikocok-kocok dan diemut dengan ganas. Maklum baru pertama kali kami melakukannya. Lalu aku yang sudah tidak tahan... aku mulai menyuruhnya merebahkan diri dan mengangkat pahanya sehingga tampaklah memeknya yang merah dan menggoda itu.
"Aku masukin ya say?", tanyaku.
"Iya say tapi pelan-pelan yah... Asnah masih perawan."

Aku mulai memasukan kontolku ke liang vaginanya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kontolku ke liang vaginanya saking rapatnya. Asnah berteriak, "Ahhh... sakiiittt Den!".
Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan-pelan. Asnah yang membalasnya dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap memeknya yang sangat nikmat itu...
"Ahhhh... sakittt Den", aku mulai mempercepatkan gerakan maju-mundur.
Asnah berteriak, "Ahhhhhhhh", aku mengeluarkan kontolku dari memeknya dan langsung keluarlah darah segar membanjiri jok mobil belakangku.
"Saay lanjut ga? Nih... aku belum apa-apa tau", tanyaku...
"Iya say lanjut aja... Asnah siap kok", jawab Asnah.
Lampu hijau nih... aku mulai memasukan kontolku ke memek Asnah lagi... Asnah sangat menikmati tusukan kontolku ke liang vaginannya.
"Say...liss..ya kee...luarrr", dan pada saat itu cairan putih itu keluar. Ternyata dia orgasme. Cairan putih itu membanjiri kontolku yang nikmat dijepit oleh dinding dinding memek Asnah. Kontolku masih berada di dalam memek Asnah.
"Kamu belum keluar Say?", tanya Asnah.
"Belum Say", jawabku.

Aku meneruskan tusukan ke memek Asnah dan Asnah terus mengerang... suara teriakannya membuat aku tambah bernafsu. "Aachh... achhh....achhhhh.achhhhhh..de...niiii km heee..batt sayyy...", dan tiba2 Asnah mengeluarkan lagi cairan putih. Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.
"Kamu belum keluar-keluar juga Say. Cepat keluarin donk Say, udah malam", pintanya.
"Ok say", jawabku.
Aku mulai mempercepat gerakanku. Menggenjot memek Asnah dengan sangat cepat.
"Acchh... achhh... achhhh... achhh", Asnah mendesah menikmati setiap tusukan kontolku yang belaum pernah dia rasakan sebelumnya. Aku yang hampir orgasme semakin mempercepat gerakan kontolku keluar masuk memek Asnah.
"Sayyy... aku mau keluar nihhhhh", ucapku.
"Keluarin di luar ya say jangan didalem", pinta Asnah.
Aku akhirnya orgasme dan mengeluarkan spermaku ke dada Asnah yang lumayan besar itu.
"Ccroott... crootttt...", aku menumpahkan ke dadanya dan sebagian ke mukanya.
"Thanks ya Say... kejadian ini ga bakalan aku lupain", kata Asnah.
"Sama-sama say... aku juga ga akan melupakan kejadian ini."

Akhirnya kami selesai ML dan kami memakai pakaian kami kembali. Dan saatnya mengantarkan Asnah pulang kami sempat berciuman pada saat aku mengantar dia sampai depan rumahnya.
Aku dan Asnah tidak akan melupakan kejadian dimana aku melepas keperjakaanku dan dia memberikan keperawanannya. Kami tidak berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya lagi di rumahnya pada saat rumahnya sepi. Setidaknya aku dan Asnah setiap akhir weekend diisi dengan ML. Meskipun aku tidak ada hubungan apapun dengan Asnah... meskipun aku sekarang sudah menetap di Malang dan aku sudah mendapatkan beberapa pelajaran dari cewek cewek yang ada disini tapi Asnah telah memberikan pelajaran yang sgt berarti kepadaku.
Good-bye Jogja... I'm coming MALANG! Thank you Asnah.
Tamat

Suster Nakal

Kejadian ini terjadi di sebuah rumah sakit. Saat
itu aku baru saja mengalami kecelakaan.

"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu
tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang
terlihat montok dan menggiurkan, meskipun tubuhnya masih tertutup jilbab rapat.
Maklum, rumah sakit ini milik yayasan Islam. Justru jilbabnya itu
bikin Mbak Ira, nama suster manis ini, tambah cantik.

"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin
karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak
mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari
ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu
ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun
dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat
sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.

"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang
Dik. Mbak musti tanya dulu sama pak dokter apa adik sudah
boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku
seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku
membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan
menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong
sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien
rumah sakit yang tipis itu. "

Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku
yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya
cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku
dengan selimut.

Suster Ira tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu,
kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja
disamping tempat tidurku.
"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa
lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan
melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang.
Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap
bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa
membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira
kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya
dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak,
terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa
terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak
membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani
sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.
Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh
tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin
kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak
mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku
melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu
meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan
bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.


"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya mbak Ira kepadaku.
"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah
mana dia akan berbicara.
"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.
"Belum mbak" jawabku lagi.

"Aku juga belum. Sampai hari ini aku belum pernah." Katanya tiba-tiba sedih.
Matanya menerawang. Jilbabnya melambai-lambai.

"Aku terus menjadi idealis sampai hari ini.
Tapi ternyata...aku dikhianati...aku memakai jilbab
karena ajakan seorang kakak kelas.
Aku menyukainya, karena itu aku memakainya sampai sekarang...
ternyata...ia malah menikah dengan wanita lain!"

Hening sejenak. wajahnya sendu dalam balutan jilbab seragam suster itu.

"Mau bantu mbak balas dendam?"

Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong.
Belum sempat saya menjawab, mbak Ira sudah memulai aksinya.
Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku.
Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku,
dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan
lidah dan gigi-gigi kecilnya.
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya
mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa,
setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya.
Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit
mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan
memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya
dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali
saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh
mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai
kuraba pinggulnya yang montok itu dari luar seragamnya.

Namun, saat saya mencoba
menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa
gawat", katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari
tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak
disudut kamar.

Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian
dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak
merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas
menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang
bulat. Kemudian dia sendiripun melepas beberapa kancing
seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk
sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang
berwarna hitam. Saat ia mau melepas jilbabnya, aku menahannya.

"Lebih cantik pake jilbab", kataku. Ia hanya tersenyum.

Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini
lebih panas dan bernafsu. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang
berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh
enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka
Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi
puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan
sesekali menggigitnya, sambil kuremas jilbabnya.
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih",
desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan
membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak
saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat
dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini
kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan
kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap
selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua
tangannya. Kepalanya yang berjilbab bergoyang-goyang.

"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh... ahh..", desahku menahan
agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.
Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang
kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya
sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri.
Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.
Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol
kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana
dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil
melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah,
sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi
bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit
becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol
kaki.
"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget",
desahnya keras.
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak
khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan
keras juga.
"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin
banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya
mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film
BF yang biasa kutonton.
"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala
kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya
itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol
kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum
pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang
terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini
kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang
kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa
mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan
tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari
jepitan bibirnya yang manis itu.
Kupegang kepalanya yang berjilbab untuk menahan gerakan tarikan kepalanya
agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya
sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya
benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di
sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap
berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera
"keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan
terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat
enak sekali.
"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan
mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak
dikeluarkan itu kedalam mulut mbak Ira.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati
cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut
merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat
kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku
melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang
dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian
seragam dengan kancing dan Bra terbuka serta jilbab yang kusut. ia duduk dan
mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah
tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar
pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari
mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati
pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya
melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara
langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis mbak Ira.
Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan
kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet
sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan mbak Ira.
Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak
mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu
menggoda.

Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol
sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam
memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan
satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih
mengeras dan terlihat makin mancung itu.
"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda mbak Ira
sambil mendekati diriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang
tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan
memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah
mulai kering dari air ludah mbak Ira, kini kembali basah. Saya
mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan
jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.
"Ngga usah, biar cukup mbak aja yang puasin kamu.. hehehe",
agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga
merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja
dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua
kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh
sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap,
disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat,
benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah
oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat
mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk
menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk
beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak
Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia
juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau
keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.
"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena
teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat
memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke
arah mulutku.
"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok
kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini.
Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul
dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai
hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan
kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.
"Ahh.. ahh..", desah mbak Ira disaat terakhir berbarengan
dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan
mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan
yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan
bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun
orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang
pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti
membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia
duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku
yang sudah lemas.Akhirnya, kulap spermaku dengan jilbabnya

Rini Perawatku Yang Cantik

Sudah lama aku berkenalan dengan Rini seorang perawat di salah satu rumah sakit terkenal di kota S. Orangnya pendiam,tidak banyak omong, namun apabila suah kenal, akan nampak bahwa dia ternyata sangat supel. Dengan jilbab yang menghiasi wajahnya, tubuhnya yang sangat montok tidak banyak menarik perhatian orang. Pernah sekali aku melihat dia memakai baju biasa tanpa jilbab, waktu aku main ke kostnya. wow, ternyata rini sangat sexy. Namun pemandangan itu hanya sebentar saja, karena dia cepat-cepat mengganti baju tidurnya dengan pakaian jilbabnya. Hal itu semakin membuatku ingin menjamah tubuhnya. Namun selalu saja dia bisa menolak. Paling-paling, kami hanya berciuman, namun tidak pernah lebih dari itu.
Siang itu Rini kuajak jalan-jalan ke Penggaron, hutan wisata yang ada di sebelah selatan kota S. Setelah parkir, akupun mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dan strategis buat pacaran. Begitu dapat, kamipun asyik ngobrol ngalor ngidul. Tak sengaja, tanganku asyik mngelus-elus jemarinya di atas pahanya. Rinipun menatapku dengan sayu. Segera kucium bibirnya yang mungil. Rinipun menyambut dengan antusias. Lidahnya dengan lincah memilin lidahku hingga membuatku tersengal-sengal. Kudekap erat tubuhnya, sambil tangan kananku meremas remas pantatnya yang bahenol. Tubuhnyapun bergetar hebat. Pelahan tanganku merayap menyingkapkan rok panjangnya dan ketelusupkan jemariku ke dalam celana dalamnya. “ Mas, jangan ahhh, malu dilihat orang” katanya sembari mencoba mencegah tanganku beraksi lebih lanjut. “Pindah tempat yuk, yang lebih aman,” ajakku sambil terus mencoba meremas payudaranya. Rini langsung menggelinjang. Terasa buah dadanya yang ranum mulai mengeras, tanda bahwa Rini mulai terangsang hebat. Matanya yang sayu jadi tampak mesum, tanda Rini dilanda rangsangan berahi yang amat dahsyat. Kamipun segera berbenah diri, membetulkan pakaian yang sempat berantakan.
Singkat cerita kami sampai di hotel P. Saat itu, hari sudah gelap. Setelah menyelesaikan urusan pembayaran hotel, kamipun segera masuk ke kamar 122. Sejenak aku dan Rini merasa canggung. Maklum, selama ini nggak pernah ke hotel, apalagi hanya berdua dengan cewek manis. Sebenarnya aku sudah nggak tahan lagi ingin mencium dia lagi, dan tahu sendirilah selanjutnya. Tapi gimana lagi, lha wong Rini hanya diam terpaku. Aku jadi malah takut, jangan-jangan dia menyesal telah mau kuajak nginap di hotel. "Em, lagi mikirin apa? Kok termangu-mangu ?" tanyaku sambil menghampirinya. Rini hanya memandangku sekilas. "Sudahlah, tiduran saja di kasur, aku nanti biar tidur di sofa. Aku janji nggak akan menyentuhmu kecuali kalu Rini pengen," kataku lagi sambil menuju sofa.
Tiba-tiba Rini menangis dan kuberanikan diriku untuk memeluknya dan menenangkannya, Rini tak menolaknya. Setelah agak tenang kubisiki dia bahwa dia tampak cantik malam ini. Rini tersenyum dan menatapku dalam, lalu memejamkan matanya. Kucium bibirnya, hangat, dia menerimanya. Kucium dia dengan lebih galak dan dia membalasnya, lalu tangannya merangkul pundakku. Kami berciuman dengan penuh nafsu. Kusibakkan jilbabnya yang menutupi lehernya lalu aku turun ke lehernya, Rinipun mendesah “aaaahh.” Mendengar itu kuberanikan meremas payudaranya yang montok. Rini mendesah lagi, dam menjambak rambutku. Setelah beberapa saat kulepaskan dia. Rini sudah terangsang, kulucuti pakaiannya, kaos dalamnya kulepas, bra-nya, tampaklah gunung kembar yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah mengeras. Kubasahi telunjukku dan mengelusnya, Rini hanya memjamkan matanya dan menggigit bibirnya. Kulanjutkan melucuti rok panjangnya, dia memakai CD berenda putih transparan sehingga tampak sebagian rambut kemaluannya yang lembab. Sengaja aku tidak melepas jilbabnya, karena Rini tampak lebih sexy dengan hanya memakai jilbab, namun telanjang bulat di bawahnya. Dan WOW, ternyata jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi, rambut di sekitas bibir kemaluannya bersih, hanya di bagian atasnya. Dan vaginanya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan mulai basah. “Kamu rajin mencukur ya,” tanyaku. Dengan wajah memerah dia mengiyakan. Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan di puntingnya, kujilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, Rini menggelinjang keasyikan, dan mendesah-desah merasakan rangsangan kenikmatan. Tangan kananku mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar. Seirama dengan sapuan lidahku di puntingnya, Rini makin terangsang, dia bahkan menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke payudaranya, “Mas, enakh... banget...enakh...” Desahannya dan lenguhannya. Kira-kira 5 menit dari kumulai, badannya mulai mengejang dan “Mas... Rini... mo... keluaaaarrr!” Sambil berteriak Rini orgasme, denyutan vagina kurasakan di tangan kananku. Rini kemudian berdiri. “Sekarang giliranmu,” katanya. Celanaku langsung dilucutinya dan akupun disuruhnya berbaring. Salah satu tangannya memegang kontolku dan yang lain memegang zakarnya, dia mengelusnya dengan lembut “mmmmhhh...,” desahku. “Enak ya, Mas.” Akupun mengangguk. Rini mulai menciumi kontolku dan mengelus zakarnya, dan mengemutnya dan mengocoknya dengan mulutnya. Terasa jutaan arus listrik mengalir ke tubuhku, kocokannya sungguh nikmat. Aku heran, sejak kapan dia belajar mengulum dan mengocok kontol lelaki. Nampak dia sudah sangat mahir dalam urusan kocok mengocok kontol laki-laki. “Belajar darimana Em, kok lincah banget?, tanyaku. “Hmmm, aku pernah liat BF bareng teman-teman di kantor. Kayaknya enak banget, dan ternyata memang benar,”jawab Rini sambil terus mengulum kontolku. Rini tampak sexy dengan jilbab yang masih terpasang diwajahnya, namun telanjang bulat di bawahnya. Bibirnya yang mungil sibuk melumat habis kontolku.
Kupegang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali kutekan kepalanya saat turun. Sesaat kemudian dia berhenti. “Mas, kontolmu lumayan besar dan panjang yach, keras lagi, aku makin terangsang nich.” Aku hanya tersenyum, lalu kuajak dia main 69, dia mau. Vaginanya yang banjir itu tepat diwajahku, merah dan kencang, sedang Rini masih asyik mengocok kontolku. Saat itu aku baru menikmati vagina seorang wanita, aku mulai menjilati vaginanya, harum sekali bau sabun dan bau cairan vagina, dan clitorisnya sampai memerah dan kuhisap cairan yang sudah keluar, tiba tiba dia berteriak saat kuhisap vaginanya keras-keras. "Masss... I lovvve ittt, babbyy", dia menjerit dan aku tahu kalau dia lagi klimaks karena vaginanya sedang kujilat dan saat itulah saat pertama aku rasakan cairan wanita yang asam-asam pahit tapi nikmat.
Setelah dia klimaks, dia bilang dia capai tapi aku nggak peduli karena aku belum selesai dan aku bilang ke dia kalau aku belum puas, saat itulah permainan dilanjutkan. Dia mulai melakukan gaya anjing dan aku mulai memasukkan kontolku ke sela-sela pahanya yang menggiurkan dan aku tarik dorong selama beberapa lama. Baru dijepit pahanya saja, rasanya sudah di awang-awang. Apalagi kalau kontolku bisa masuk ke vaginanya. Beberapa lama kemudian, aku bosan dengan gaya itu, dan kusuruh dia untuk berada di bawahku. Rini memandangku dengan sayu. Segera kukulum puting payudaranya yang tampak mengeras itu, kontan dia melenguh hebat. Ternyata puting payudaranya merupakan titik rangsangnya. Dengan diam-diam aku mulai memasukkan kontolku ke dalam vaginanya yang ternyata sudah basah lagi. Perlahan kumasukkan, terasa sekali denyutan vaginanya.Vaginanya agak susah kumasuki, setelah kontolku masuk kira-kira ½, ada sedikit darah mengalir, ternyata dia perawan batinku, kubisiki dia “Em, sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang sesunguhnya”. Pelahan kugoyang kontolku, maju mundur, keluar masuk ke liang vaginanya. Rintihan kesakitan berubah menjadi desahan kenikmatan. Saat aku berada di atas Rini, kujilati payudaranya yang memerah dan dia menjerit perlahan dan mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah bernafsu dan tanpa pikir panjang-panjang lagi, aku mulai menekannya dengan nafsu dan tentunya kontolku sudah masuk ke dalam vaginanya yang sangat nikmat itu. "Ooohh nikmat sekali rasanya", dia juga menjerit "Ssshh", seperti ular yang sedang mendekati mangsanya. 10 menit kemudian, dia memelukku kuat-kuat dan aku bingung tapi aku juga mengalami perasaan yang aneh karena sepertinya ada yang mau keluar dari kemaluanku, "Mass... aku mauuu keluaarrr" dan aku juga menjawabnya "Em... kayaknya akuu jugaa maauu..." nggak sampai 2 atau 3 menit, badanku dan Rini sama-sama bergetar hebat dan aku merasakan ada yang keluar dari kontolku ke dalam vaginanya dan aku juga merasa ada yang membasahi kontolku dengan amat sangat. Setelah itu, Rini terdiam karena kelelahan dan aku mulai mencium-ciumi bibirnya yang kecil dan mukanya. Aku mulai membelai-belai rambutnya dan karena dia terlalu kelelahan dia tertidur pulas. TAMAT

Jaim Jadi Jail

Cerita ini mempunyai tokoh utama bernama Evi, suaminya adalah seorang nahkoda pada perusahaan cargo asing. Mereka belum mempunyai anak, padahal usia perkawinan mereka sudah hampir 4 tahun dan menurut dokter mereka berdua sehat. Evi berusia 25 tahun, berkulit putih bersih, dengan tinggi 172 cm dan berat 50 kg, payudaranya berukuran 36 B. Dulu ia merupakan kembang desa di kampungku. Dia dan suami dari Sumatera Barat. Setelah menikah suaminya mengajak merantau ke Jakarta, untuk karirnya dan supaya Evi mengenal kota besar katanya. Suaminya telah membeli sebuah rumah di Jakarta. Rumahnya terlalu besar menurutku untuk mereka tinggali berdua saja. Jadilah Evi seorang diri berbenah di rumah, waktu ia di kampung suka mengerjakan pekerjaan rumah sendiri sehingga ketika suaminya menawarkan untuk mencari pembantu ia menolaknya. Lama kelamaan Evi suka kesepian kalau di rumah terus, soalnya suaminya kalau bertugas paling cepat 2 bulan baru kembali. Akhirnya Evi mengikuti pengajian dilingkungan sekitar rumahnya untuk menghilangkan kebosanan menunggu rumah. Oh ya..sejak menikah Evi mengubah penampilannya, sekarang ia menggunakan jilbab dalam berpakaian sehari-hari. Kelompok pengajiannya diikuti lebih kurang 22 orang. Mayoritas dari mereka mengenakan jilbab sehari-harinya.

Di dalam kelompok pengajian Evi akrab dengan Jamilah, anak dari guru mengajinya yang tinggal 1 blok dari rumahnya. Evi dan Jamilah memang seusia, Jamilah berusia 25 tahun dan belum menikah. Penampilan Jamilah menuruni dari ayah dan ibunya yang keturunan Arab, wajahnya jelas sekali menunjukkan ia keturunan Arab, kulitnya putih bersih, tingginya sekitar 175 cm dan beratnya 55 kg, Evi suka mereka-reka ukuran payudara Jamilah yang kayaknya lebih besar dari punyanya. Jamilah sangatlah modis dalam berpenampilan, Evi suka memintanya mengajari dalam cara berpakaian. Jamilah juga mengenakan jilbab seperti Evi, tapi ia selalu berpakaian modis dan trendy bahkan sesekali jubahnya agak ketat dan dipadukan dengan celana jeans, kadang-kadang Evi bingung dengan caranya berpakaian walaupun tertutup rapat tapi terlalu ketat menurutnya. Sedangkan Evi lebih suka berbaju kurung saja dan berjilbab tertentunya. Jamilah mengajar TPA yang berjarak 2 rumah dari rumah Evi. Evi suka memuji kecantikan Jamilah yang makin terlihat bila ditambah dengan dandanan yang modis dan trendy, ia hanya tersipu-sipu saja bila mendengar pujian Evi tersebut, saat ia lewat di depan rumah ketika berangkat dan pulang mengajar. Jamilah juga suka mampir ke rumah Evi bila pulang mengajar yang hanya sampai jam 11, biasanya ia menemaninya membereskan rumah sambil ngobrol sesana kemari.

Suatu saat Jamilah mampir ke rumah Evi setelah selesai mengajar, ia mengenakan jilbab berwarna putih, berbaju muslim dan celana kulot berwarna coklat muda, ketika itu Evi seperti biasa mengenakan jilbab berwarna putih dan baju kurung berwarna pink. Mereka pun kemudian asyik dalam obrolan, suatu ketika Evi memperhatikan jari-jari tangan dan kaki Jamilah yang sepertinya dilukis.
‘Aduh Mila, jari-jari kamu iniiii. Indah sekali sihhh...’, sambil meraih tangannya dibawa ke pangkuan Evi.
Jamilah hanya tersenyum saja sambil mengamati Evi. 'Oh, lembut sekali...tanganmu Mil..' sambil memasukkan jari-jarinya di antara jari-jari tangan Jamilah. Kemudian Evi sedikit memilin-milin jari-jari tersebut. Entah kenapa sepertinya Jamilah menikmati pilinan jari Evi pada jarinya. Jamilah menarik nafas panjang kemudian menghembuskan dengan cepat, mengeleng-gelengkan kepalanya seperti orang yang tegang lehernya, jilbabnya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan kepalanya.
'Kamu kenapa Mil?' tanya Evi keheranan.
'Eh, ngak kok cuman leher agak pegel-pegel aja' jawab Jamilah agak gugup.
'Oo..' balasnya. Tapi pengalaman dan naluri kewanitaan Evi yang berpengalaman tahu bahwa itu adalah tanda-tanda wanita yang sedang terangsang. Timbul pikiran kotor untuk mengerjai Jamilah, apa benar ia terangsang hanya oleh remasan jariku pada tangannya. Soalnya bila sedang sendirian kadang-kadang Evi juga menghayalkan sedang bersetubuh dengan suaminya apalagi bila libidonya sedang tinggi, ia suka jadi pusing-pusing bila menahan nafsunya itu, bila tak kuat menahannya badan terasa panas dan ia suka ke kamar mandi dan menyirami tubuhnya yang masih berpakaian lengkap, jilbab dan pakaiannya dibiarkan basah sambil berusaha mengatur nafasnya yang akan terengah-engah, kemudian ia akan meraba-raba tubuhnya yang masih mengenakan jilbab dan pakaian lengkap itu terutama daerah payudara dan kemaluan sambil membayangkan disetubuhi oleh suamiku, ritual itu baru berakhir bila ia sudah mencapai orgasme, pertama-tama ia malu pada dirinya sendiri, tapi lama kelamaan menikmatinya, memang aneh sejak menikah ia jadi ketagihan untuk digauli oleh suaminya, suatu hal yang tidak pernah dipikirkan ketika belum menikah. Tapi apakah Jamilah yang masih single juga suka membayangkan hal-hal seperti itu, apalagi ilmu agamanya lebih dalam dari Evi.
'Kita pindah ke kamar yuk, biar sekalian aku pijitin kepalamu Mil' kata Evi sambil menghentikan remasan jarinya pada tangan Jamilah. Evi pun segera berdiri sambil merapikan jilbab dan bajunya lalu berjalan ke dalam kamar tidur. Ia dapat melihat wajah Jamilah seperti menunjukkan kekecewaan ketika Evi menghentikan remasan pada tangannya. Ia pun segera berdiri dan merapikan jilbabnya dan mengikuti Evi ke dalam kamar.

'Ayo tiduran biar enak dipijatnya' kata Evi sambil duduk di pinggir tempat tidur.
'Gak usah Vi, ntar juga hilang sendiri' jawabnya sambil duduk di bangku meja rias dan melihat-lihat peralatan rias.
Evi kemudian berdiri dan berjalan mendekati Jamilah, kemudian memijit-mijit pundaknya. Entah setan apa yang tiba-tiba merasuki dirinya, Evi ingin sekali menggoda melihat Jamilah bila sedang dalam keadaan terangsang, apakah seperti yang ia pernah rasakan apa lain. Jamilah diam saja ketika Evi mengangkat sedikit jilbab bagian belakang dan menariknya ke arah depannya, sehingga Evi dapat melihat leher bagian belakang Jamilah. Ia membiarkan Evi memijit-mijit lehernya, lehernya memang terasa kaku, tapi yang membuat Evi penasaran nafas Jamilah makin lama makin cepat. Sebenarnya Jamilah merasakan perasaan yang aneh ketika tangannya diremas-remas oleh Evi di ruang tamu, pikirannya tiba-tiba merasa melayang dan ada rasa yang belum pernah ia rasakan yang sepertinya meledak-ledak ingin keluar dari dalam dirinya tetapi ia berusaha menahannya sehingga tanpa sadar nafasnya menjadi terengah-engah dan hal itu kembali dirasakannya ketika tangan Evi memijit-mijit pundaknya. Tanpa sadar tangan kanan Jamilah meremas-remas payudara kirinya dari luar pakaiannya, sementara tangan kirinnya menekan-nekan bagian vaginanya yang terasa berdenyut-denyut dari luar celananya.

Evi yang melihat aktifitas tangan Jamilah dari kaca riasnya tersenyum, rupanya sama saja kalo wanita sedang terangsang, tak beda antara orang alim dengan orang biasa. Evi pun menurunkan pijatannya pada lengan Jamilah, lalu tangan kanannya mulai meraba-raba payudara kanan Jamilah yang masih tertutup pakaian dari belakang. Wajah Jamilah yang terlihat relax menjadi bertambah ceria ketika merasakan remasan pada payudara kanannya, ia mendengar bisikan Evi yang lembut pada telinganya yang tertutup jilbab 'Biar aku puasin kamu Mil'. Suasana hening beberapa detik, keduanya saling tatap sebelum tiba-tiba Evi memagut bibir Jamilah yang mengadah ke depan itu. Jamilah tersentak kaget, dia melepaskan ciuman itu dan melotot memandangi Evi.
“Vi…kamu…mmmhh!” sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya Evi sudah kembali menciumnya.
Jamilah sempat berontak dengan menarik jilbab Evi agar kepalanya menjauh selama beberapa saat namun ciuman dan belain Evi pada daerah sensitifnya membuat gairahnya naik, baru kali ini dia merasakan dan melakukannya apalagi dengan sesama jenis, dirasakannya kenikmatan yang berbeda yang menggodanya untuk meneruskan lebih jauh. Rangsangan dari dalam dirinya dan menyebabkan Jamilah pun akhirnya menyambut ciuman rekan pengajiannya itu. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit. Sementara itu tangan Evi meremas lembut payudara Jamilah dari luar, Jamilah sendiri sudah mulai berani mengelus punggung Evi, tangan satunya mengelus pantatnya yang masih mengenakan baju kurung. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima menit, dan ciuman Evi pun mulai menjilati belakang lehernya.
“Sshhh…kurang ajar juga kamu Vi !” desisnya dengan nafas memburu.
Evi terus menciumi leher Jamilah sambil kedua tangannya membuka resleting di belakang baju muslim Jamilah dan mulai memelorotinya sehingga bra putih di baliknya terlihat, dia turunkan juga cup bra itu hingga terlihatlah sepasang gunung kembarnya yang membusung kencang. Jari-jari lentik Evi mengusapinya dengan lembut sehingga Jamilah pun hanyut dalam kenikmatan.

“Gimana Mil, asyik kan ? Kamu jadi tambah cantik kalau lagi horny gitu loh” Evi tersenyum nakal sambil memilin-milin kedua puting Jamilah.
“Mmhh…eengghh…udah dong Vi, sshh…ntar ada yang tau !” desah Jamilah merasakan kedua putingnya makin lama makin mengeras. Sambil menarik-narik jilbab Evi agar menjauh darinya
“Tenang, disini aman kok, ini kan rumahku, kita have fun sebentar yah !” jawab Evi Kemudian. Evi mencumbui payudara Jamilah, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu, saat itu Evi mengetahui ukuran payudara Jamilah adalah 38 B dari bra yang berhasil ia lepaskan. Wajah Jamilah yang berjilbab hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Evi sudah mulai memcoba menurunkan celana kulot Jamilah dan Jamilah pun mengangkat sedikit pantatnya agar Evi dapat dengan mudah menurunkan celana kulotnya hingga sebatas lutut dan Evi mulai merabai pahanya yang putih mulus itu.
“Hhhssshh…eeemmmhh !” Jamilah mendesis lebih panjang dan tubuhnya menggelinjang ketika tangan Evi menyentuh kemaluannya dari luar celana dalamnya.
Seperti ada getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan tergelitik saat jari Evi menyusup lewat pinggir celana dalamnya dan menyentuh bibir vaginanya, daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu.

Pada saat itulah. Birahi Jamilah tiba-tiba meledak, ciuman lembut itu, jilatan-jilatan halus itu, remasan dan cubitan halus itu, ohhh tak mampu ia tahan lagi. Jamilah menjadi sangat bernafsu. Diraih tubuh Evi dan dirapatkan ke tubuhnya, mendorongnya ke atas tempat tidur, menindih tubuhnya..., dan untuk pertama kalinya baginya..., sama-sama perempuan... mereka saling berpagut... mereka saling melumat bibir-bibir dan lidah-lidahnya. Jilbab mereka menjadi agak acak-acakan tetapi masih menempel pada kepala masing-masing. Kami langsung berguling di tempat tidur, dengan sangat agresif Jamilah merangsek Evi, ia mengangkat kain jilbab depan Evi dan lidahnya merambat ke leher Evi, kemudian kedua tangannya meremas-remas payudara Evi dari luar pakaiannya. Evi pun membuka baju kurungnya dan melepaskan bra serta celana dalamnya, hanya tinggal jilbab yang dikenakannya. Jamilah pun melakukan hal yang sama, ia membuka baju dan celana kulotnya kemudian melepaskan branya yang sudah merolot dan terakhir celana dalamnya. Jamilah mendekatkan wajahnya merangsek ke dada Evi..., lidahnya menari-nari dan bibirnya menggigit-gigit kecil kemudian menyedot puting-puting payudara Evi. Woooww..., birahi Evi pun semakin membara terbakarrrrrr...
‘Mil..., kamu pernah beginiiiii... Mil???’.
'Ooohhh.. hhheehh.. hhullppp...’, dia merintih dan terus meracau...

Evi sendiri tidak mampu lagi berfikir jernih, dielus-elus kepala Jamilah, jilbabnya yang tergerai agak susah lepas karena ada peniti di lehernya. Evi meraih jilbabnya mengikatkannya ke belakang lehernya, ia melakukan hal yang sama pada jilbab Jamilah yang sedang mengusel-usel payudara Evi yang sangat merangsang kenikmatan birahinya tidak menganggu... Evi menyaksikan kepala Jamilah seperti bergeleng dan bergeleng histeris, sepertinya ingin menekankan lebih dalam kulumannya pada payudara Evi yang ranum ini... Aiiiihhh..., binalnya kamu Milaaa...Evi menikmatinya dalam kepasrahan. Ia tak ingin menggangu badai nafsu birahi yang sedang melanda Jamilah... dibiarkan saat-saat tangan Jamilah mulai menyibak rambut kemaluannya. Disingsingkannya rambut tersebut, tangannya menjamah kemaluan Evi dan mengelusnya. Uh, halusnyaaa... Evi menggelinjang hebat, dan mulai mengeluarkan desahan yang tak lagi dapat ditahan-tahan. Kegelian dari permukaan vaginanya menjalar ke seluruh tubuhnya. Evi menggeliat-geliat. Jamilah semakin bersemangat. Tangannya berkali-kali mengibaskan jilbabnya agar tidak menghalangi pandangannya jari-jarinya mengelus bibir vagina Evi.

Dengan bibir yang terus melumat payudara Evi serta menggigit puting susunya, jari-jari Jamilah mempermainkan kelentitnya. Uhhh, rasanya Evi tenggelam dalam samudra kenikmatan yang tak terhingga... Geliat-geliat tubuhnya menggila disertai dengan rintihan yang disebabkan tak mampunya menerima kenikmatan yang datang melanda bak topan di lautan. Evi menjambak jilbab Jamilah hingga menjadi awut-awutan. Dan Jamilah pun semakin kesetanan. Jari-jarinya berusaha menembus lubang vagina Evi. Evi merasakan kegatalan sekaligus kenikmatan yang dahsyat. Bibir lubang vaginanya mengencang..., ingin ditembus tetapi malah merapatkan pintunya. Sungguh suatu ironi yang sangat. Kemudian Jamilah melepas kulumannya di payudara Evi. Tangannya membuka dan langsung menyorongkan payudaranya ke muka Evi.
“Vi, tolong yah…saya gak tahan !” pintanya sambil dua jarinya keluar masuk vaginanya.
Dorongan birahi yang tinggi menyebabkan Evi mendekatkan wajahnya ke payudara Jamilah, lidahnya pun menyentuh puting susu Jamilah yang merah merekah itu sehingga pemiliknya mendesah.
“Sshhh…uuummm….aaahhh !” desah Jamilah menikmati jilatan Evi pada payudaranya “Emmhh…yahh…disitu, terusin…aaahh !” desisnya lagi ketika Evi mengigit-gigit puting susunya.

Kini Evi dalam posisi merangkak di atas tubuh Jamilah yang telentang. Payudara keduanya bertemu dan saling menghimpit, keduanya berpelukan dan berciuman dengan sangat liar. Tak lama kemudian gelombang orgasme melanda keduanya, daerah selangkangan mereka semakin basah karenanya. Sesuatu yang hangat terasa di dalam kemaluan mereka, ya, cairan vagina.
Evi menyaksikan kepuasan tak terhingga pada Jamilah. Nafasnya tersengal-sengal. Akhirnya mereka berdua berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Mereka berdua saling membelai punggung dengan halus. Evi menambahi dengan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Jamilah. Jamilah mengikutinya dengan juga memasukkan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Evi. Bibir mereka melepaskan ciuman dan keluarlah suara.. "Aaahhh... aaahhh... aaahhh..." Demikianlah keduanya mencapai puncak orgasme setelah memainkan lobang pantat masing-masing. Akhirnya mereka meraih orgasme..., mereka tidak tahu lagi bagaimana menahannya..., keduanya berguling saat orgasme itu datang..., kenikmatan dahsyat yang menimpa mereka membuat lupa diri..., berteriak histeris, meracau histeris... Caci maki dan umpatan kata-kata kotor penuh birahi keluar dari mulut mereka... Belakangan Evi mentertawakan Jamilah, dia bilang kamu yang cantik, ayu dan lembut serta alim ini bisa juga mengeluarkan kata-kata hina, seronok kasar dan kotor seperti itu... Evi membayangkan betapa kenikmatan telah melanda Jamilah hingga kata-kata yang sedemikian kotor itu begitu saja meluncur dari mulut cantiknya...

Itulah awal Evi dan Jamilah mengenal dunia lesbian. Sejak itu Evi dan Jamilah sering bercumbu. Saat suami Evi berangkat kerja, tak jarang permainan dilangsungkan di rumahnya atau di rumah Jamilah. Lama kelamaan mereka semakin banyak melihat perempuan yang cantik. Sesekali mereka, Evi dan Jamilah sepakat untuk mencari partner yang ke-3. Mereka ingin bercumbu bertiga. Dengan siapaaa yaaa...??? Kapaann yaaa...??? Jilbab dan baju muslim yang mereka kenakan tak menghalangi mereka untuk meneguk kenikmatan birahi yang mereka rasakan, bahkan Jamilah yang alim ternyata mempunyai kepribadian yang sangat mencengangkan. Mereka berdua sepakat menutup rapat kisah percintaan mereka di balik jilbab mereka.

Siti Pembantuku

Aku Randi (19) kuliah di kota B (baca "Aku dan Mbak Desi Kakakku" dan "Aku dan Ratna Kekasihku") tinggal di rumah kontrakan mungil. Aku tinggal sendiri dan hanya ditemani pembantu rumah tangga seorang wanita berusia sekitar 55 tahun bernama bi Warsih demikian aku memanggilnya. Namun setelah sekitar 6 bulan Bi Warsih sering sakit sakitan sehingga dia pulang kampung dan berjanji akan digantikan oleh anaknya.

Begitulah latar belakang kehidupanku sampai datangnya seorang wanita pembantu rumah tangga berasal dari Ciamis yang tak lain anak bi Warsih. Namanya Siti, umurnya sekitar 30 tahun, orangnya lumayan manis, berkulit putih bersih seperti layaknya gadis desa, susunya pertama kali kulihat sedang-sedang saja dibalut baju yang agak longgar dan panjang karena dia memakai kerudung atau jilbab dan yang membuatku tertarik adalah bibirnya. Bentuk bibirnya mungil dan sensual sekali untuk orang Indonesia yaitu agak merekah.

Lebih kurang 1 bulan Siti bekerja di rumahku, dia mulai mengalami perubahan baik fisiknya, cara berpakaiannya meskipun tetap dengan jilbabnya dan juga cara memandangku dan juga cara melayaniku setiap aku ada di rumah pulang kuliah. Dia mulai memberi perhatian lebih dengan cara mengambil tasku dan menyediakan teh, kopi atau minuman dingin lainnya. Dan aku juga mulai terpengaruh dengan cara-caranya tersebut.

Sampai satu hari aku pulang malam dari kota kelahiranku kira-kira jam 23:00.
"Mas Randi sudah makan?, kalau belum nanti saya sediakan," katanya lagi sambil tersenyum manis kepadaku. Dia memanggil dengan sebutan mas Randi sama dengan bi Warsih ibunya bila memanggilku.
Aku jadi penasaran dan aku melihat kepadanya dengan pandangan yang mulai bernafsu.
"Aku sudah makan bi, kamu sendiri kok belum tidur?" jawabku sambil pandanganku tidak lepas dari dadanya yang terlihat makin montok karena dia memakai daster panjang dan jilbabnya tetapi kancingnya satu terlepas sehingga agak terlihat kulit dadanya.
"Belum, karena saya tunggu mas Randi pulang," jawabnya lagi.

Kembali aku mendekati bi Siti yang masih berdiri dekat meja makan sambil memasang kancing dasternya yang terlepas di bagian atas, dia sepertinya menunggu apa yang akan kukatakan kepadanya.
"Bi, ke sini sebentar." Aku memanggilnya sambil mendekatinya.
Dia bergerak perlahan mendekatiku. Baru aku menyadari bahwa lumayan juga pembantuku ini, tingginya hampir setinggi pacarku dan itu bibirnya yang sensual bergerak-gerak perlahan.
"Ada apa mas?" katanya lagi.
"Kamu sudah punya pacar di kampung?" kataku memancing.
"Ah mas bisa saja, nggak ada yang mau sama saya lagi karena saya dicerai sama suami saya gara-gara aku belum bisa memberikan keturunan," jawabnya lirih.
Aku terkejut mendengar pengakuannya yang terus terang bahwa dia adalah seorang janda baru cerai, Nah ini dia kesempatan baikku untuk dapat mendekati bi Siti selanjutnya.

"Sudah berapa lama kamu cerai, bi?" tanyaku penasaran.
"Baru sekitar empat bulan mas, memangnya kenapa mas nanya begitu?" dia balik bertanya.
"Ah, nggak pa-pa, pasti kamu masih kangen sama bekas suamimu kan, ingin meladeni seperti yang kamu lakukan kepada saya seperti mengambilkan air minum atau yang lain?" jawabku lagi.
"Ah mas bisa aja." jawabnya agak manja.

Aku makin berani, sekarang kupegang tangannya dan menariknya duduk di kursi makan dan aku duduk di kursi yang kuhadapkan kepadanya, dia diam saja dan dia mulai melihat ke arahku. Aku pun makin berani mengusap tangannya sambil berkata, "bi, kamu tahu nggak bahwa kamu itu manis dan lembut."
Kugoda dia dengan perlahan, tanganku mengelus-elus dan meremas tangannya. Terasa olehku dia gemetar oleh sentuhanku. Aku merasakan kemaluanku mulai memberontak perlahan di balik celanaku.

"Bi, kalau aku menyayangimu, kamu mau nggak?" tanyaku makin berani sambil mengelus pipinya.
"Ah mas, saya nggak berani, nnanti.. dimarahin oleh orang tua mas.. lagian kan saya udah tua" suaranya sayu agak gemetar sementara tanganku yang lain mulai mengusap pahanya yang gempal dari atas dasternya.
"Orang tuaku jauh di Jakarta jadi kamu jangan takut ya, kamu juga masih kelihatan muda,gimana kalau kamu mau meladeniku lebih dari sekedar yang kamu kerjakan sekarang." Kataku lagi sambil mengusap keningnya terus turun ke arah bibirnya yang seksi itu sementara tanganku yang lain mulai mengusap pahanya terus sampai dekat selangkangannya. Wanita berjilbab ini ternyata diam saja bahkan terdengan nafasnya mulai tidak teratur. Aku sudah dapat menduga bahwa bi Siti mulai menikmati sentuhanku yang juga membuat kakakku dulu dan kekasihku terlena. Dia sendiri mulai menggeser pantatnya mendekatiku.

"Gimana bi, kamu mau kan?" wajahku mendekati wajahnya dan terasa nafasnya yang khas berbau perempuan kampung dan aku sangat terangsang jadinya.
"Terserah ..mas.. ssaya.. ummm.." belum sempat dia selesai bicara kucium bibirnya yang sensual dengan lembut sambil menarik tubuhnya untuk berdiri. Untuk beberapa saat kukulum bibirnya dengan lembut dan reaksinya terdiam sejenak dan dia mulai membalas, tapi dasar pembantu dan dari kampung dia belum bisa membalas ciumanku dengan benar dan nikmat seperti perempuan kota.Kulepaskan ciumanku dan aku memandangnya dan pandangannya sayu seolah-olah tidak percaya apa yang baru terjadi. Aku terus membelai punggungnya dan ternyata dia tidak memakai BH. Tangannya kulingkarkan ke atas leherku dan kukecup lagi bibirnya dan kali ini lidahku mulai bekerja dengan lembut ke dalam mulutnya, dia membalas sehingga kemaluanku bertambah tegang di balik celanaku. Kugeser-geserkan ke perutnya yang terasa rata dan empuk maklum dia belum mempunyai anak.

Dia melepaskan diri sambil berkata berbisik, "masss.. jangan saya malu mas.."
"Jangan malu bi.. nggak pa-pa," jawabku pasti.
Dia pun berlari menuju kamarnya.
Aku menuju kamarnya yang berada di bagian belakang ruang makan. Kuintip kamarnya dan ternyata bi Siti sedang duduk di samping tempat tidur sambil memegangi bibirnya yang baru kukecup tadi, mungkin dia surprise dengan apa yang baru terjadi.

"Sttt.." aku berbisik dan dia menoleh sambil tersenyum. Aku masuk ke kamarnya, kututup pintunya dan langsung kupeluk bi Siti dengan lembut dan kali ini dia membalas dengan sigap, ternyata dia terangsang dengan sikapku tadi dan mungkin dia membayangkan bagaimana kalau itu berlangsung dahulu di kampungnya.

Kami berciuman dan tanganku menjalar ke arah dadanya, ternyata payudaranya yang tidak tertutup BH lumayan besar dan padat serta kenyal. Dia mulai merintih tanda nafsunya bangkit mungkin benar apa yang aku katakan padanya bahwa dia kangen untuk mendapatkan rabaan dari laki-laki. Kuambil tangannya dan kugeser ke arah kemaluanku, dia menurut dan kuremaskan tangannya ke kemaluanku yang masih terbungkus celana, sementara tanganku menjalar di atas dadanya dan kubuka kancing dasternya dan kususupkan tanganku sampai menyentuh buah dadanya dan memainkan putingnya yang lumayan mulai membesar dan keras. Sementara kami berpagut dan suara erangannya makin keras merasakan nikmatnya permainan tanganku di payudara dan putingnya.

Aku tidak tahan lagi, segera kubuka reitsleting celanaku dan kubiarkan tangannya menggenggam batang kemaluanku yang tegang, sementara aku mulai menciumi susunya yang kukeluarkan dari dasternya dari atas sampai ke putingnya yang kuintip berwarna coklat kemerah-merahan. Kujilat lembut putingnya dan kuisap perlahan dan aku semakin bernafsu. Kuakui bahwa aku paling suka mengisap susu perempuan, tidak peduli besar atau kecil apalagi yang montok seperti punya kakakku dan juga yang sekarang ada di hadapanku.

Bi Siti mulai terengah-engah dengan perbuatanku dan tangannya mulai mengocok batang kemaluanku yang makin tegang, sementara mulutku dengan rakus tapi lembut mengisap susunya kekiri dan kekanan, tanganku yang lain turun mengangkat atau menyingkapkan daster panjangnya menuju pangkal pahanya dan kususupkan ke dalam celana dalamnya yang agak mini dan tipis itu.

Dia menggelinjang dan menahan erangannya, "Maaass.. jjangaannn.." bisiknya.
"Nggak pa-pa bi, aku.. aku akan pelan-pelan.." kataku membujuk dan kembali kucium bibirnya lembut terus turun ke arah susunya dan kuhisap putingnya dengan halus. Tangannya kembali kugenggamkan ke batang kemaluanku dan aku berhasil memasuki liang senggamanya yang mulai basah. Kuusap bibir kemaluannya dengan jariku secara lembut dan aku mencapai klitorisnya, terdengar erangannya halus serta nafasnya yang makin tidak teratur.

"Bi.. angkat ya dasternya, tapi jangan dibuka juga jilbabnya?" Dia menggangguk pelan, pasrah dan mulai terangsang. Kuangkat dasternya sampai sebatas leher dan terlihat bodinya yang putih mulus dengan susunya yang lumayan besar serta putingnya yang tegak dan keras berwarna coklat kemerah-merahan. Kubaringkan dia dan aku membuka bajuku lalu aku berbaring di sampingnya, kulihat matanya yang sayu.

"Bi, kamu mau kan membuatku puas malam ini? dan aku akan membuatmu puas juga, OK..?" Dia hanya mengangguk pasrah. Kubuka celanaku sekalian celana dalamku. Batang kemaluanku sudah tegang sekali, tapi aku ingin membuat nafsuku tercapai dengan foreplay bersama bi Siti yang kuyakin belum pernah mengalaminya. Kami berciuman lagi dan sekarang aku mulai menciuminya dari bibir terus ku singkap jilbabnya ke samping kujilati lehernya, turun ke dadanya. Di sana aku bermain-main sejenak sambil menikmati kekenyalan susunya serta erangan halusnya. Kemudian kuciumi perut, pusar sampai di atas liang senggamanya yang agak membusung. Kubuka celana dalamnya dan tampaklah liang senggama miliknya yang dihiasi bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Terdengar erangannya, "mas.. aughh.."

Pelan namun pasti, kujilati bibir kemaluannya dan bau khasnya tercium yang membuatku bertambah nafsu dan terasa bi Siti membuka lebih besar selangkangannya sambil meremas rambutku. Terasa cairan meleleh keluar dari liang senggamanya dan kujilati, terasa agak asin tapi nikmat. Tiba-tiba tangan bi Siti menjambak rambutku dan menekan kepalaku sambil membuka lebar pahanya untuk memberikan keleluasaan wajahku menjilati liang senggamanya disertai erangan kepuasan. Aku tahu dia telah mencapai klimaks orgasme. Kuhisap dan kujilati cairan yang keluar dari liang senggamanya sampai tidak tersisa di situ. Beberapa saat dia menekan kepalaku di antara pahanya yang tegang dan juga putih mulus itu disertai terangkat sedikit pinggulnya. Kemudian terasa mengendur pegangan tangannya di kepalaku. Kuangkat wajahku sambi melihat kepadanya.
"Gimana Ti.. enak,bi Ti?" kataku.
"Ooohh.. maasss, saya belum pernah rasa seperti tadi selama ini," jawabnya sambil tersenyum sayu.

Dia menarikku untuk berbaring di sampingnya sambil memegang batang kemaluanku yang semakin tegang.
"Suami saya kalau minta, cuma sebentar aja.. terus udah gitu dia tidur," jawabnya lagi tanpa malu-malu.
"Aku juga ingin menikmati kamu bi, gimana? Sekarang boleh nggak..?" aku mulai tidak tahan atas remasan tangannya di batang kemaluanku.
Dia tersenyum dan bangun tanpa melepaskan batang kemaluanku dari genggamannya, aku mengikuti gerakannya dan tanpa ragu-ragu batang kemaluanku diciumnya dengan bibirnya yang sensual, mungkin karena tidak pernah mengisap kemaluan laki-laki, Siti hanya bisa menciumi saja. Serta merta aku bilang, "Dikulum bi, terus dikenyot jangan dicium saja..." Dia melakukan apa yang kukatakan dan nikmat sekali rasanya, sambil melihat batang kemaluanku yang berada diantara bibir sensual itu.

Aku tidak tahan lagi, kuremas susunya yang kenyal sambil menarik kakinya dan kami membentuk "posisi 69" dan sepertinya bi Siti pasrah dengan perlakuanku. Sementara batang kemaluanku berada di dalam mulutnya, terasa lidahnya yang sebentar-sebentar dipermainkan (maklum dia tidak punya pengalaman Blow Job). Aku merasa semakin tegang dan nafsu ditambah dengan posisi 69 terlihat liang senggama Siti yang kemerah-merahan dikelilingi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Kujilati bibir serta klitorisnya yang terasa agak mengeras dan beberapa saat kemudian terasa cairan membasahi lidah dan mulutku disertai kedua pahanya menjepit kepalaku, terdengar erangan bi Siti. Dia mengalami orgasme lagi. Kutelan habis-habisan cairan liang senggamanya. Dan pada saat hampir bersamaan aku juga merasa kenikmatan yang luar biasa, dan tanpa bisa dibendung lagi kurasakan batang kemaluanku berdenyut-denyut, spermaku mendesak dan menyemprot keluar di dalam mulut pembantuku itu. Kurasakan dia tidak melepaskan batang kemaluanku dari mulutnya pada saat spermaku keluar. Ah.. luar biasa bi Siti ini. Kugeser badannya dan kami berdua tergeletak lemas di tempat tidur pembantuku, bi Siti sambil berpelukan.

"Terima kasih yaa.. bi, kamu mau melayaniku seperti tadi," aku berkata sambil membelai pipinya.
"Saya juga mas, saya belum pernah seperti tadi, suami saya maunya enak sendiri, habis main terus tidur." balas bi Siti manja.
Terdengar lonceng 12 kali, aku tersadar dan segera bangkit memakai celanaku. Sambil mengecup bibir dan susunya yang montok itu aku berkata, "bi sekali lagi terima kasih, besok kita ketemu lagi." bi Siti tersenyum sayu sambil kembali merapikan daster dan jilbabnya yang acak acakan dan aku keluar menuju kamar mandi.

Keesokan harinya berlalu seperti biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa, hanya aku melihat suatu perubahan sikap dan cara berpakaiannya, selalu memakai daster longgar tanpa BH walau jilbabnya tetap terpasang kalau dia sedang di rumah. Hal ini mempermudah bagiku untuk menyentuh bahkan meremas susunya bila kebetulan aku lewat di dapur atau kalau dia membersihkan kamar tidurku.

Sabtu malam aku tidak kemana mana soalnya kekasihku lagi pulang ke kotanya karena ada acara pernikahan keluarganya, tinggalah aku sendiri di rumah bersama Siti. Saat ini yang memang kutunggu-tunggu.

kira-kira jam 19:00 kulihat makanan sudah siap di meja. Tapi bi Siti tidak terlihat olehku, kucari dia ke kamarnya. Pintu kamarnya tertutup lalu kubuka sedikit dan aku melihat dia sedang terbaring telungkup dan tangan kanannya di dalam celana dalamnya bergerak-gerak. Aku menelan ludah melihat adegan tersebut dan perlahan-lahan aku masuk. Dia belum menyadari bahwa aku sudah di dalam kamarnya.

"Bi Siti manis.." aku berbisik dekat telinganya yang masih tertutup jilbabnya. Gerakannya berhenti dan dia membalikkan badannya sehingga wajahnya persis di depan wajahku.
"Maasss..." jawabnya lirih dan langsung memeluk dan bibir kami berpagutan erat sampai aku terengah-engah dibuatnya.
"Saya kangen, mas.." jawabnya lagi setelah melepaskan ciumannya sambil tersenyum sayu.
"Kangen sama siapa, bi.." tanyaku menggoda dan tanganku mulai menyentuh susunya yang kenyal dan padat itu sambil memuntir putingnya. Dia mengerang halus dan manja. Tanpa banyak bicara aku mulai membuka kancing dasternya dan menciumi susunya yang amat kusuka, terus kukulum putingnya, nikmat sekali! bi Siti juga tidak tinggal diam, reitsleting celanaku dibukanya dan tangannya langsung masuk ke dalam celana dalamku, dia memegang dan meremas batang kemaluanku.

Bi Siti tertawa kecil sambil berkata, "Kok kecil mas..?"
"Ayo kamu harus membuat dia besar dan tegang dong," jawabku.
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, sambil batang kemaluanku masih dipegangnya kubuka baju dan celanaku, kemudian kusingkap juga dasternya. Aku menelan liurku melihat susunya yang montok. Langsung kucium dan kujilat putingnya yang berwarna merangsang dan tambah keras.

"Mas.. saya mau seperti kemarin lagi, enak mas," katanya lagi sambil mengocok batang kemaluanku yang semakin tegang. Kurebahkan dia dan kupeluk sambil mencium bibirnya, terus turun ke susunya, kuisap putingnya yang merah kecoklatan. Siti mengerang halus sambil mengelus kepala dan punggungku tanda nafsunya meningkat. Ciumanku terus turun ke perutnya, pusarnya sampai ke pangkal pahanya. Disitu aku berhenti sejenak sambil mengintip ke arah wajahnya. Siti menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri sehingga jilbabnya tampak kusut. Perlahan-lahan aku turun ke arah kedua pangkal pahanya dan dia membuka kedua pahanya sehingga aku bisa melihat liang senggamanya yang berwarna merah muda disertai bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Aku mulai dengan mencium serta menjilat bibir kemaluannya terus ke arah klitorisnya, dia menggelinjang sambil mengerang nikmat tanda nafsunya memuncak, bi Siti juga memegang kepalaku dan menekannya erat-erat. Sementara tangan kananku ikut mengocok batang kemaluanku agar cukup tegang. Kurasakan liang senggama bi Siti basah dan kujilati dan rasanya, "Hmmm.. nikmat sekali.." dengan rasa serta bau yang khas wanita kampung.

"Maasss.. saya nggak tahan, maaass.." kudengar bisikannya.
Aku naik ke atas tubuhnya dan kuarahkan batang kemaluanku ke bibir kemaluan bi Siti, terus kutempelkan sambil mengelus klitorisnya dengan kepala kemaluanku.
"Pelan-pelan mass.. saya udah lama nggak main," katanya dengan lirih.
"Iya bi, aku akan masukkan pelan-pelan aku juga baru pertama kali.. tahan yaa.." jawabku sambil nafasku mulai memburu.
Kumasukkan batang kemaluanku ke liang senggamanya, terasa sempit. Kudorong pelan-pelan, masuk kepalanya.
"Ooohhh.. pelan-pelan maass.. sakit, tapi terus maaasss..!" desahnya lagi.
Aku merasakan liang senggamanya makin basah dan kudorong terus, rasanya tambah licin, kurasakan liang senggamanya berdenyut-denyut, "Edan betul begini rasanya kemaluan perempuan!!" aku tersadar sejenak dan ingat bahwa dia orang Ciamis dan perempuan-perempuan Ciamis banyak yang terkenal dengan permainan seks-nya yang menggairahkan, mungkin bi Siti juga expert dibidang ini.

Pelan-pelan batang kemaluanku masuk sampai akhirnya terasa kepalanya menyentuh dinding bagian dalam liang senggamanya. Sambil memeluknya dan menciumi susunya serta mengulum putingnya aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur seirama dengan goyangan pantat bi Siti yang gempal dan kenyal itu. Bi Siti mengerang-erang halus.

"Masih sakit bi.. ngga kan?" aku bertanya sambil mencoba mempertahankan nafasku yang mulai menderu-deru tanda bahwa nafsuku mulai mendekati puncaknya. Dia menggelengkan kepalanya sehingga jilbabnya semakin kusut. "Mmmff.. ooohhh.. aahhh.. enaaak maass.." sambil terus mengerang-erang kenikmatan. Kurasakan lagi liang senggamanya memijit batang kemaluanku setiap kutarik pantatku seolah-olah bi Siti tidak mau batang kemaluanku keluar sedikitpun dari lubang kenikmatannya. Aku merasa tidak tahan lagi mungkin karena aku begitu bernafsu dan untuk pertama kalinya kemaluanku masuk lubang kemaluan wanita, karena selama ini aku hanya menempelkan kemaluanku ke kemaluan pacarku, terasa liang senggamanya makin basah dan cengkramannya pada leher serta kepalaku makin kuat.

Tiba-tiba dia berteriak kecil dan menggigit pundakku pelan tapi membuatku kaget disertai dengan kedua kakinya yang melingkari pinggangku, kedua pahanya menjepit dengan keras. "Ooohhh.. mmmff.. aaahh.. maaasss.. mmm.." tidak ada yang dapat dia katakan saat itu, dan aku tahu pasti dia mencapai orgasme yang hebat. Aku terus menggoyangkan pantatku dan mempercepat karena aku merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa, batang kemaluanku di dalam liang senggamanya berdenyut-denyut, tak tahan lagi aku. "biii.. aaakuuu keellauuuar.. biii.." Kurasakan desakan hebat dan nikmat betul di batang kemaluanku dan dengan dorongan pantatku ke dalam membenamkan batang kemaluanku di liang senggamanya, kusemprotkan spermaku kira-kira mungkin 5-6 kali. Kupeluk bi Siti dan kucium bibirnya dan kami berdua berpagutan sampai klimaks orgasme kami selesai. Mungkin lebih kurang 5 menit kami berpagutan seolah-olah tidak akan terlepaskan.

Akhirnya kulepaskan pagutan serta pelukanku sambil memandang bi Siti yang terlihat puas dengan apa yang terjadi. Batang kemaluanku masih terbenam dalam di liang senggamanya yang terasa banjir oleh sperma kami berdua.
"Gimana bi..?, enak.. Kamu puas kan..?" tanyaku lembut.
Dia tersenyum mengangguk sambil memegang pipiku, "Iya mas, selama kawin saya nggak pernah merasa enak seperti tadi, maasss.. ooohh?" jawabnya sambil bermain dengan bibirku di tangannya.
"Saya nggak pernah digituin kemaluannya pake lidah seperti yang mas Randi tadi lakukan.." jawabnya dengan bahasa yang kumengerti bahwa dia tidak cukup mengecap sekolah lanjutan.
"Apa itunya yang digituin sama lidah saya..?" kujawab lagi mengikuti sambil tersenyum.
"Iiih mas.. jangan banyol aahh.." katanya lagi.
"bi.. aku mau lagi bii, kamu masih mau nggak..?" tanyaku sambil mempermainkan puting susunya yang membuatku terangsang lagi dan kurasakan batang kemaluanku berdenyut-denyut lagi mulai tegang di dalam liang senggamanya.
Biti mengangguk sambil tersenyum, terlihat deretan giginya yang putih bersih dan dia berkata, "Mau aja mas, tapi saya mau juga gituin punya mas Randi.. boleh kan?"
"Punya saya mau digituin..? digituin bagaimana..?" tanyaku menggoda.
"Iiiih mas, banyolan teruus.. .diisep, dijilatin seperti punya saya dijilatin, diisep sama mas rendi.. enak sih." jawabnya lagi sambil tertawa kecil manja.
Aku menggangguk, "Boleh, nanti aku ajarin caranya, jangan seperti kemarin.. aku kurang puas yaa.."

Aku bangun berusaha melepaskan batang kemaluanku tapi bi Siti menahanku sambil tersenyum seolah-olah dia masih ingin menikmati batang kemaluanku di dalam liang senggamanya yang agak sempit tapi nikmat. Tidak terasa aku melihat jam tanganku sudah jam 20:00, jadi dari awal sampai selesai 1 jam lamanya, lama juga ya.

Akhirnya dia melepaskanku dan berdua kami menuju kamar mandi tanpa khawatir dilihat orang atau tetangga karena di rumah hanya kami berdua dan hari sudah malam. Di kamar mandi dia menyiram dan membersihkan badanku terutama batang kemaluanku. Kusentuh liang senggamanya sambil kusiramkan air dan dia mengangkat dasternya agar tidak basah. Nafsuku bangkit kembali dan kubelai klitorisnya sambil mencium bibirnya yang sexy itu dan dia memelukku sambil mendesah-desah kecil tanda nafsunya pun mulai bangkit. Dengan lembut kami berciuman lagi sambil berjalan menuju kamarku.

Kududukan dia di tempat tidur lalu kuambil tangannya dan kugenggamkan pada batang kemaluanku. Dia melihat ke arahku sambil menciumi batang kemaluanku perlahan-lahan. "bi.. kamu jilat di sekeliling kepalanya, baru diisep, terus kulum sampai dalam yaa.." kataku sambil membelai pipinya yang lumayan halus. Bi Siti melakukannya apa yang kukatakan dan aku merasakan nikmat batang kemaluanku dikulum dengan lembut, "Gila ini pembantu.. udah mulai mengerti permainan blow job!!"

Sambil batang kemaluanku masih dikulumnya, kurebahkan dia dan aku berbalik dengan posisi dia di atasku dan kutarik pahanya sehingga liang senggamanya tepat di atas wajahku. Benda nikmat itu kubelai, kucium labia pinggirnya dan akhirnya Klitorisnya kukulum dan kugigit-gigit kecil dengan lembut, lidahku masuk ke dalam liang nikmat yang langsung basah akibat permainan lidahku. Bi Siti menggelinjang saat lidahku masuk ke dalam liang nikmatnya itu sambil mendesis karena batang kemaluanku yang makin tegang dan keras masih berada di dalam mulutnya.

Beberapa saat kami melakukan foreplay sampai akhirnya kedengaran dia mengerang-erang, "Maaasss.. ayo dooong, saya pengen dimasukin lagiii, mass..." katanya. Kubalikkan badannya sehingga dia berada di atasku yang terlentang kusingkap dasternya sebatas leher dan kupegang batang kemaluanku yang sudah siap tempur itu sambil mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah basah. "Kamu belum pernah kan dengan cara seperti ini?" tanyaku. Dia hanya menggelengkan kepala sambil membenarkan posisi kakinya diantara pinggangku. Kemudian dengan tangan kiriku kutekankan pinggulnya yang padat sehingga batang kemaluanku masuk dengan mulus ke dalam liang senggamanya dan dia langsung menutup mata sambil menjatuhkan badannya ke arahku.

"Aaaww maassk.. eenaaak.." Dia menciumku dengan ganas kali ini dan mulai menggerakkan pantatnya naik turun. Bi Siti melepaskan ciumannya dan bertopang tangan di dadaku sambil tetap meggoyangkan pantatnya naik turun. Tanganku juga tidak tinggal diam, memegang kedua susunya yang putih montok sambil memutar-mutar putingnya yang merak kecoklatan, bi Siti mulai menjerit kecil tanda dia mulai hampir orgasme. Terasa olehku liang senggamanya makin basah dan berdenyut memijiti batang kemaluanku, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan dan akhirnya dia menjatuhkan dirinya lagi ke arahku sambil memeluk dan menjerit kecil serta menggigit bahuku tapi kutahan kepalanya agar jangan terlalu keras menggigit bahuku agar tidak berbekas, nanti bisa jadi pertanyaan pacarku kalau kelihatan merah.

Beberapa saat dia mengejang merasakan kenikmatan orgasme. Kembali kubalikkan badan kami berdua supaya batang kemaluanku tidak lepas dari liang senggamanya. Sekarang posisiku di atas, entah kenapa aku amat menyenangi posisi konvensional ini dari pada macam-macam style seperti doggy, samping, belakang dlsb.

"Gimana rasanya bi..?" Aku bertanya sambil kukecup bibirnya.
"Enak sekali mas, Siti belum pernah kaya gitu.. mas Randi belum keluar yaa?" aku hanya menggelengkan kepala. Dia membalas kecupanku dan menggoyangkan pantatnya, aku langsung memberi respon dengan mulai menggoyangkan pantatku naik turun dan sekali-sekali kuputarkan seperti di BF yang kupernah tonton. Bi Siti mengerang lirih, kedua kakinya dilingkarkan dan menjepit ke pinggangku dan aku pun mulai merasa kenikmatan batang kemaluanku yang mulai berdenyut, kukecup bibirnya, turun ke susunya, kuhisap putingnya dengan nafsu yang tinggi, dia menjerit kecil waktu putingnya kugigit dengan gemas.

Beberapa saat pahanya menjepit pinggulku dengan keras dan menarik mulutku dari putingnya dengan agak kasar dan menciumku dengan ganas. "Maaasss.. saayaaa.. nggggggg.. enaaakk.. keluaaarr laagiii.. maass!" jeritnya perlahan. "Aku juga bii.. oohhh.." kupeluk dia dengan erat sambil merasakan denyut di kepala kemaluanku yang sudah tidak tahan, akhirnya kusemburkan spermaku ke dalam liang senggama bi Siti. Kami berdua tergeletak lemas di atas tempat tidurku yang sudah tidak karuan lagi bentuk sepreinya. Malam itu kami lalui berdua, sampai subuh kusetubuhi bi Siti sampai 4 kali keluar spermaku, entah berapa kali dia keluar.

Istri Boss

Cerita yang akan aku tuliskan ini adalah pengalaman nyata beberapa tahun yang lalu, dan ini merupakan pengalaman yang paling indah dan sulit dilupakan. Usiaku saat itu sekitar 30 tahun sudah beristeri dan mempunyai dua anak, Aku pada dasarnya tergolong manusia baik-baik yang hampir tidak pernah berbuat macam-macam termasuk dalam urusan seks atau selingkuh.

Suatu saat perusahaan tempatku bekerja mengadakan rapat kerja di puncak untuk beberapa hari. Pada saat registrasi di Hotel kulihat Boss besar datang check in bersama isterinya, kita semua gak heran kalau si Boss selalu di kawal isterinya karena si boss sudah sering ketahuan selingkuh, jadi sudah tidak dipercaya lagi sama isterinya.

Di hari ketiga si boss rupanya sudah gak tahan, dia beserta gang nya sudah merencanakan mau kongkow kongkow dihotel lain masih di daerah puncak, kebetulah waktu rehat makan siang mejaku sebelahan dengan meja nya. Aku bisa mendengar pembicaraan mereka, tapi kelihatannya si boss masih bingung bagaimana caranya melepaskan diri dari kawalan isterinya, sampai akhirnya dia mendapat ide. ”Nanti malam aku mau pura pura tidur sambil kasih obat tidur untuk isteriku, setelah aman baru kita berangkat”, kata si bosss kpeda gang nya,

Malam harinya sekitar jam 9 aku turun ke lobby duduk duduk sambil baca koran, kulihat gangnya si boss lagi ngobrol juga di loby mungkin mereka sedang nunggu. Tak lama kemudian si boss datang sambil ketawa lebar dan selanjutnya mereka pergi...

Setelah semua koran kubaca aku balik lagi ke kamar mau nonton TV, tapi entah kenapa aku tidak bisa konsentarasi nonton, libido ku tiba tiba naik, mungkin karena sudah tiga hari meninggalkan rumah dan dinginya udara puncak.....

Entah kenapa tiba tiba saja terbayang isteri boss ku tergolek tidur tak berdaya karena di beri obat tidur sama suaminya, tambah ku bayangkan lagi wajahnya yang cantik ke ibuan, kulit putih bersih dibalut jibab di usia sekitar lima puluhan...

Dan entah dari mana timbul keinginan yang sangat untuk menyetubuhi isteri bossku, tiba tiba saja datang keberanian ku, aku keluar kamar langsung akau menuju kamar bosku, pura pura kuketuk pintunya sambil mangil nama bossku, tapi tidak ada jawaban, rupanya isteri bossku sudah tertidur pulas.

Kucoba buka pintu kamarnya hmmm... rupanya terkunci, mungkin di kunci dari luar... sial... batinku. Tapi tunggu dulu !!... siapa tahu kunci gak dibawa, biasanya di titipkan di resepsionis.

Lalu aku beranikan diri ke meja resepsionis, ”Maaf mbak saya disuruh pinjam kunci kamar pak Boss, mau nganterin Hp nya ketinggalan” ujarku kepada resepsionis sambil berdebar debar

”Ini pak kuncinya” kata resepsionis sambil menyerahkan kunci. Plong rasanya ..... kebetulan perusahaan kita sudah langganan sama hotel itu so dia gak curiga.
Aku bergegas ke kamar si boss, terus ku buka kuncinya dan tak lama aku serahkan lagi kuncinya ke resepsionis...

Tak lama kemudian aku pun kembali ke kamar si boss.Jantungku berdegup kencang, lantas aku membuka pintu dengan tergesa-gesa.Aku nyaris terlonjak dengan jantung
berdegup kian kencang ketika mataku menatap ke dalam kamar .Mataku terbelalak melihat Ibu ternyata telah tergeletak pulas di atas ranjang. “He he he he..ternyata obat tidur itu bekerja baik”kataku sambil mendekati tubuh ibu yang tergeletak pulas.

Aku tersenyum penuh nafsu, memandang wanita berjilbab isteri boss ku yang terlihat pulas terlentang di atas ranjang. Dengan jantung berdegup kian kencang aku menghampiri Ibu, lantas berlutut di sampingnya.Mataku lekat menatap wajah Ibu yang mirip artis Widyawati ini.Wajah cantik berbalut jilbab putih lebar itu kian terlihat cantik saat pulas tertidur membuatku kian bernafsu.Kemudian mataku menatap dadanya yang naik turun dengan teratur seiring nafasnya.Sepasang buah dada montok yang tertutup jilbab putih lebar itu membuatku menelan ludah,sehingga sesaat kemudian tanganku terulur menjamahnya.Aku merasa bermimpi ketikatanganku dengan sedikit gemetar meraba-raba bukit montok di dada Ibu yg masih tertutup jilbab lebar itu.

“Ohh..montoknya”desisku dengan nafas mulai tersengal,lantas sedetik kemudian tanganku mulai meremas buah dada ibu yang masih tertutup jilbab putih yang lebar itu.Aku nyaris tak percaya kalau siang ini aku dapat meremas dada montok wanita berjilbab isteri bossku terlihat alim itu “Ohh..Ibu…….!!”desahku ketika kemudian tanganku meremas remas sepasang payudara kenyal di dada ibu cantik setengah baya ini.Semakin lama tanganku kian liar meremas buah dada Ibu membuat jilbab putih yang dikenakannya kusut tak karuan.Tanganku kemudian menyingkapkan jilbab putih yang menutupi dada montok itu ke atas. Aku tersenyum ketika aku melihat tiga kancing pada bagian atas jubah yang dipakai ibu ini.Tanganku terasa gemetar ketika jemariku meraih tiga buah kancing yang rapat itu,lantas mulai membukanya satu persatu. Perlahan-lahan kulit mulus di dada Ibu yang putih mulai terlihat merangsang birahiku. Jakunku naik turun dengan dada yang berdegup kian kencang.
Birahiku kian liar bergolak,ketika tanganku semakin lebar menyingkap bagian atas jubah Ibu yang terbuka itu. Belahan payudara Ibu yang montok itu membuatku kemaluanku kian mengeras dan mataku seakan tak berkedip melihat keindahan di dada wanita berjilbab ini. Mataku pun mulai melihat,BH warna krem yang membungkus sepasang payudara Ibu, saat aku menyingkapkan semakin lebar bagian dada jubah yang dipakai wanita berjilbab ini. Kemudian jubah yang dipakai Ibu aku tarik ke bawah sehingga bagian atasnya tertarik kebawah melewati pundaknya, maka tersembulah sepasang buah dada Ibu yang montok dan mulus menggiurkan.Buah dada Ibu itu masih ketat terbungkus Bh wrana krem yang dikenakan wanita berjilbab ini. “Ooohh.. Ibu…montoknya”desisku sambil menahan birahi yang kian menggelegak.Mataku liar melihat gundukan buah dada Ibu yang masih tertutup BH warna krem.Kemudian dengan nafsu yang kian menggelegak,tanganku menarik cup BH itu ke atas yang membuat buah dada ibu setengah baya ini tak tertutup lagi.

“Glek..ohh..Ibu….”desahku menahan birahi melihat payudara Ibu yang kini telanjang didepanku.Payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini begitu indah bentuknya.Walaupun Ibu telah berumur namun sepasang buah dadanya masih terlihat kencang. Kulit Ibu yang putih mulus dan puting susu kecoklatan yang terlihat mulai tegak membuat buah dada wanita berjilbab ini kian menggiurkan nafsuku.

Dengan gemetar tanganku mencoba menjamah buah dada ibu setengah baya berjilbab ini.Aku seakan tak percaya mampu menjamah payudara seorang wanita alim seperti Ibu, yang sehari-hari kulihat selalu menutup rapat sekujur tubuhnya dengan jilbab yang lebar dan jubah panjang yang longgar.Namun ketika tanganku merasakan kehangatan dan kekenyalan payudara Ibu yang montok,tubuhku mengigil menahan birahi kian menggelegak.Kemudian dengan penuh nafsu tanganku mulai meremas-remas payudara montok yang telanjang itu.Sepasang payudara yang selama ini tersembunyi di balik jubah dan jilbab lebar yang selalu dikenakan Ibu kali ini ada dalam remasanku yang kian liar, “Mmm..Ibuuu…mmmm…”desisku sembari mempermainkan puting susu kecoklatan di dada Ibu dengan jari-jariku.Aku merasakan puting susu ibu yang aku pelintir ini kian terasa tegak dan mengerasi.Nafasku memburu jalang, tubuhku menggigil menahan birahi menggelegak ketika tanganku bermain di dada telanjang wanita berjilbab ini.Beberapa lama aku meremas-remas buah dada Ibu yang telanjang itu dengan tanganku, sebelum aku mulai menjilati payudara wanita berjilbab itu dengan lidahku dan menciuminya penuh nafsu.

Aku merasakan sepasang buah dada Ibu yang telanjang itu kian kencang mengeras ketika aku menciuminya dan menjilatinya, bahkan ketika aku mengulum puting susu yang kecoklatan itu aku sempat terkejut oleh rintihan dari mulut Ibu. Aku menatap wajah Ibu yang masih terbalut jilbab putihnya itu,namun aku lihat wajahnya masih lelap dalm tidurnya hanya bibirnya memang mulai mendesah dan mengerang.

“ohhh..Ibu mulai terangsang…”desisku melihat keadaan wanita berjilbab ini. Desahan yang keluar dari bibir Ibu membuatku nafsu birahiku kian liar.Mulutku kian liar menciumi dan menjilati payudara telanjang didada wanita berjilbab ini.Puting susu yang kecoklatan itu aku kulum dan aku hisap dengan bibir dan mulutku,membuat desahan Ibu kian sering terdengar.Birahiku semakin terasa menggelegak jalang mendengar rintihan dan desahan wanita berjilbab ini.Sempat terbayang beberapa hari lalu,Ibu terlihat begitu anggun dengan jubah dan jilbab lebarnya.Waktu itu aku hanya menelan ludah melihat tonjolan montok di dada yang tertutup jilbab lebar itu.Namun saat ini, payudara wanita berjilbab itu dapat aku nikmati sepuas birahiku.

Cukup lama aku memuaskan nafsuku pada kedua payudara montok Ibu yang telanjang tanpa penutup itu.Aku melihat Ibu semakin jalang mendesah dan merintih dalam tidurnya tiap kali aku menghisap dan menjilati dan menciumi kedua buah dadanya yang montok mengiurkan itu.Gila..baru pertama kali ini aku melihat seorang wanita berjilbab merintih begitu jalang dan liar,oleh birahi yang mencengkeramnya. Setelah aku puas dengan payudara Ibu, mataku beralih menatap bagian bawah tubuh ibu berjilbab ini.Aku melihat walapun beberapa kali, Ibu menggeliat dan mengejang menahan rangsangan birahi dariku,namun ujung jubah yang dikenakan Ibu tidak sampai tersingkap. Bagian bawah Ibu masih rapi tertutup oleh jubah panjang yang dipakainya sehingga hanya terlihat kakinya yang terbungkus kaus kaki warna krem.Sesaat terbayang dalam benakku, rasa penasaranku selama ini yang membuatku ingin menyingkap jubah yang dipakai Ibu. Perlahan kemudian aku mendekati kaki Ibu yang masih tertutup jubah yang dipakainya.Dengan sedikit gemetar,tanganku terulur menyingkap jubah biru kembang yang dipakai Ibu dengan.Jantungku berdegup kencang ketika jubah itu mulai aku singkap ke atas,mataku mulai melihat sepasang betis Ibu yang indah bentuknya.Sepasang betis yang indah ini masih terbungkus kaus kaki warna krem yang agak tipis. Tanganku semakin gemetar ketika ujung jubah biru itu aku singkap semakin ke atas menyusuri kaki Ibu.Mataku kian membesar melihat ujung jubah yang tengah aku tarik ke atas itu mulai melewati lutut wanita berjilbab ini.Aku baru tahu,ternyata kaos kaki katun yang dipakai Ibu cukup panjang, hampir seluruh betisnya tertutup oleh kaus kaki krem yang dipakainya.Nafasku kian mendengus kasar menahan nafsu birahiku saat ujung jubah itu aku singkap ke atas melewati kedua lututnya,dan mataku nyaris tak berkedip melihat keindahan yang terpampang dibalik jubah yang aku singkap semakin ke atas.

Akhirnya ujung jubah biru yang semula rapat menutup tubuh ibu ini tersingkap hingga ke pinggangnya. Sepasang kaki wanita berjilbab itu kini tidak lagi tertutup jubah panjang itu. “Ohh..Ibu..”desisku dengan mata nyaris tak berkedip melihat pemandangan di depanku.Sepasang paha putih Ibu yang telanjang itu tampak mulus menggiurkan.Paha putih mulus itu masih terlihat kencang dan bulat padat.Tetapi yang membuat tubuhku menggigil hebat menahan birahi,ketika mataku menatap pangkal paha Ibu yang telanjang.mataku melotot melihat kemontokan bukit kemaluan wanita berjilbab yang masih tertutup celana dalam itu.Celana dalam biru yang dipakai Ibu termasuk tipis untuk menyembunyikan gundukan kemaluan ibu ini sehingga mataku secara samar, mampu melihat bayangan bulu-bulu kemaluan dan belahan bibir kemaluan ibu berjilbab ini.Tubuhku gemetar melihat keindahan yang luar biasa ini dan batang kemaluanku terasa kian keras. “Ohh..Ibuuuu .Ohhh”desisku gemetar dengan mulut ternganga melihat keindahan di depan mataku.Terbayang kembali beberapa hari lalu,aku selalu melihat Ibu adalah seorang wanita berjilbab lebar dan berjubah panjang membuatnya terlihat begitu alim. Tadi siang sebelum pulas terpengaruh oleh obat tidur suaminya, Ibu masih gugup dan terlihat malu ketika ujung jubahnya tersingkap yang hanya memperlihatkan separuh betisnya.Namun saat ini hampir tak kupercaya kalau aku telah melihat keindahan yang selama ini tersembunyi di balik jilbab lebar dan jubah panjang Ibu itu. Aku menelan ludah berkali-kali dengan birahi kian menggelegak melihat pemandangan di depanku.Seorang perempuan berparas cantik dengan jilbabnya yang lebar serta jubah biru bermotif bunga tergolek dengan sepasang buah dada yang menyembul telanjang dan bagian bawah jubahnya tersingkap hingga ke perut memperlihatkan kemulusan sepasang pahanya dan celana dalam yang dikenakannya. Tubuhku menggigil penuh birahi yang menggelegak melihat keindahan yang langka ini.
Ibu masih terlihat pulas dalam pengaruh obat tidur yang diberikan suaminya untuknya.Kedua mata di wajah cantiknya yang terbalut jilbab lebar putih masih tertutup dengan rapat, walaupun wanita berjilbab ini sempat merintih dan mengerang saat kurangsang sepasang payudara di dadanya.Berulang kali aku menelan ludah sementara penisku sudah mengeras oleh desakan birahi melihat keadaan Ibu saat ini.Ibu setengah baya isteri boss ku yang selama ini tak pernah kulihat kecuali wajah cantiknya dan telapak tangannya, saat ini kulihat setengah telanjang tergeletak di depanku.Jilbab putih lebar yang beberapa menit lalu masih rapi nmenyembunyikan kemontokan dadanya,saat ini tersingkap ke atas dengan jubah yang terbuka pada bagian dadanya dan BH yang tersingkap,sehingga sepasang buah dada wanita berjilbab beranak dua yang selama ini tersembunyi, terpampang menggiurkan tanpa penutup,.

Dengan birahi yang menggelegak,aku bergeser mendekati kaki Ibu yang terbuka itu.Aku melihat sepasang betis yang indah itu masih terbungkus kaus kaki warna krem yang cukup panjang hampir menutupi betisnya.Dengan sedikit gemetar,aku mengulurkan tanganku melepas sepasang kaus kaki warna krem itu dari kaki Ibu.Aku kembali menelan ludah melihat kemulusan betis Ibu yang kini telanjang di depanku.Aku sempat tersenyum teringat beberapa waktu lalu,ketika Ibu gugup terlihat separuh betisnya olehku karena jubah yang dipakainya tersingkap.Namun setelah wanita berjilbab ini pulas dalam pengaruh obat tidur,aku bukan hanya mampu melihat betisnya namun juga menjamahnya bahkan lebih. Telapak kaki Ibu terlihat putih kemerahan,ketika tanganku meraihnya terasa halus di tanganku.Beberapa saat aku mengelusnya sebelum kemudian bibirku mulai menciumi telapak kaki yang bersih dan halus itu.Nafasku memburu kian cepat ketika dengan bernafsu aku menciumi dan menjilati telapak kaki wanita ini.Telapak kaki wanita berjilbab yang telanjang itupun terlihat berkilat oleh bekas jilatanku yang liar. Kemudian dengan penuh birahi,bibirku menyusuri kaki Ibu semakin ke atas.Aku menciumi dan menjilati sepasang betis wanita berjilbab ini yang tak pernah kulihat sebelumnya karena selalu tertutup oleh pakaian panjangnya.Betis putih mulus yang indah dan ditumbuhi rambut-rambut halus itu terasa hangat di bibirku dan lidahku yang menjilatinya.Libidoku kian menggelegak saat bibir dan lidahku menciumi serta menjilati betis indah Ibu yang tak pernah kulihat sebelumnya ini.Nafasku terengah-engah oleh desakan birahiku yang kian liar.

Saat bibir dan lidahku menciumi dan menjilati kemulusan betis Ibu,tanganku menyusuri kaki wanita berjilbab ini kian ke atas.Tanganku mengelus-elus paha mulus Ibu yang telanjang dan bulat padat ini.Begitu halus, lembut dan hangat kulit Ibu aku rasakan.Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tanganku. Kemaluanku menjadi kian menegang keras dan membuat celanaku terasa sesak dan ketat. Jantungku makin berdegup kencang ketika aku meneruskan belaian tanganku makin jauh ke arah pangkal kaki wanita berjilbab yang mulus. Kulit tanganku merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tanganku makin jauh menggerayangi pangkal kaki Ibu yang bak belalang itu. Gerakan tanganku terhenti ketika tanganku mulai menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat, namun terasa masih terbungkus kain celana dalam. Beberapa saat aku meraba-raba gundukan daging lunak hangat itu mengelus-elusnya,yang ternyata kembali membuat Ibu merintih danmengerang oleh rabaanku pada gundukan di selangkangannya.Bahkan semakin lama aku semakin gemas, sehingga kemaluan montok wanita berjilbab yang masih terbungkus celana dalam itu bukan hanya aku elus-elus, namun tanganku lantas meremas-remasnya penuh nafsu.

Aku sempat melirik wajah Ibu yang masih terbalut jilbabnya,ketika wanita cantik ini merintih bahkan tubuhnyamenggeliat. Aku hanya menyeringai ketika aku melihat wanita berjilbab ini tidak menunjukkan tanda-tanda sadar dari pengaruh obat tidur.Akupun kembali menciumi dan menjilati kaki telanjang ibu berjilbab yang tak pernah kulihat mulusnya saat sebelumnya.Tanganku masih meremas-remas kemaluan montok di selangkangan Ibu ketika aku menciumi dan menjilati sepasang paha mulusnya.Sepasang paha putih ibu muda berjilbab yang mulus itu terasa hangat di bibir dan lidahku membuatku semakin terangsang oleh birahi.Paha yang bulat indah dan ditumbuhi bulu-bulu halus itupun terlihat mengkilat oleh jilatan lidahku dan ciuman bibirku.Aku melihat Ibu masih merintih-rintih dan tubuhnya menggeliat-geliat,bahkan kian lama rintihan wanita berjilbab itu kian terdengar jalang membuatku kian bernafsu.Akhirnya ciuman dan jilatanku terhenti ketika bibirku telah merasakan lembab dan hangatnya pangkal paha Ibu. Aku menghentikan remasanku pada gundukan kemaluan Ibu yang masih tertutup celana dalam biru.Celana dalam yang dipakai ibu muda ini terlihat kusut karena remasan jari-jariku yang liar dan bernafsu.Dengan birahi yang menggelagak tanganku kini menarik celana dalam krem yang menutupi bagian tubuh Ibu yang paling pribadi ini.Mataku seakan tak berkedip,ketika celana dalam yang dipakai Ibu aku tarik ke bawah.Bermula dari tersembulnya rambut kemaluan yang cukup lebat dan hitam itu,aku terus menarik turun celana dalam itu. Dan aku seakan terpakau ketika aku menraik celana dalam itu kian ke bawah,belahan kemaluan ibu yang kemerahan itu pun tersembul begitu menggiurkan. Akhirnya sesaat kemudian bagian tubuh wanita berjilbab yang paling tersembunyi inipun terpampang tanpa penutup di depanku.Tubuhku mengigil oleh birahi melihat kemaluan telanjang Ibu di depanku ini.Terbayang kembali di benakku ,akan sebuah hasrat yang menjadi angan-anganku selama ini untuk menyingkap jubah Ibu dan melihat keindahan di baliknya.Aku tak mengira bahwa keinginanku akan terwujud malam ini tanpa kesulitan sedikitpun.

Mataku lekat menatap kemaluan Ibu yang ditumbuhi rambut cukup lebat namun terlihat rapi.Dengan libido semakin menggelagak,aku membuka kedua paha wanita berjilbab ini lantas aku membenamkan kepalaku diantara kedua paha putih mulus itu.Bibirku segera menciumi kemaluan wanita berjilbab yang ditumbuhi rambut cukup lebat itu.Nafasku terengah-engah diantara kedua paha mulus Ibu.Bibirku dengan bernafsu menciumi permukaan kemaluan ibu ini dengan liar.Ibu makin jalang merintih dan mengerang,tubuhnya menggeliat menahan rangsangan birahi di bagian tubuhnya yang paling rahasia itu.Lidahkupun bergantian menjilati permukaan kemaluan wanita berjilbab ini sehingga rambut kemaluan Ibu terlihat basah.

Sambil membelai-belai dan menjilati rambut yang mengitari kemaluan Ibu, aku menghirup-hirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan wanita berjilbab ini,lantas aku pun meneruskan dengan jilatan ke seluruh sudut selangkangan Ibu. Sehingga kini kemaluan wanita berjilbab di depanku basah oleh air liurku.Tangankupun membuka bibir kemaluan Ibu lantas aku julurkan lidahku ke arah klitoris dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahku. Ibu yang masih belum tersadar dari pengaruh obat tidur makin jalang merintih dan tubuhnya makin kerapmenggelinjang, ketika bagian kewanitaan yang paling sensitif ini aku jilati. Aku merasakan ada pijitan-pijitan lembut dari lubang vagina Ibu yang membuat lidahku seperti dijepit-jepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket yang terasa asin di lidahku. Ibu kini makin keras mengerang dan terengah-engah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluannya aku ciumi dan aku jilati. Pinggulnya mulai menggelinjang dan kakinya ikut menggeliat.

Melihat tingkah Ibu yang begitu merangsang menggairahkan,aku tak mampu menahan gelegak birahiku.Aku segera menurunkan celana training beserta celana dalamku,sehingga mencuatlah batang penisku yang besar dan panjang serta tegak mengeras kemerahan.Perlahan-lahan kedua kaki Ibu kutarik melebar,sehingga kedua pahanya terpentang. Kedua lututku melebar di samping pinggul wanita berjilbab ini lantas tangan kananku menekan pada karpet, tepat disamping tangan Ibu , sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanitaberjilbab ini.Tangan kiriku memegang batang penisku.Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan Ibu yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan wanitaberjilbab iateri boss ku ini. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Ibu dan badannya agak mengeliat, tapi matanya masih tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan ibu berjilbab yang cantik ini.

Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan Ibu . Dari mulut wanita berjilbab ini tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah,agaknya Ibu mulai sadar. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Ibu sadar, aku sudah harus memasukkan penisku ke dalam kemaluan ibu ini.

Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan wanita berjilbab ini. Kelihatan sejenak kedua paha Ibu bergerak melebar, seakan-akan tak mampu menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Badannya tiba-tiba mulai bergetar menggeliat dan lantas kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan dia siap untuk berteriak. Dengan cepat aku memagut bibir Ibu untuk mendekap mulutnya agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi,akibatnya seluruh berat pinggulku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Ibu dengan cepat.

Badan Ibu tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan,sedangkan kedua tangannya terlihat refleks mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan bibirku yang melumat mulutnya.

“Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat dan meronta-ronta, kelihatan Ibu sangat kaget luar biasa melihatku tengah menindihnya.Meskipun Ibu meronta-ronta hebat, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan wanita berjilbab ini dengan kedua kakinya yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina Ibu terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina ibu ini.

Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan. Cukup lama wanita berjilbab ini meronta-ronta hebat sebelum akhirnya rontaan Ibu ini mulai melemah .Nafasnya memburu dengan mata yang menyorot tajam ke arahku penuh kemarahan dan kebencian.Wajah yang masih terbalut jilbab putih lebarnya itu kini merah padam,namun kemudian mata yang menyorot tajam itu terpejam,bahkan air matapun mengalir deras dari kedua matanya membasahi jilbab putih yang masih membalut wajahnya.Aku tidak memperdulikan semua itu bahkan aku justru mulai menggerakan penisku yang terjepit dalam kemaluan Ibu.

Aku terus menggerak-gerakkan penisnya naik-turun perlahan di dalam liang kemaluan ibu yang hangat itu. Liang itu berdenyut-denyut, seperti mau melumat kemaluanku. Rasanya nikmat luar biasa.Sembari terus menggerakan penisku naik turun,tanganku kembali menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu.Tanganku meremas perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian puting susu yang sudah mencuat ke atas. Beberapa menit kemudian aku melihat kian lama air mata dari mata Ibu yang terpejam mulai menyusut bahkan kembali aku merasakan,wanita berjilbab ini mulai kembali terengah seperti sebelum tersadar dari pengaruh obat tidur.

Dengan dada berdebaran melihat perubahan pada Ibu ,aku melepaskan lumatan bibirku pada mulutnya dan aku nyaris terpekik,ketika aku melepaskan bibirku dari mulut Ibu.Ternyata mulut Ibu tengah merintih dan mengerang,membuatku kian liar menggerakan penisku naik turun pada kemaluan ibu ini.Seakan aku baru menyadari kalau wanita cukup lama ditinggal selingkuh suaminya,sehingga walapun mungkin hatinya menolak perlakuanku,namun tubuhnya tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang didapatnya.Bahkan semakin lama aku merasakan pinggul Ibu ikut bergoyang mengikuti gerakan penisku yang naik turun dalam jepitan kemaluannya.Semakin lama rintihan Ibu kian jalang dan tubuhnyapun menggelinjang merasakan nikmat yang lama tak didapatinya walaupun matanya masih terpejam.Dan akupun merasakan semakin nikmat luar biasa yang memelintir penisku dalam vagina ibu berjilbab ini.

Cukup lama tubuhku naik turun menyetubuhi ibu berjilbab isteri boss ku ini.Nafasku terengah disertai desahan kenikmatan di atas tubuh Ibu yang juga merintih dan menggelinjang dengan jalang.Semakin lama aku semakin merasakan nikmat pada penisku sehingga beberapa menit kemudian aku merasakan hendak sampai ke puncak kenikmatanku.Dengan sepenuh tenaga aku menekan pinggulku kuat-kuat sehingga ujung penisku menyentuh dasar kemaluan Ibu lalu dengan geram yang cukup keras aku menuntaskan kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat penisku memuntahkan cairan hangat cukup banyak dalam liang kemaluan Ibu.

Aku menggeram penuh kenikmatan
“Ahhhhh..Ibuuuuu..Ahhhhhh..Enaaakk.” desahku sambil memeluk Ibu erat-erat.Beberapa saat aku menikmati orgasmeku sebelum akhirnya aku lunglai di atas tubuh wanita berjilbab ini.Nafasku terengah-engah letih namun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang sulit terlukiskan. Baru sekejap aku lunglai,aku tersentak ketika aku merasakan tubuh Ibu bergetar hebat,lantas tanpa aku duga tangannya memelukku kuat-kuat dan kedua pahanya melingkar memeluk pinggangku dengan ketat.Wanita berjilbab ini memekik kenikmatan ketika kurasakan penisku yang masih terjepit dalam kemaluannya terasa tersedot-sedot sebelum akhirnya terguyur cairan hangat yang membasahi batang penisku. .

“Ahhh..sssahhhh…enaaaaak…ahhhhhhh”pekik Ibu yang masih berbalut jilbab putih sambil memelukku tubuhku kuat-kuat.Rupanya wanita berjilbab ini telah sampai pada puncak kenikmatannya.Beberapa saat aku merasakan ibu berjilbab ini dalam orgasme hingga akhirnya kedua tangannya yang semula memelukku terkulai lemas dan kedua kakinya yang semula menjepit pinggangku kembali tergolek lemas.Aku pun segera mencabut kemaluanku dan terlentang di sebelah Ibu yang terpejam kenikmatan.

Beberapa saat suasana sunyi,hanya terdengar nafasku dan nafas Ibu yang berangsur normal.Namun beberapa saat kemudian aku dikagetkan oleh Ibu yang tiba-tiba menjerit histeris.Aku tergagap bangun dan kulihat wanita berjilbab ini duduk dengan menatapku penuh kebencian dan kemarahan,bibirnya terlihat gemetar dengan wajah yang merah padam.Tubuhnya pun terlihat menggigil hebat dengan nafas yang memburu.
“Kenapa Bu?..bukankah Ibu juga ikut menikmati??”ujarku sambil tersenyum penuh arti kepada wanita isteri bossku ini
“Tidaaaaaaaaaaaak..!!!!!!!!”pekik Ibu membuatku kaget.
”Bagaimana kau bisa berada di kamarku” jeritnya lagi...
Lalu aku jelaskan semuanya secara terus terang termasuk rencana suaminya.... Dia semakin terisak tapi sudah agak tenang, kuberanikan memegang tangannya seraya memohon maaf atas kekhilafanku dan kelancangan ku.......
Kemudian dia sedikit teriak mengusirku... ”Pergi dari sini...!!” katanya
Setelah beres beres pakaian ku aku segera keluar. Sesampai dikamar aku gak bisa tidur memikirkan apa yang akan terjadi terhadap diriku, Bagaimana kalau ibu melaporkan kejadian ini sama suaminya.....

Pada saat sarapan pagi kulihat semuanya biasa biasa saja seperti tidak terjadi seuatu demikian juga dengan si boss begitu ceria mungkin senang dengan petualangan semalam, Cuma kulihat ibu agak murung dan diam. Selanjutnya kulihat sopir boss mengemasi barang kemudian ibu naik mobil dan pergi....sambil berdebar debar aku bertanya sama si boss ketika berpapasan ”ibu sudah pulang Pak ?, tanyaku .”iya gak enak badan katanya” jawab si boss.

Wahhh untungnya diriku, rupanya si Ibu memilih diam tentang pengalamanya semalam... mungkin merasa sama sama menikmati atau dia juga tidak mau aibnya terbuka karena dia kan orang terhormat....
Kadang kadang aku sempet ketemu dengan si ibu kalau kebetulan ke kantor... aku mencoba tersenyum, kadang dia balas tersenyum kalau pas lagi ada orang lain, tapi pernah papasan berdua si Ibu Cuma buang muka.... marah kali ya ....