Rabu, 12 Mei 2010

Siti Pembantuku

Aku Randi (19) kuliah di kota B (baca "Aku dan Mbak Desi Kakakku" dan "Aku dan Ratna Kekasihku") tinggal di rumah kontrakan mungil. Aku tinggal sendiri dan hanya ditemani pembantu rumah tangga seorang wanita berusia sekitar 55 tahun bernama bi Warsih demikian aku memanggilnya. Namun setelah sekitar 6 bulan Bi Warsih sering sakit sakitan sehingga dia pulang kampung dan berjanji akan digantikan oleh anaknya.

Begitulah latar belakang kehidupanku sampai datangnya seorang wanita pembantu rumah tangga berasal dari Ciamis yang tak lain anak bi Warsih. Namanya Siti, umurnya sekitar 30 tahun, orangnya lumayan manis, berkulit putih bersih seperti layaknya gadis desa, susunya pertama kali kulihat sedang-sedang saja dibalut baju yang agak longgar dan panjang karena dia memakai kerudung atau jilbab dan yang membuatku tertarik adalah bibirnya. Bentuk bibirnya mungil dan sensual sekali untuk orang Indonesia yaitu agak merekah.

Lebih kurang 1 bulan Siti bekerja di rumahku, dia mulai mengalami perubahan baik fisiknya, cara berpakaiannya meskipun tetap dengan jilbabnya dan juga cara memandangku dan juga cara melayaniku setiap aku ada di rumah pulang kuliah. Dia mulai memberi perhatian lebih dengan cara mengambil tasku dan menyediakan teh, kopi atau minuman dingin lainnya. Dan aku juga mulai terpengaruh dengan cara-caranya tersebut.

Sampai satu hari aku pulang malam dari kota kelahiranku kira-kira jam 23:00.
"Mas Randi sudah makan?, kalau belum nanti saya sediakan," katanya lagi sambil tersenyum manis kepadaku. Dia memanggil dengan sebutan mas Randi sama dengan bi Warsih ibunya bila memanggilku.
Aku jadi penasaran dan aku melihat kepadanya dengan pandangan yang mulai bernafsu.
"Aku sudah makan bi, kamu sendiri kok belum tidur?" jawabku sambil pandanganku tidak lepas dari dadanya yang terlihat makin montok karena dia memakai daster panjang dan jilbabnya tetapi kancingnya satu terlepas sehingga agak terlihat kulit dadanya.
"Belum, karena saya tunggu mas Randi pulang," jawabnya lagi.

Kembali aku mendekati bi Siti yang masih berdiri dekat meja makan sambil memasang kancing dasternya yang terlepas di bagian atas, dia sepertinya menunggu apa yang akan kukatakan kepadanya.
"Bi, ke sini sebentar." Aku memanggilnya sambil mendekatinya.
Dia bergerak perlahan mendekatiku. Baru aku menyadari bahwa lumayan juga pembantuku ini, tingginya hampir setinggi pacarku dan itu bibirnya yang sensual bergerak-gerak perlahan.
"Ada apa mas?" katanya lagi.
"Kamu sudah punya pacar di kampung?" kataku memancing.
"Ah mas bisa saja, nggak ada yang mau sama saya lagi karena saya dicerai sama suami saya gara-gara aku belum bisa memberikan keturunan," jawabnya lirih.
Aku terkejut mendengar pengakuannya yang terus terang bahwa dia adalah seorang janda baru cerai, Nah ini dia kesempatan baikku untuk dapat mendekati bi Siti selanjutnya.

"Sudah berapa lama kamu cerai, bi?" tanyaku penasaran.
"Baru sekitar empat bulan mas, memangnya kenapa mas nanya begitu?" dia balik bertanya.
"Ah, nggak pa-pa, pasti kamu masih kangen sama bekas suamimu kan, ingin meladeni seperti yang kamu lakukan kepada saya seperti mengambilkan air minum atau yang lain?" jawabku lagi.
"Ah mas bisa aja." jawabnya agak manja.

Aku makin berani, sekarang kupegang tangannya dan menariknya duduk di kursi makan dan aku duduk di kursi yang kuhadapkan kepadanya, dia diam saja dan dia mulai melihat ke arahku. Aku pun makin berani mengusap tangannya sambil berkata, "bi, kamu tahu nggak bahwa kamu itu manis dan lembut."
Kugoda dia dengan perlahan, tanganku mengelus-elus dan meremas tangannya. Terasa olehku dia gemetar oleh sentuhanku. Aku merasakan kemaluanku mulai memberontak perlahan di balik celanaku.

"Bi, kalau aku menyayangimu, kamu mau nggak?" tanyaku makin berani sambil mengelus pipinya.
"Ah mas, saya nggak berani, nnanti.. dimarahin oleh orang tua mas.. lagian kan saya udah tua" suaranya sayu agak gemetar sementara tanganku yang lain mulai mengusap pahanya yang gempal dari atas dasternya.
"Orang tuaku jauh di Jakarta jadi kamu jangan takut ya, kamu juga masih kelihatan muda,gimana kalau kamu mau meladeniku lebih dari sekedar yang kamu kerjakan sekarang." Kataku lagi sambil mengusap keningnya terus turun ke arah bibirnya yang seksi itu sementara tanganku yang lain mulai mengusap pahanya terus sampai dekat selangkangannya. Wanita berjilbab ini ternyata diam saja bahkan terdengan nafasnya mulai tidak teratur. Aku sudah dapat menduga bahwa bi Siti mulai menikmati sentuhanku yang juga membuat kakakku dulu dan kekasihku terlena. Dia sendiri mulai menggeser pantatnya mendekatiku.

"Gimana bi, kamu mau kan?" wajahku mendekati wajahnya dan terasa nafasnya yang khas berbau perempuan kampung dan aku sangat terangsang jadinya.
"Terserah ..mas.. ssaya.. ummm.." belum sempat dia selesai bicara kucium bibirnya yang sensual dengan lembut sambil menarik tubuhnya untuk berdiri. Untuk beberapa saat kukulum bibirnya dengan lembut dan reaksinya terdiam sejenak dan dia mulai membalas, tapi dasar pembantu dan dari kampung dia belum bisa membalas ciumanku dengan benar dan nikmat seperti perempuan kota.Kulepaskan ciumanku dan aku memandangnya dan pandangannya sayu seolah-olah tidak percaya apa yang baru terjadi. Aku terus membelai punggungnya dan ternyata dia tidak memakai BH. Tangannya kulingkarkan ke atas leherku dan kukecup lagi bibirnya dan kali ini lidahku mulai bekerja dengan lembut ke dalam mulutnya, dia membalas sehingga kemaluanku bertambah tegang di balik celanaku. Kugeser-geserkan ke perutnya yang terasa rata dan empuk maklum dia belum mempunyai anak.

Dia melepaskan diri sambil berkata berbisik, "masss.. jangan saya malu mas.."
"Jangan malu bi.. nggak pa-pa," jawabku pasti.
Dia pun berlari menuju kamarnya.
Aku menuju kamarnya yang berada di bagian belakang ruang makan. Kuintip kamarnya dan ternyata bi Siti sedang duduk di samping tempat tidur sambil memegangi bibirnya yang baru kukecup tadi, mungkin dia surprise dengan apa yang baru terjadi.

"Sttt.." aku berbisik dan dia menoleh sambil tersenyum. Aku masuk ke kamarnya, kututup pintunya dan langsung kupeluk bi Siti dengan lembut dan kali ini dia membalas dengan sigap, ternyata dia terangsang dengan sikapku tadi dan mungkin dia membayangkan bagaimana kalau itu berlangsung dahulu di kampungnya.

Kami berciuman dan tanganku menjalar ke arah dadanya, ternyata payudaranya yang tidak tertutup BH lumayan besar dan padat serta kenyal. Dia mulai merintih tanda nafsunya bangkit mungkin benar apa yang aku katakan padanya bahwa dia kangen untuk mendapatkan rabaan dari laki-laki. Kuambil tangannya dan kugeser ke arah kemaluanku, dia menurut dan kuremaskan tangannya ke kemaluanku yang masih terbungkus celana, sementara tanganku menjalar di atas dadanya dan kubuka kancing dasternya dan kususupkan tanganku sampai menyentuh buah dadanya dan memainkan putingnya yang lumayan mulai membesar dan keras. Sementara kami berpagut dan suara erangannya makin keras merasakan nikmatnya permainan tanganku di payudara dan putingnya.

Aku tidak tahan lagi, segera kubuka reitsleting celanaku dan kubiarkan tangannya menggenggam batang kemaluanku yang tegang, sementara aku mulai menciumi susunya yang kukeluarkan dari dasternya dari atas sampai ke putingnya yang kuintip berwarna coklat kemerah-merahan. Kujilat lembut putingnya dan kuisap perlahan dan aku semakin bernafsu. Kuakui bahwa aku paling suka mengisap susu perempuan, tidak peduli besar atau kecil apalagi yang montok seperti punya kakakku dan juga yang sekarang ada di hadapanku.

Bi Siti mulai terengah-engah dengan perbuatanku dan tangannya mulai mengocok batang kemaluanku yang makin tegang, sementara mulutku dengan rakus tapi lembut mengisap susunya kekiri dan kekanan, tanganku yang lain turun mengangkat atau menyingkapkan daster panjangnya menuju pangkal pahanya dan kususupkan ke dalam celana dalamnya yang agak mini dan tipis itu.

Dia menggelinjang dan menahan erangannya, "Maaass.. jjangaannn.." bisiknya.
"Nggak pa-pa bi, aku.. aku akan pelan-pelan.." kataku membujuk dan kembali kucium bibirnya lembut terus turun ke arah susunya dan kuhisap putingnya dengan halus. Tangannya kembali kugenggamkan ke batang kemaluanku dan aku berhasil memasuki liang senggamanya yang mulai basah. Kuusap bibir kemaluannya dengan jariku secara lembut dan aku mencapai klitorisnya, terdengar erangannya halus serta nafasnya yang makin tidak teratur.

"Bi.. angkat ya dasternya, tapi jangan dibuka juga jilbabnya?" Dia menggangguk pelan, pasrah dan mulai terangsang. Kuangkat dasternya sampai sebatas leher dan terlihat bodinya yang putih mulus dengan susunya yang lumayan besar serta putingnya yang tegak dan keras berwarna coklat kemerah-merahan. Kubaringkan dia dan aku membuka bajuku lalu aku berbaring di sampingnya, kulihat matanya yang sayu.

"Bi, kamu mau kan membuatku puas malam ini? dan aku akan membuatmu puas juga, OK..?" Dia hanya mengangguk pasrah. Kubuka celanaku sekalian celana dalamku. Batang kemaluanku sudah tegang sekali, tapi aku ingin membuat nafsuku tercapai dengan foreplay bersama bi Siti yang kuyakin belum pernah mengalaminya. Kami berciuman lagi dan sekarang aku mulai menciuminya dari bibir terus ku singkap jilbabnya ke samping kujilati lehernya, turun ke dadanya. Di sana aku bermain-main sejenak sambil menikmati kekenyalan susunya serta erangan halusnya. Kemudian kuciumi perut, pusar sampai di atas liang senggamanya yang agak membusung. Kubuka celana dalamnya dan tampaklah liang senggama miliknya yang dihiasi bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Terdengar erangannya, "mas.. aughh.."

Pelan namun pasti, kujilati bibir kemaluannya dan bau khasnya tercium yang membuatku bertambah nafsu dan terasa bi Siti membuka lebih besar selangkangannya sambil meremas rambutku. Terasa cairan meleleh keluar dari liang senggamanya dan kujilati, terasa agak asin tapi nikmat. Tiba-tiba tangan bi Siti menjambak rambutku dan menekan kepalaku sambil membuka lebar pahanya untuk memberikan keleluasaan wajahku menjilati liang senggamanya disertai erangan kepuasan. Aku tahu dia telah mencapai klimaks orgasme. Kuhisap dan kujilati cairan yang keluar dari liang senggamanya sampai tidak tersisa di situ. Beberapa saat dia menekan kepalaku di antara pahanya yang tegang dan juga putih mulus itu disertai terangkat sedikit pinggulnya. Kemudian terasa mengendur pegangan tangannya di kepalaku. Kuangkat wajahku sambi melihat kepadanya.
"Gimana Ti.. enak,bi Ti?" kataku.
"Ooohh.. maasss, saya belum pernah rasa seperti tadi selama ini," jawabnya sambil tersenyum sayu.

Dia menarikku untuk berbaring di sampingnya sambil memegang batang kemaluanku yang semakin tegang.
"Suami saya kalau minta, cuma sebentar aja.. terus udah gitu dia tidur," jawabnya lagi tanpa malu-malu.
"Aku juga ingin menikmati kamu bi, gimana? Sekarang boleh nggak..?" aku mulai tidak tahan atas remasan tangannya di batang kemaluanku.
Dia tersenyum dan bangun tanpa melepaskan batang kemaluanku dari genggamannya, aku mengikuti gerakannya dan tanpa ragu-ragu batang kemaluanku diciumnya dengan bibirnya yang sensual, mungkin karena tidak pernah mengisap kemaluan laki-laki, Siti hanya bisa menciumi saja. Serta merta aku bilang, "Dikulum bi, terus dikenyot jangan dicium saja..." Dia melakukan apa yang kukatakan dan nikmat sekali rasanya, sambil melihat batang kemaluanku yang berada diantara bibir sensual itu.

Aku tidak tahan lagi, kuremas susunya yang kenyal sambil menarik kakinya dan kami membentuk "posisi 69" dan sepertinya bi Siti pasrah dengan perlakuanku. Sementara batang kemaluanku berada di dalam mulutnya, terasa lidahnya yang sebentar-sebentar dipermainkan (maklum dia tidak punya pengalaman Blow Job). Aku merasa semakin tegang dan nafsu ditambah dengan posisi 69 terlihat liang senggama Siti yang kemerah-merahan dikelilingi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Kujilati bibir serta klitorisnya yang terasa agak mengeras dan beberapa saat kemudian terasa cairan membasahi lidah dan mulutku disertai kedua pahanya menjepit kepalaku, terdengar erangan bi Siti. Dia mengalami orgasme lagi. Kutelan habis-habisan cairan liang senggamanya. Dan pada saat hampir bersamaan aku juga merasa kenikmatan yang luar biasa, dan tanpa bisa dibendung lagi kurasakan batang kemaluanku berdenyut-denyut, spermaku mendesak dan menyemprot keluar di dalam mulut pembantuku itu. Kurasakan dia tidak melepaskan batang kemaluanku dari mulutnya pada saat spermaku keluar. Ah.. luar biasa bi Siti ini. Kugeser badannya dan kami berdua tergeletak lemas di tempat tidur pembantuku, bi Siti sambil berpelukan.

"Terima kasih yaa.. bi, kamu mau melayaniku seperti tadi," aku berkata sambil membelai pipinya.
"Saya juga mas, saya belum pernah seperti tadi, suami saya maunya enak sendiri, habis main terus tidur." balas bi Siti manja.
Terdengar lonceng 12 kali, aku tersadar dan segera bangkit memakai celanaku. Sambil mengecup bibir dan susunya yang montok itu aku berkata, "bi sekali lagi terima kasih, besok kita ketemu lagi." bi Siti tersenyum sayu sambil kembali merapikan daster dan jilbabnya yang acak acakan dan aku keluar menuju kamar mandi.

Keesokan harinya berlalu seperti biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa, hanya aku melihat suatu perubahan sikap dan cara berpakaiannya, selalu memakai daster longgar tanpa BH walau jilbabnya tetap terpasang kalau dia sedang di rumah. Hal ini mempermudah bagiku untuk menyentuh bahkan meremas susunya bila kebetulan aku lewat di dapur atau kalau dia membersihkan kamar tidurku.

Sabtu malam aku tidak kemana mana soalnya kekasihku lagi pulang ke kotanya karena ada acara pernikahan keluarganya, tinggalah aku sendiri di rumah bersama Siti. Saat ini yang memang kutunggu-tunggu.

kira-kira jam 19:00 kulihat makanan sudah siap di meja. Tapi bi Siti tidak terlihat olehku, kucari dia ke kamarnya. Pintu kamarnya tertutup lalu kubuka sedikit dan aku melihat dia sedang terbaring telungkup dan tangan kanannya di dalam celana dalamnya bergerak-gerak. Aku menelan ludah melihat adegan tersebut dan perlahan-lahan aku masuk. Dia belum menyadari bahwa aku sudah di dalam kamarnya.

"Bi Siti manis.." aku berbisik dekat telinganya yang masih tertutup jilbabnya. Gerakannya berhenti dan dia membalikkan badannya sehingga wajahnya persis di depan wajahku.
"Maasss..." jawabnya lirih dan langsung memeluk dan bibir kami berpagutan erat sampai aku terengah-engah dibuatnya.
"Saya kangen, mas.." jawabnya lagi setelah melepaskan ciumannya sambil tersenyum sayu.
"Kangen sama siapa, bi.." tanyaku menggoda dan tanganku mulai menyentuh susunya yang kenyal dan padat itu sambil memuntir putingnya. Dia mengerang halus dan manja. Tanpa banyak bicara aku mulai membuka kancing dasternya dan menciumi susunya yang amat kusuka, terus kukulum putingnya, nikmat sekali! bi Siti juga tidak tinggal diam, reitsleting celanaku dibukanya dan tangannya langsung masuk ke dalam celana dalamku, dia memegang dan meremas batang kemaluanku.

Bi Siti tertawa kecil sambil berkata, "Kok kecil mas..?"
"Ayo kamu harus membuat dia besar dan tegang dong," jawabku.
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, sambil batang kemaluanku masih dipegangnya kubuka baju dan celanaku, kemudian kusingkap juga dasternya. Aku menelan liurku melihat susunya yang montok. Langsung kucium dan kujilat putingnya yang berwarna merangsang dan tambah keras.

"Mas.. saya mau seperti kemarin lagi, enak mas," katanya lagi sambil mengocok batang kemaluanku yang semakin tegang. Kurebahkan dia dan kupeluk sambil mencium bibirnya, terus turun ke susunya, kuisap putingnya yang merah kecoklatan. Siti mengerang halus sambil mengelus kepala dan punggungku tanda nafsunya meningkat. Ciumanku terus turun ke perutnya, pusarnya sampai ke pangkal pahanya. Disitu aku berhenti sejenak sambil mengintip ke arah wajahnya. Siti menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri sehingga jilbabnya tampak kusut. Perlahan-lahan aku turun ke arah kedua pangkal pahanya dan dia membuka kedua pahanya sehingga aku bisa melihat liang senggamanya yang berwarna merah muda disertai bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Aku mulai dengan mencium serta menjilat bibir kemaluannya terus ke arah klitorisnya, dia menggelinjang sambil mengerang nikmat tanda nafsunya memuncak, bi Siti juga memegang kepalaku dan menekannya erat-erat. Sementara tangan kananku ikut mengocok batang kemaluanku agar cukup tegang. Kurasakan liang senggama bi Siti basah dan kujilati dan rasanya, "Hmmm.. nikmat sekali.." dengan rasa serta bau yang khas wanita kampung.

"Maasss.. saya nggak tahan, maaass.." kudengar bisikannya.
Aku naik ke atas tubuhnya dan kuarahkan batang kemaluanku ke bibir kemaluan bi Siti, terus kutempelkan sambil mengelus klitorisnya dengan kepala kemaluanku.
"Pelan-pelan mass.. saya udah lama nggak main," katanya dengan lirih.
"Iya bi, aku akan masukkan pelan-pelan aku juga baru pertama kali.. tahan yaa.." jawabku sambil nafasku mulai memburu.
Kumasukkan batang kemaluanku ke liang senggamanya, terasa sempit. Kudorong pelan-pelan, masuk kepalanya.
"Ooohhh.. pelan-pelan maass.. sakit, tapi terus maaasss..!" desahnya lagi.
Aku merasakan liang senggamanya makin basah dan kudorong terus, rasanya tambah licin, kurasakan liang senggamanya berdenyut-denyut, "Edan betul begini rasanya kemaluan perempuan!!" aku tersadar sejenak dan ingat bahwa dia orang Ciamis dan perempuan-perempuan Ciamis banyak yang terkenal dengan permainan seks-nya yang menggairahkan, mungkin bi Siti juga expert dibidang ini.

Pelan-pelan batang kemaluanku masuk sampai akhirnya terasa kepalanya menyentuh dinding bagian dalam liang senggamanya. Sambil memeluknya dan menciumi susunya serta mengulum putingnya aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur seirama dengan goyangan pantat bi Siti yang gempal dan kenyal itu. Bi Siti mengerang-erang halus.

"Masih sakit bi.. ngga kan?" aku bertanya sambil mencoba mempertahankan nafasku yang mulai menderu-deru tanda bahwa nafsuku mulai mendekati puncaknya. Dia menggelengkan kepalanya sehingga jilbabnya semakin kusut. "Mmmff.. ooohhh.. aahhh.. enaaak maass.." sambil terus mengerang-erang kenikmatan. Kurasakan lagi liang senggamanya memijit batang kemaluanku setiap kutarik pantatku seolah-olah bi Siti tidak mau batang kemaluanku keluar sedikitpun dari lubang kenikmatannya. Aku merasa tidak tahan lagi mungkin karena aku begitu bernafsu dan untuk pertama kalinya kemaluanku masuk lubang kemaluan wanita, karena selama ini aku hanya menempelkan kemaluanku ke kemaluan pacarku, terasa liang senggamanya makin basah dan cengkramannya pada leher serta kepalaku makin kuat.

Tiba-tiba dia berteriak kecil dan menggigit pundakku pelan tapi membuatku kaget disertai dengan kedua kakinya yang melingkari pinggangku, kedua pahanya menjepit dengan keras. "Ooohhh.. mmmff.. aaahh.. maaasss.. mmm.." tidak ada yang dapat dia katakan saat itu, dan aku tahu pasti dia mencapai orgasme yang hebat. Aku terus menggoyangkan pantatku dan mempercepat karena aku merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa, batang kemaluanku di dalam liang senggamanya berdenyut-denyut, tak tahan lagi aku. "biii.. aaakuuu keellauuuar.. biii.." Kurasakan desakan hebat dan nikmat betul di batang kemaluanku dan dengan dorongan pantatku ke dalam membenamkan batang kemaluanku di liang senggamanya, kusemprotkan spermaku kira-kira mungkin 5-6 kali. Kupeluk bi Siti dan kucium bibirnya dan kami berdua berpagutan sampai klimaks orgasme kami selesai. Mungkin lebih kurang 5 menit kami berpagutan seolah-olah tidak akan terlepaskan.

Akhirnya kulepaskan pagutan serta pelukanku sambil memandang bi Siti yang terlihat puas dengan apa yang terjadi. Batang kemaluanku masih terbenam dalam di liang senggamanya yang terasa banjir oleh sperma kami berdua.
"Gimana bi..?, enak.. Kamu puas kan..?" tanyaku lembut.
Dia tersenyum mengangguk sambil memegang pipiku, "Iya mas, selama kawin saya nggak pernah merasa enak seperti tadi, maasss.. ooohh?" jawabnya sambil bermain dengan bibirku di tangannya.
"Saya nggak pernah digituin kemaluannya pake lidah seperti yang mas Randi tadi lakukan.." jawabnya dengan bahasa yang kumengerti bahwa dia tidak cukup mengecap sekolah lanjutan.
"Apa itunya yang digituin sama lidah saya..?" kujawab lagi mengikuti sambil tersenyum.
"Iiih mas.. jangan banyol aahh.." katanya lagi.
"bi.. aku mau lagi bii, kamu masih mau nggak..?" tanyaku sambil mempermainkan puting susunya yang membuatku terangsang lagi dan kurasakan batang kemaluanku berdenyut-denyut lagi mulai tegang di dalam liang senggamanya.
Biti mengangguk sambil tersenyum, terlihat deretan giginya yang putih bersih dan dia berkata, "Mau aja mas, tapi saya mau juga gituin punya mas Randi.. boleh kan?"
"Punya saya mau digituin..? digituin bagaimana..?" tanyaku menggoda.
"Iiiih mas, banyolan teruus.. .diisep, dijilatin seperti punya saya dijilatin, diisep sama mas rendi.. enak sih." jawabnya lagi sambil tertawa kecil manja.
Aku menggangguk, "Boleh, nanti aku ajarin caranya, jangan seperti kemarin.. aku kurang puas yaa.."

Aku bangun berusaha melepaskan batang kemaluanku tapi bi Siti menahanku sambil tersenyum seolah-olah dia masih ingin menikmati batang kemaluanku di dalam liang senggamanya yang agak sempit tapi nikmat. Tidak terasa aku melihat jam tanganku sudah jam 20:00, jadi dari awal sampai selesai 1 jam lamanya, lama juga ya.

Akhirnya dia melepaskanku dan berdua kami menuju kamar mandi tanpa khawatir dilihat orang atau tetangga karena di rumah hanya kami berdua dan hari sudah malam. Di kamar mandi dia menyiram dan membersihkan badanku terutama batang kemaluanku. Kusentuh liang senggamanya sambil kusiramkan air dan dia mengangkat dasternya agar tidak basah. Nafsuku bangkit kembali dan kubelai klitorisnya sambil mencium bibirnya yang sexy itu dan dia memelukku sambil mendesah-desah kecil tanda nafsunya pun mulai bangkit. Dengan lembut kami berciuman lagi sambil berjalan menuju kamarku.

Kududukan dia di tempat tidur lalu kuambil tangannya dan kugenggamkan pada batang kemaluanku. Dia melihat ke arahku sambil menciumi batang kemaluanku perlahan-lahan. "bi.. kamu jilat di sekeliling kepalanya, baru diisep, terus kulum sampai dalam yaa.." kataku sambil membelai pipinya yang lumayan halus. Bi Siti melakukannya apa yang kukatakan dan aku merasakan nikmat batang kemaluanku dikulum dengan lembut, "Gila ini pembantu.. udah mulai mengerti permainan blow job!!"

Sambil batang kemaluanku masih dikulumnya, kurebahkan dia dan aku berbalik dengan posisi dia di atasku dan kutarik pahanya sehingga liang senggamanya tepat di atas wajahku. Benda nikmat itu kubelai, kucium labia pinggirnya dan akhirnya Klitorisnya kukulum dan kugigit-gigit kecil dengan lembut, lidahku masuk ke dalam liang nikmat yang langsung basah akibat permainan lidahku. Bi Siti menggelinjang saat lidahku masuk ke dalam liang nikmatnya itu sambil mendesis karena batang kemaluanku yang makin tegang dan keras masih berada di dalam mulutnya.

Beberapa saat kami melakukan foreplay sampai akhirnya kedengaran dia mengerang-erang, "Maaasss.. ayo dooong, saya pengen dimasukin lagiii, mass..." katanya. Kubalikkan badannya sehingga dia berada di atasku yang terlentang kusingkap dasternya sebatas leher dan kupegang batang kemaluanku yang sudah siap tempur itu sambil mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah basah. "Kamu belum pernah kan dengan cara seperti ini?" tanyaku. Dia hanya menggelengkan kepala sambil membenarkan posisi kakinya diantara pinggangku. Kemudian dengan tangan kiriku kutekankan pinggulnya yang padat sehingga batang kemaluanku masuk dengan mulus ke dalam liang senggamanya dan dia langsung menutup mata sambil menjatuhkan badannya ke arahku.

"Aaaww maassk.. eenaaak.." Dia menciumku dengan ganas kali ini dan mulai menggerakkan pantatnya naik turun. Bi Siti melepaskan ciumannya dan bertopang tangan di dadaku sambil tetap meggoyangkan pantatnya naik turun. Tanganku juga tidak tinggal diam, memegang kedua susunya yang putih montok sambil memutar-mutar putingnya yang merak kecoklatan, bi Siti mulai menjerit kecil tanda dia mulai hampir orgasme. Terasa olehku liang senggamanya makin basah dan berdenyut memijiti batang kemaluanku, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan dan akhirnya dia menjatuhkan dirinya lagi ke arahku sambil memeluk dan menjerit kecil serta menggigit bahuku tapi kutahan kepalanya agar jangan terlalu keras menggigit bahuku agar tidak berbekas, nanti bisa jadi pertanyaan pacarku kalau kelihatan merah.

Beberapa saat dia mengejang merasakan kenikmatan orgasme. Kembali kubalikkan badan kami berdua supaya batang kemaluanku tidak lepas dari liang senggamanya. Sekarang posisiku di atas, entah kenapa aku amat menyenangi posisi konvensional ini dari pada macam-macam style seperti doggy, samping, belakang dlsb.

"Gimana rasanya bi..?" Aku bertanya sambil kukecup bibirnya.
"Enak sekali mas, Siti belum pernah kaya gitu.. mas Randi belum keluar yaa?" aku hanya menggelengkan kepala. Dia membalas kecupanku dan menggoyangkan pantatnya, aku langsung memberi respon dengan mulai menggoyangkan pantatku naik turun dan sekali-sekali kuputarkan seperti di BF yang kupernah tonton. Bi Siti mengerang lirih, kedua kakinya dilingkarkan dan menjepit ke pinggangku dan aku pun mulai merasa kenikmatan batang kemaluanku yang mulai berdenyut, kukecup bibirnya, turun ke susunya, kuhisap putingnya dengan nafsu yang tinggi, dia menjerit kecil waktu putingnya kugigit dengan gemas.

Beberapa saat pahanya menjepit pinggulku dengan keras dan menarik mulutku dari putingnya dengan agak kasar dan menciumku dengan ganas. "Maaasss.. saayaaa.. nggggggg.. enaaakk.. keluaaarr laagiii.. maass!" jeritnya perlahan. "Aku juga bii.. oohhh.." kupeluk dia dengan erat sambil merasakan denyut di kepala kemaluanku yang sudah tidak tahan, akhirnya kusemburkan spermaku ke dalam liang senggama bi Siti. Kami berdua tergeletak lemas di atas tempat tidurku yang sudah tidak karuan lagi bentuk sepreinya. Malam itu kami lalui berdua, sampai subuh kusetubuhi bi Siti sampai 4 kali keluar spermaku, entah berapa kali dia keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar