Kamis, 07 Maret 2013

Putri Ibu Kos



Setelah lulus dari SMA favorit di Cirebon, aku diterima UMPTN di sebuah kampus negeri di Surabaya. Segera aku berangkat ke Surabaya dan mencari Kos.Ternyata tempat-tempat kos yang kuincar sudah penuh semua. Akhirnya aku mendapat kos di daerah Ngagel. Tempat kosnya tidak terlalu bagus dan juga agak kemahalan. Tapi kupikir untuk sementara tidak apa-apa lah.
Kamar kosku berada di lantai dua, sedangkan ibu kos dan keluarganya tinggal di bawah. Ibu kos memiliki tiga orang anak. Yang pertama Andri, kuliah di Ubaya semester tiga dan yang ke dua Herny, kelas dua SMK, anaknya alim, tinggi, agak kurus, kulit putih mulus, selalu pake jilbab besar dan dadanya yang samar terlihat agak rata. Wajahnya manis, bahkan pernah masuk nominasi majalah remaja, tapi tidak menang. Dan yang ke tiga Windy kelas tiga SMP. Kecil, kurus, imut, sangat pemalu dan jarang keluar rumah. Aku pikir, kalau besar nanti, dia bakal lebih cantik dari kakaknya.
Andri tinggal di kamar atas paling depan, sedangkan Herny dan Windy tinggal di bawah bersama ibu bapaknya. Kamarku berada paling ujung dekat tangga. Memang paling tidak enak karena selalu terganggu dengan suara orang yang naik dan turun atau berjalan di lorong.

Setelah tiga minggu tinggal di kos itu, tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Namun suatu malam, aku terbangun dan merasa ingin kencing. Kulihat jam menunjukkan angka hampir pukul tiga. Segera aku menuju kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, kulihat sebuah bayangan melintas. Ternyata Herny. Kuperhatikan dari belakang, ketika lampu ruang depan memperlihatkan lekuk tubuh samar yang berusaha disembunyikan dengan daster panjang. Tentu saja ia juga memakai jilbab, yang model instan dan berbahan kaus. Ternyata gadis cantik berjilbab itu masuk ke kamar Andri kakaknya. Semula aku tidak curiga apa-apa. Tetapi ketika kulihat dia clingak- clinguk sebelum masuk, membuat aku menjadi curiga.
Pelan-pelan aku mendekati kamar Andri. Namun semuanya tertutup rapat. Lubang kunci tidak bisa, jendela nako juga tertutup. Kutempelkan kupingku ke pintu untuk mendengarkan apa yang terjadi. Tapi tidak terdengar apa-apa. Yang terdengar hanya suara-suara aneh dari ranjang. Tak lama kemudian terdengar erangan panjang Herny. Cepat-cepat aku menuju kamarku sambil mengintip lewat jendela nako kamarku. Tak lama kemudian kulihat gadis berjilbab itu berjalan gontai menuju tangga. Ingin aku langsung menangkap basah dia, tetapi bisa saja gadis alim itu mengelak, kerena aku belum melihat sendiri apa yang terjadi. Jadi kubiarkan dia.
Hari-hari berikutnya, aku selalu bangun di tengah malam, sambil mengamati apakah gadis berjilbab itu lewat lagi. Ternyata betul, tiga hari kemudian, sekitar pukul tiga, Herny lewat lagi. Kuintip, ternyata masuk ke kamar kakaknya lagi. Pelan-pelan aku menuju kamar Andri. Kuambil sebatang lidi yang sudah kupersiapkan dan lewat lubang jendela nako, kusingkap sedikit kain kordennya. Wow, sungguh pemandangan yang sangat indah… Tubuh gadis berjilbab itu, yang ternyata terlihat putih mulus dan sempurna, naik turun di atas tubuh gemuk Andri. Dasternya sudah teronggok di sudut kamar kakaknya itu. Jilbabnya yang disampirkan ke pundaknya menambah sensasi erotis. Kontolku langsung berdiri sempurna, kulepas resleting celanaku dan kucocok benda itu dengan tangan kananku. sementara tangan kiriku tetap memegang lidi. Kulihat gadis berjilbab itu berganti posisi di bawah. Sementara sang kakak memasukkan kontolnya dengan mudah ke dalam lubang kenikmatan gadis berjilbab itu dan mulai menggoyang pinggulnya. Andri mengangkat kedua kaki adiknya ke atas pundaknya dan mulai mengayuh dengan semangat.
Kocokan tanganku mengikuti irama kocokan Andri ke dalam memek Herny. Tak lama kemudian terdengar suara lengkuhan gadis cantik itu sambil mengangkat kepala yang masih terbalut jilbab dan tangannya merangkul pundak Andri. Tubuh montoknya mengejang dan bergetar hebat. Melihatnya, nafsuku jadi makin memburu. Terasa lahar panasku akan segera keluar. Aku kebingungan akan menumpahkannya dimana. Kulihat sekeliling, ternyata hanya ada sebuah gelas aqua bekas. Segera kusambar dan kumuntahkan spermaku ke dalamnya. Och... Terasa nikmat sekali.
Tanpa menunggu hasil final pertandingan kakak beradik itu, segera kurapikan celanaku dan bergegas kembali menuju kamarku. Kutunggu Herny lewat dengan membiarkan pintuku sedikit terbuka. Benar saja, tidak lama kemudian gadis berjilbab itu lewat . Kupanggil dia, “Her, coba sini sebentar!” sambil kupegang tangannya dan kutuntun masuk ke kamarku.
Gadis berjilbab itu nampak sangat terkejut. ”Ada apa sich, mas? Kok pake acara narik-narik tangan segala?” tanyanya.
”Jangan pura-pura lah… Aku dah tahu kamu habis ngapain koq.” jawabku.
”Aku gak ngapa-ngapain kok. Aku cuma minta bantuan mas Andri ngerjain tugasku.” Gadis berjilbab itu mencoba berbohong. Tapi nampak betul kegelisahannya.
”Emang tugasmu ngeluarin spermanya ya? Gimana permainan masmu, enak ya? Kulihat badannya doank yang gede, kontolnya sich kecil. Hehehe... Apa aku mesti bilang sama Papi-Mamimu? Biar kamu segera dikawinkan dengan masmu sendiri ? Pasti bakalan heboh ya! Anak gadisnya yang dikira alim dan berjilbab, eee… malah nge-seks sama kakaknya sendiri.” aku nyerocos sekenanya.
Herny tampak bingung dan tertunduk. Kali ini gadis berjilbab itu tidak bisa menjawab. Wajahnya yang sangat ayu dan terlihat lugu mulai membangkitkan konakku.
”Tenang, aku gak bakal bilang siapa-siapa masalah ini koq. Asal… kamu mau perlakukan aku seperti masmu tadi.” Segera kutarik tangannya menuju ranjang dan segera kulucuti dasternya. Kusampirkan jilbabnya ke pundak, karena aku ingin kembali menikmati sensasi yang kemarin aku rasakan saat mengintip dia bersama kakak kandungnya.
Kucium bibirnya, lehernya yang tidak tertutup jilbab, dagunya, dan tengkuknya. Sambil tanganku terus menjelajah dan mencopot tali BH-nya. Terlihatlah gundukan bukit yang masih kecil dan kencang dengan putingnya yang masih sangat mungil dan kenyal berwarna coklat muda. Herny berusaha memberi perlawanan namun sangat tak berarti. Desahan kecilnya membuatku tahu bahwa gadis berjilbab itu mulai terangsang.
Kumainkan putingnya dengan lidahku sementara tangan kananku meraba susu kirinya, sedang tangan kiriku menyusup ke dalam celana dalam putih yang ia kenakan. Terasa sangat basah dan licin disana. Herny berusaha tenang dan menahan desahan napasnya yang mulai memburu. Gadis berjilbab itu mencoba menunjukkan bahwa dia tidak terangsang dengan permainanku.
Segera kulucuti pakaianku dan memintanya melakukan oral. Namun Herny tampak kikuk melayani batang kemaluanku. Mungkin ia jarang melakukan hal itu. Gadis berjilbab itu hanya menjilatinya saja. Segera kutekan kedua pipinya yang putih dengan tangan kananku sehingga rahang dan mulutnya terbuka. Sedang tangan kiriku mencengkeram jilbabnya dan menuntun mulut gadis berjilbab itu untuk menelan kamaluanku. Och… nikmat sekali ketika Herny mulai menyedot batang kemaluanku. Jilbab yang masih ia kenakan menimbulkan sensasi tersendiri.
Kupelorotkan celana dalamnya dan mulai menggosok clitorisnya dengan agak kasar. Akhirnya Herny tampak tidak mampu menahan diri lagi. Mulutnya mulai mendesah halus. Tidak sabar ingin menikmati tubuh indah gadis berjilbab itu, aku langsung mendorong tubuhnya hingga terlentang dan segera mengambil posisi diatas tubuhnya. Tanpa banyak perlawanan, kuhujamkan batang zakarku ke dalam lubang memeknya. Dalam sekejam batang kemaluanku amblas ditelan memeknya, diiringi pekikan tertahan gadis berjilbab itu. Memeknya terasa basah dan licin. Kunikmati pemandangan yang sangat indah ini sambil memompa memeknya.
Och, betapa beruntungnya aku bisa menikmati gadis berjilbab yang cantik dengan tubuh yang begitu indah ini. Tubuh Herny nyaris sempurna… tanpa cacat. Terlihat ada satu tahi lalat di dekat puting susu kanannya.
Kubalikkan tubuh gadis berjilbab itu dan mulai kutusuk dari belakang dengan gaya doggy style. Kedua tanganku memegang perutnya yang begitu langsing nyaris tanpa lemak. Sesekali aku merunduk, memeluknya dari belakang sambil memainkan susu dan klitorisnya. Herny memekik tertahan setiap kali aku terlalu keras memencet puting susunya.
”Ach… ach… ach…” gadis berjilbab itu mulai meracau ketika aku menggenjot dengan lebih cepat dan kasar. Ternyata tanpa ia sadari, ia menyukai permainanku yang kasar. Terdengar suara becek dan plak… plak… plak… suara kulit yang saling beradu. Tubuh kami berdua sudah banjir peluh. Jilbabnya pun terlihat basah oleh peluh kami. Dengan tak sabar, kubalikkan kembali tubuhnya, kuangkat kakinya dan kurapatkan kedua kakinya sehingga kontolku benar-benar terjepit. Kutekan dan kugerakkan pelan-pelan. Herny tampak melotot kenikmatan.
“Ayo terus… Koh, aduh… Enak bangeeethh…” ia meracau tanpa sadar. Birahi sudah seratus persen menguasai tubuhnya. Tak lama kemudian dia mendesis siccch… siccch… occch... Tubuh Herny mengejang dan melonjak- lonjak. Lubangnya terasa bertambah basah dan batangku terasa tersiram cairan hangat.
Herny tampak menahan kenikmatan yang amat sangat dengan menggigit bibih bawahnya. Ekspresinya jadi sangat seksi. Dia mencoba menahan gerak maju mundurku dengan memeluk erat tubuhku. Tapi aku yang semakin bernafsu melihat wajah lugunya yang tidak mampu menguasai nafsu birahi, terus memutar pinggulku. Birahi gadis berjilbab itu memuncak dan meletup- letup. Tubuhnya berguncang-guncang. Tak lama kemudian cengkramannya mulai melemas. Setelah dapat mengendalikan diri, dia mulai tenang dan kulihat dari matanya mengalir setitik air mata. Aku bukannya iba justru semakin bernafsu dan gerakanku semakin cepat.
Och… pertahananku mulai goyah dan segera kucabut batang kemaluanku dan sepersepuluh detik kemudian, cret... cret... cret... muntahlah spermaku diatas perut dan susunya. Tidak terlalu banyak karena aku sudah keluar tadi.
Sebetulnya aku sangat ingin mengeluarkan air maniku di dalam memek gadis berjilbab itu, tapi aku khawatir kalau-kalau dia hamil. Tapi, begini saja aku sudah cukup puas dan lemas. Tak kuhiraukan tangis kecil gadis berjilbab itu. Terpaksa Herny membersihkan spermaku dengan celana dalamnya sendiri. Dia lalu mulai merapikan pakaiannya dan bergegas meninggalkan kamarku.
Paginya aku bangun agak kesiangan, sekitar jam sepuluhan. Aku ambil indomie goreng dan turun ke bawah. Sesampainya di dapur, kulihat gadis berjilbab itu baru mau menuju kamar mandi.
“Loh… Her, kenapa loe koq gak berangkat sekolah?” tanyaku.
Wajahnya langsung memerah dan segera masuk kamar mandi. Tapi sebelum dia sampai, aku menarik tangannya dan membisiki telinganya yang tertutup jilbab. “Tadi malem enak khan? Nanti malem aku minta lagi ya? Kalo enggak, nanti tak laporin ke ortumu, awas!” ancamku.
Wajahnya menegang, tapi dengan terpaksa ia mengangguk dan berlalu. Aku ingin tertawa menyadari kemenanganku.
Kebetulan malam ini malam minggu.  Teman kosku Arif, Bayu dan Hendro main di kamarku nonton VCD sambil ngobrol santai. Sementara jam sudah menunjukan pukul satu lebih. Tapi nich anak-anak belum juga ada rencana keluar dari kamarku dan tidur. Jam tiga Herny pasti datang. Dan ini bisa mengacaukan acaraku menikmati tubuh indahnya. Aku berpikir keras untuk mengusir mereka. Cara halus sudah kujalankan dengan mengatakan aku ngantuk, besok ada acara, gak enak badan, dsb... tapi mereka tetap saja cuek.
Akhirnya dengan sedikit nekat, aku pura-pura mendadak berlari ke kamar mandi. Kusodok mulutku dengan jari, dan beberapa detik kemudian... ”Ooak! Ooak! Ooak!” aku memuntahkan nasi bebek goreng yang tadi sore kumakan.
Mendengarnya, temen-temen segera keluar dari kamarku dan menolong mengambilkan air hangat buat berkumur. Mereka membaringkanku, menggosok tubuhku dengan balsem, menyelimutiku dan mematikan lampu. Dalam hati, aku melonjak girang. Berhasil! Kena tipu juga mereka semua, hahaha… Tapi aku juga berpikir, ternyata baik juga teman-teman kosku ini…
Tidak sabar aku menunggu jam tiga, menunggu kedatangan si sexy Herny. Kuintip suasana diluar sangat sepi. Lampu-lampu sudah dimatikan. Aku segera mencopot semua pakaian hingga telanjang bulat dan menutupnya kembali dengan selimut. Jam sudah munujukan jam tiga malam lewat sepuluh menit, tapi Herny belum juga datang. Aku mulai gelisah. Waktu terasa berjalan begitu lambat. Hingga jam empat lebih sedikit Herny baru menyelinap masuk. Aku agak terkejut karena tidak mendengar langkah kakinya. Ternyata dia tidak menggunakan alas kaki.
Cepat-cepat kutubruk dia dan kugerayangi tubuhnya. Lagi-lagi dia terpekik tertahan. Ternyata… dia tidak menggunakan apa-apa dibalik dasternya. Kontolku langsung melonjak kegirangan, berdiri tegap bagaikan pasukan yang siap tempur.
Segera kulepas dasternya, kusampirkan jilbabnya dan kucumbu habis puting susunya sambil tanganku menggosok clitorisnya dengan lembut. Gadis berjilbab itu mendesis-desis bagaikan ular yang kepedasan. Perlawanannya sudah hilang sama sekali. Ia hanya terbaring pasrah sambil mendesah-desah menikmati permainan lidah dan jariku. Aku terus ke bawah dan mulai mengulum kacang kecilnya. Terasa sangat basah dan sedikit asin. Kulahap semuanya sambil jari telunjukku mulai menyodok-nyodok lubang kewanitaannya. Aku tak tahan. Segera kubalikkan tubuhku terlentang dan kutarik tubuh gadis berjilbab itu diatasku. Herny sadar dan mulai mengangkangi tubuhku, dan dalam sekali sentakan... Slep! Zakarku sudah berada dalam lubang senggamanya.
“Uachhh…” terasa sangat hangat dan licin. Herny bergerak sangat liar diatas tubuhku. Gadis berjilbab itu terlihat sangat bernafsu menyetubuhiku. Mungkin gaya ini sering ia praktekkan bersama kakaknya, sehingga ia tidak canggung lagi.
Sungguh kenikmatan yang tiada tara. Bodynya yang putih mulus nyaris sempurna bergerak naik turun begitu erotis. Jilbab putihnya yang melambai-lambai makin menambah sensasi nikmat yang kurasakan. Dan memeknya yang begitu nikmat membuat nafsuku membumbung sangat tinggi. Sungguh begitu menggairahkan. Namun gerakannya yang terlampau liar membuat rasa yang terlalu luar biasa… hingga pertahananku mulai goyah. Aku mencoba menahan gerakannya dengan memegang pinggulnya.
Namun tiba-tiba… Kreeeekek! Pintu kamarku terbuka lebar, dan lampu kamarku dinyalakan. Aku sangat kaget, jantungku terasa berhenti berdetak. Aku tidak sempat menutupi tubuhku, gerakanku pun terhalang oleh Herny yang berada diatas tubuhku. Herny hanya memelukku untuk menutupi tubuhnya, sementara batang kemaluanku masih menancap kokoh di memek gadis berjilbab itu.
Terlihat Arif, Bayu dan Hendro masuk ke dalam kamarku. Mukaku langsung pucat pasi.
”Hei, lagi ngapain loe?! Enak aja, ngentot anak orang!” bentak Hendro.
”Kok berhenti? Ayo terusin! Kita mau nonton live show nich.” ujar Arif sambil mengunci pintu.
”Apa mau kita teriakin biar semua bangun? Ayo cepet genjot lagi. Masa cewek secantik gitu gak suka? Pakek jilbab lagi! Tambah seksi khan?!” ujar Bayu.
Herny tampak agak ketakutan, dan mulai bergoyang pelan. Kontolku pun mulai kencang kembali.
”Ayo, yang seru donk. Masa gerakannya kayak gitu doank? Yang erotis donk!” bentak Arif.
Gadis berjilbab itu pun mulai bertambah liar menaik turunkan pantatnya sambil meliuk-liukan tubuhnya yang sexy. Tapi konsentrasiku agak buyar, terganggu oleh tiga makhluk ini.
Herny mulai kecapekan dan memintaku ganti posisi. Aku segera ambil posisi di atas dan mulai memasukkan kemaluanku ke lubang kenikmatan gadis berjilbab itu. Kukocok dengan lembut sambil mengulum puting susunya. Beberapa menit kemudian, Herny mulai mendesah lembut tanda gelombang kenikmatannya akan segera tiba. Aku pun mulai dapat menikmati kembali lubang kenikmatan Herny. Ingin rasanya segera kutuntaskan persetubuhan ini.
Saat itulah, tiba-tiba lubang kewanitaan Herny terasa berdenyut-denyut. Batang zakarku terasa diremas-remas lembut.
”A-aku keluuuaaar nich…” Tubuh gadis berjilbab itu mulai berguncang- guncang. Cairan hangat pun mengalir membasahi kontolku yang terasa semakin keras.
Kenikmatan tiada tara pun mulai menjalar di seluruh tubuhku. ”Her, aku juga mau keluar nich…”
Herny hanya menjawab, “He-eh…” Tapi dia yang sedang diterjang kenikmatan, tetap mencengkram tubuhku.
”Keluarin di dalam ya, Her?” tanyaku sambil meremas payudaranya.
Herny hanya diam, hingga akhirnya... Crot! Crot! Crot! Aku tidak dapat menahan lagi puncak kenikmatan itu. Kumuntahkan spermaku di dalam lubang memeknya tanpa sempat kucabut karena Herny masih terus mencengkram erat tubuhku. Sungguh nikmat luar biasa. Tubuhku terasa melambung tinggi ke langit ke tujuh.
Tiba-tiba Bayu membentakku, ”Hei, cepet jilatin sperma loe di memek si Herny, sampe bersih.”
Dengan perasaan jijik, terpaksa kujilati spermaku sendiri yang mulai meleleh keluar dari memek Herny. Tubuhku terasa terhempaskan ke dalam neraka yang paling nista.
Mereka tertawa melihatku. ”Selamat! Kamu baru saja menjadi anggota kost kita yang baru.” Mereka bertiga menyalami aku.
”Herny adalah maskot kita. Dia milik bersama. Siapa saja boleh menikmatinya. Tadi dia telat ke kamarmu karena kami menidurinya bersama-sama dulu. Makanya tadi lobangnya agak banjir ya, hehehe...” kata Hendro.
Herny pun hanya tertunduk malu sambil menutupi tubuh sintalnya yang telanjang dengan seprei.
”Banyak yang bilang kost di sini mahal, tapi sebetulnya sangat murah sekali, kalo lihat bonusnya secantik dan sesexy ini, hehehe... Makanya aku betah kost di sini. Aku sudah menikmati tubuh indah Herny dari sejak dia baru masuk SMA. Ya kan, Her?” ujar Hendro.
”Ingat, hanya kita yang tahu. Jangan sampai kita tambah anggota lagi, kecuali dia tahu sendiri. Ok?!” Arif mengingatkan.
Aku sungguh tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Aku baru tahu keesokan harinya ketika aku datang ke kamar Hendro. Hendro bercerita bahwa dulu pacar Herny ngekost disini juga. Andri menangkap basah gadis berjilbab itu ketika lagi ngentot. Andri segera mengusir pacarnya. Andri lalu meminta Herny untuk memuaskan nafsunya dan mengancam akan memberi tahu papa mamanya kalau tidak mau. Terpaksa gadis berjilbab itu melayani nya.
Hendro yang mengetahui betul kejadian itu semua, mengambil kesempatan dengan ikut mengancam Herny. Tanpa diduga, ternyata Herny anak yang baik. Gadis berjilbab itu mau melayaninya demi sekolah dan masa depannya. Sejak itu Herny menjadi budak nafsu mereka.
***
Tidak lama kemudian, Hendro lulus kuliah dan terpaksa pulang ke Kediri. Herny masih menjadi budak nafsuku, Arif dan Bayu. Setelah hampir setahun, akhirnya aku pindah kos karena aku punya pacar. Aku takut Herny bertindak macam-macam atau temen-temen kosku berbuat usil sama pacarku.
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar