Setelah lulus dari SMA favorit di Cirebon,
aku diterima UMPTN di sebuah kampus negeri di Surabaya. Segera aku berangkat ke Surabaya dan mencari
Kos.Ternyata tempat-tempat kos yang kuincar sudah penuh semua. Akhirnya aku
mendapat kos di daerah Ngagel. Tempat kosnya tidak terlalu bagus dan juga agak
kemahalan. Tapi kupikir untuk sementara tidak apa-apa lah.
Kamar kosku berada di lantai dua, sedangkan ibu kos dan keluarganya
tinggal di bawah. Ibu kos memiliki tiga orang anak. Yang pertama Andri, kuliah
di Ubaya semester tiga dan yang ke dua Herny, kelas dua SMK, anaknya alim, tinggi,
agak kurus, kulit putih mulus, selalu pake jilbab besar dan dadanya yang samar
terlihat agak rata. Wajahnya manis, bahkan pernah masuk nominasi majalah remaja,
tapi tidak menang. Dan yang ke tiga Windy kelas tiga SMP. Kecil, kurus, imut,
sangat pemalu dan jarang keluar rumah. Aku pikir, kalau besar nanti, dia bakal lebih
cantik dari kakaknya.
Andri tinggal di kamar atas
paling depan, sedangkan Herny dan Windy tinggal di bawah bersama ibu bapaknya. Kamarku berada paling ujung dekat tangga. Memang
paling tidak enak karena selalu terganggu dengan suara orang yang naik dan
turun atau berjalan di lorong.
Setelah tiga minggu tinggal di kos itu, tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Namun suatu malam, aku terbangun dan merasa ingin kencing. Kulihat jam menunjukkan angka hampir pukul tiga. Segera aku menuju kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, kulihat sebuah bayangan melintas. Ternyata Herny. Kuperhatikan dari belakang, ketika lampu ruang depan memperlihatkan lekuk tubuh samar yang berusaha disembunyikan dengan daster panjang. Tentu saja ia juga memakai jilbab, yang model instan dan berbahan kaus. Ternyata gadis cantik berjilbab itu masuk ke kamar Andri kakaknya. Semula aku tidak curiga apa-apa. Tetapi ketika kulihat dia clingak- clinguk sebelum masuk, membuat aku menjadi curiga.
Pelan-pelan aku mendekati kamar
Andri. Namun semuanya tertutup rapat. Lubang kunci tidak bisa, jendela nako
juga tertutup. Kutempelkan kupingku ke pintu untuk mendengarkan apa yang
terjadi. Tapi tidak terdengar apa-apa. Yang terdengar hanya suara-suara aneh
dari ranjang. Tak lama kemudian terdengar erangan panjang Herny. Cepat-cepat
aku menuju kamarku sambil mengintip lewat jendela nako kamarku. Tak lama
kemudian kulihat gadis berjilbab itu berjalan gontai menuju tangga. Ingin aku
langsung menangkap basah dia, tetapi bisa saja gadis alim itu mengelak, kerena
aku belum melihat sendiri apa yang terjadi. Jadi kubiarkan dia.
Hari-hari berikutnya, aku selalu
bangun di tengah malam, sambil mengamati apakah gadis berjilbab itu lewat lagi.
Ternyata betul, tiga hari kemudian, sekitar pukul tiga, Herny lewat lagi. Kuintip,
ternyata masuk ke kamar kakaknya lagi. Pelan-pelan aku menuju kamar Andri.
Kuambil sebatang lidi yang sudah kupersiapkan dan lewat lubang jendela nako,
kusingkap sedikit kain kordennya. Wow, sungguh pemandangan yang sangat indah…
Tubuh gadis berjilbab itu, yang ternyata terlihat putih mulus dan sempurna,
naik turun di atas tubuh gemuk Andri. Dasternya sudah teronggok di sudut kamar
kakaknya itu. Jilbabnya yang disampirkan ke pundaknya menambah sensasi erotis.
Kontolku langsung berdiri sempurna, kulepas resleting celanaku dan kucocok benda
itu dengan tangan kananku. sementara tangan kiriku tetap memegang lidi. Kulihat
gadis berjilbab itu berganti posisi di bawah. Sementara sang kakak memasukkan
kontolnya dengan mudah ke dalam lubang kenikmatan gadis berjilbab itu dan mulai
menggoyang pinggulnya. Andri mengangkat kedua kaki adiknya ke atas pundaknya
dan mulai mengayuh dengan semangat.
Kocokan tanganku mengikuti irama
kocokan Andri ke dalam memek Herny. Tak lama kemudian terdengar suara lengkuhan
gadis cantik itu sambil mengangkat kepala yang masih terbalut jilbab dan
tangannya merangkul pundak Andri. Tubuh montoknya mengejang dan bergetar hebat.
Melihatnya, nafsuku jadi makin memburu. Terasa lahar panasku akan segera keluar.
Aku kebingungan akan menumpahkannya dimana. Kulihat sekeliling, ternyata hanya
ada sebuah gelas aqua bekas. Segera kusambar dan kumuntahkan spermaku ke dalamnya.
Och... Terasa nikmat sekali.
Tanpa menunggu hasil final
pertandingan kakak beradik itu, segera kurapikan celanaku dan bergegas kembali menuju
kamarku. Kutunggu Herny lewat dengan membiarkan pintuku sedikit terbuka. Benar
saja, tidak lama kemudian gadis berjilbab itu lewat . Kupanggil dia, “Her, coba sini sebentar!” sambil
kupegang tangannya dan kutuntun masuk ke kamarku.
Gadis berjilbab itu nampak sangat terkejut. ”Ada apa sich, mas? Kok pake acara narik-narik tangan
segala?” tanyanya.
”Jangan pura-pura lah… Aku dah
tahu kamu habis ngapain koq.” jawabku.
”Aku gak ngapa-ngapain kok. Aku cuma minta bantuan
mas Andri ngerjain tugasku.” Gadis berjilbab itu mencoba berbohong. Tapi nampak
betul kegelisahannya.
”Emang tugasmu ngeluarin
spermanya ya? Gimana permainan masmu, enak ya? Kulihat badannya doank yang gede,
kontolnya sich kecil. Hehehe... Apa aku mesti bilang sama Papi-Mamimu? Biar kamu
segera dikawinkan dengan masmu sendiri ? Pasti bakalan heboh ya! Anak gadisnya
yang dikira alim dan berjilbab, eee… malah nge-seks sama kakaknya sendiri.” aku
nyerocos sekenanya.
Herny tampak bingung dan
tertunduk. Kali ini gadis berjilbab itu tidak bisa menjawab. Wajahnya yang
sangat ayu dan terlihat lugu mulai membangkitkan konakku.
”Tenang, aku gak bakal bilang
siapa-siapa masalah ini koq. Asal… kamu mau perlakukan aku seperti masmu tadi.” Segera
kutarik tangannya menuju ranjang dan segera kulucuti dasternya. Kusampirkan
jilbabnya ke pundak, karena aku ingin kembali menikmati sensasi yang kemarin
aku rasakan saat mengintip dia bersama kakak kandungnya.
Kucium bibirnya, lehernya yang
tidak tertutup jilbab, dagunya, dan tengkuknya. Sambil tanganku terus
menjelajah dan mencopot tali BH-nya. Terlihatlah gundukan bukit yang masih
kecil dan kencang dengan putingnya yang masih sangat mungil dan kenyal berwarna
coklat muda. Herny berusaha memberi perlawanan namun sangat tak berarti. Desahan kecilnya
membuatku tahu bahwa gadis berjilbab itu mulai terangsang.
Kumainkan putingnya dengan
lidahku sementara tangan kananku meraba susu kirinya, sedang tangan kiriku menyusup
ke dalam celana dalam putih yang ia kenakan. Terasa sangat basah dan licin
disana. Herny berusaha tenang dan
menahan desahan napasnya yang mulai memburu. Gadis berjilbab itu mencoba menunjukkan
bahwa dia tidak terangsang dengan permainanku.
Segera kulucuti pakaianku dan
memintanya melakukan oral. Namun Herny tampak kikuk melayani batang kemaluanku.
Mungkin ia jarang melakukan hal itu. Gadis berjilbab itu hanya menjilatinya
saja. Segera kutekan kedua pipinya yang putih dengan tangan kananku sehingga
rahang dan mulutnya terbuka. Sedang tangan kiriku mencengkeram jilbabnya dan
menuntun mulut gadis berjilbab itu untuk menelan kamaluanku. Och… nikmat sekali
ketika Herny mulai menyedot batang kemaluanku. Jilbab yang masih ia kenakan
menimbulkan sensasi tersendiri.
Kupelorotkan celana dalamnya dan
mulai menggosok clitorisnya dengan agak kasar. Akhirnya Herny tampak tidak
mampu menahan diri lagi. Mulutnya mulai mendesah halus. Tidak sabar ingin
menikmati tubuh indah gadis berjilbab itu, aku langsung mendorong tubuhnya hingga
terlentang dan segera mengambil posisi diatas tubuhnya. Tanpa banyak perlawanan,
kuhujamkan batang zakarku ke dalam lubang memeknya. Dalam sekejam batang kemaluanku
amblas ditelan memeknya, diiringi pekikan tertahan gadis berjilbab itu.
Memeknya terasa basah dan licin. Kunikmati pemandangan yang sangat indah ini
sambil memompa memeknya.
Och, betapa beruntungnya aku
bisa menikmati gadis berjilbab yang cantik dengan tubuh yang begitu indah ini. Tubuh
Herny nyaris sempurna… tanpa cacat. Terlihat ada satu tahi lalat di dekat
puting susu kanannya.
Kubalikkan tubuh gadis berjilbab
itu dan mulai kutusuk dari belakang dengan gaya doggy style. Kedua tanganku
memegang perutnya yang begitu langsing nyaris tanpa lemak. Sesekali aku
merunduk, memeluknya dari belakang sambil memainkan susu dan klitorisnya. Herny
memekik tertahan setiap kali aku terlalu keras memencet puting susunya.
”Ach… ach… ach…” gadis berjilbab
itu mulai meracau ketika aku menggenjot dengan lebih cepat dan kasar. Ternyata
tanpa ia sadari, ia menyukai permainanku yang kasar. Terdengar suara becek dan
plak… plak… plak… suara kulit yang saling beradu. Tubuh kami berdua sudah
banjir peluh. Jilbabnya pun terlihat basah oleh peluh kami. Dengan tak sabar, kubalikkan
kembali tubuhnya, kuangkat kakinya dan kurapatkan kedua kakinya sehingga
kontolku benar-benar terjepit. Kutekan dan kugerakkan pelan-pelan. Herny tampak melotot
kenikmatan.
“Ayo terus… Koh, aduh… Enak
bangeeethh…” ia meracau tanpa sadar. Birahi sudah seratus persen menguasai
tubuhnya. Tak lama kemudian dia mendesis siccch… siccch… occch... Tubuh Herny
mengejang dan melonjak- lonjak. Lubangnya terasa bertambah basah dan batangku
terasa tersiram cairan hangat.
Herny tampak menahan kenikmatan
yang amat sangat dengan menggigit bibih bawahnya. Ekspresinya jadi sangat seksi.
Dia mencoba menahan gerak maju mundurku dengan memeluk erat tubuhku. Tapi aku
yang semakin bernafsu melihat wajah lugunya yang tidak mampu menguasai nafsu
birahi, terus memutar pinggulku. Birahi gadis berjilbab itu memuncak dan
meletup- letup. Tubuhnya berguncang-guncang. Tak lama kemudian cengkramannya
mulai melemas. Setelah dapat mengendalikan diri, dia mulai tenang dan kulihat
dari matanya mengalir setitik air mata. Aku bukannya iba justru semakin bernafsu dan
gerakanku semakin cepat.
Och… pertahananku mulai goyah
dan segera kucabut batang kemaluanku dan sepersepuluh detik kemudian, cret...
cret... cret... muntahlah spermaku diatas perut dan susunya. Tidak terlalu
banyak karena aku sudah keluar tadi.
Sebetulnya aku sangat ingin
mengeluarkan air maniku di dalam memek gadis berjilbab itu, tapi aku khawatir
kalau-kalau dia hamil. Tapi, begini saja aku sudah cukup puas dan lemas. Tak
kuhiraukan tangis kecil gadis berjilbab itu. Terpaksa Herny membersihkan
spermaku dengan celana dalamnya sendiri. Dia lalu mulai merapikan pakaiannya
dan bergegas meninggalkan kamarku.
Paginya aku bangun agak
kesiangan, sekitar jam sepuluhan. Aku
ambil indomie goreng dan turun ke bawah. Sesampainya di dapur, kulihat gadis
berjilbab itu baru mau menuju kamar mandi.
“Loh… Her, kenapa loe koq gak berangkat sekolah?” tanyaku.
Wajahnya langsung memerah dan
segera masuk kamar mandi. Tapi sebelum dia sampai, aku menarik tangannya dan
membisiki telinganya yang tertutup jilbab. “Tadi malem enak khan? Nanti malem
aku minta lagi ya? Kalo enggak, nanti tak laporin ke ortumu, awas!” ancamku.
Wajahnya menegang, tapi dengan
terpaksa ia mengangguk dan berlalu. Aku ingin tertawa menyadari kemenanganku.
Kebetulan malam ini malam minggu.
Teman kosku Arif, Bayu dan Hendro main
di kamarku nonton VCD sambil ngobrol santai. Sementara jam sudah menunjukan
pukul satu lebih. Tapi nich anak-anak belum juga ada rencana keluar dari
kamarku dan tidur. Jam tiga Herny pasti datang. Dan ini bisa mengacaukan
acaraku menikmati tubuh indahnya. Aku berpikir keras untuk mengusir mereka.
Cara halus sudah kujalankan dengan mengatakan aku ngantuk, besok ada acara, gak
enak badan, dsb... tapi mereka tetap saja cuek.
Akhirnya dengan sedikit nekat, aku
pura-pura mendadak berlari ke kamar mandi. Kusodok mulutku dengan jari, dan
beberapa detik kemudian... ”Ooak! Ooak! Ooak!” aku memuntahkan nasi bebek
goreng yang tadi sore kumakan.
Mendengarnya, temen-temen segera
keluar dari kamarku dan menolong mengambilkan air hangat buat berkumur. Mereka
membaringkanku, menggosok tubuhku dengan balsem, menyelimutiku dan mematikan
lampu. Dalam hati, aku melonjak girang. Berhasil! Kena tipu juga mereka semua,
hahaha… Tapi aku juga berpikir, ternyata baik juga teman-teman kosku ini…
Tidak sabar aku menunggu jam tiga,
menunggu kedatangan si sexy Herny. Kuintip suasana diluar sangat sepi. Lampu-lampu
sudah dimatikan. Aku segera mencopot semua pakaian hingga telanjang bulat dan
menutupnya kembali dengan selimut. Jam sudah munujukan jam tiga malam lewat sepuluh
menit, tapi Herny belum juga datang. Aku mulai gelisah. Waktu terasa berjalan begitu
lambat. Hingga jam empat lebih sedikit Herny baru menyelinap masuk. Aku agak
terkejut karena tidak mendengar langkah kakinya. Ternyata dia tidak menggunakan
alas kaki.
Cepat-cepat kutubruk dia dan kugerayangi
tubuhnya. Lagi-lagi dia terpekik tertahan. Ternyata… dia tidak menggunakan apa-apa
dibalik dasternya. Kontolku langsung melonjak kegirangan, berdiri tegap
bagaikan pasukan yang siap tempur.
Segera kulepas dasternya,
kusampirkan jilbabnya dan kucumbu habis puting susunya sambil tanganku
menggosok clitorisnya dengan lembut. Gadis berjilbab itu mendesis-desis
bagaikan ular yang kepedasan. Perlawanannya sudah hilang sama sekali. Ia hanya
terbaring pasrah sambil mendesah-desah menikmati permainan lidah dan jariku.
Aku terus ke bawah dan mulai mengulum kacang kecilnya. Terasa sangat basah dan
sedikit asin. Kulahap semuanya sambil jari telunjukku mulai menyodok-nyodok
lubang kewanitaannya. Aku tak tahan. Segera kubalikkan tubuhku terlentang dan
kutarik tubuh gadis berjilbab itu diatasku. Herny sadar dan mulai mengangkangi
tubuhku, dan dalam sekali sentakan... Slep! Zakarku sudah berada dalam lubang
senggamanya.
“Uachhh…” terasa sangat hangat
dan licin. Herny bergerak sangat liar diatas tubuhku. Gadis berjilbab itu
terlihat sangat bernafsu menyetubuhiku. Mungkin gaya ini sering ia praktekkan
bersama kakaknya, sehingga ia tidak canggung lagi.
Sungguh kenikmatan yang tiada
tara. Bodynya yang putih mulus nyaris sempurna bergerak naik turun begitu
erotis. Jilbab putihnya yang melambai-lambai makin menambah sensasi nikmat yang
kurasakan. Dan memeknya yang begitu nikmat membuat nafsuku membumbung sangat
tinggi. Sungguh begitu menggairahkan. Namun gerakannya yang terlampau liar
membuat rasa yang terlalu luar biasa… hingga pertahananku mulai goyah. Aku
mencoba menahan gerakannya dengan memegang pinggulnya.
Namun tiba-tiba… Kreeeekek! Pintu kamarku terbuka
lebar, dan lampu kamarku dinyalakan. Aku sangat kaget, jantungku terasa
berhenti berdetak. Aku tidak sempat menutupi tubuhku, gerakanku pun terhalang
oleh Herny yang berada diatas tubuhku. Herny hanya memelukku untuk menutupi
tubuhnya, sementara batang kemaluanku masih menancap kokoh di memek gadis
berjilbab itu.
Terlihat Arif, Bayu dan Hendro
masuk ke dalam kamarku. Mukaku langsung pucat pasi.
”Hei, lagi ngapain loe?! Enak aja, ngentot anak
orang!” bentak Hendro.
”Kok berhenti? Ayo terusin! Kita
mau nonton live show nich.” ujar Arif sambil mengunci pintu.
”Apa mau kita teriakin biar
semua bangun? Ayo cepet genjot lagi. Masa cewek secantik gitu gak suka? Pakek
jilbab lagi! Tambah seksi khan?!” ujar Bayu.
Herny tampak agak ketakutan, dan
mulai bergoyang pelan. Kontolku pun mulai kencang kembali.
”Ayo, yang seru donk. Masa
gerakannya kayak gitu doank? Yang erotis donk!” bentak Arif.
Gadis berjilbab itu pun mulai
bertambah liar menaik turunkan pantatnya sambil meliuk-liukan tubuhnya yang
sexy. Tapi
konsentrasiku agak buyar, terganggu oleh tiga makhluk ini.
Herny mulai kecapekan dan
memintaku ganti posisi. Aku segera ambil posisi di atas dan mulai memasukkan
kemaluanku ke lubang kenikmatan gadis berjilbab itu. Kukocok dengan lembut sambil
mengulum puting susunya. Beberapa menit kemudian, Herny mulai mendesah lembut
tanda gelombang kenikmatannya akan segera tiba. Aku pun mulai dapat menikmati
kembali lubang kenikmatan Herny. Ingin rasanya segera kutuntaskan persetubuhan
ini.
Saat itulah, tiba-tiba lubang
kewanitaan Herny terasa berdenyut-denyut. Batang zakarku terasa diremas-remas
lembut.
”A-aku keluuuaaar nich…” Tubuh gadis
berjilbab itu mulai berguncang- guncang. Cairan hangat pun mengalir membasahi
kontolku yang terasa semakin keras.
Kenikmatan tiada tara pun mulai
menjalar di seluruh tubuhku. ”Her, aku juga mau keluar nich…”
Herny hanya menjawab, “He-eh…” Tapi dia yang sedang diterjang kenikmatan, tetap
mencengkram tubuhku.
”Keluarin di dalam ya, Her?”
tanyaku sambil meremas payudaranya.
Herny hanya diam, hingga
akhirnya... Crot! Crot! Crot! Aku tidak dapat menahan lagi puncak kenikmatan
itu. Kumuntahkan spermaku di dalam lubang memeknya tanpa sempat kucabut karena
Herny masih terus mencengkram erat tubuhku. Sungguh nikmat luar biasa. Tubuhku
terasa melambung tinggi ke langit ke tujuh.
Tiba-tiba Bayu membentakku, ”Hei,
cepet jilatin sperma loe di memek si Herny, sampe bersih.”
Dengan perasaan jijik, terpaksa
kujilati spermaku sendiri yang mulai meleleh keluar dari memek Herny. Tubuhku
terasa terhempaskan ke dalam neraka yang paling nista.
Mereka tertawa melihatku. ”Selamat!
Kamu baru saja menjadi anggota kost kita yang baru.” Mereka bertiga menyalami
aku.
”Herny adalah maskot kita. Dia
milik bersama. Siapa saja boleh menikmatinya. Tadi dia telat ke kamarmu karena
kami menidurinya bersama-sama dulu. Makanya tadi lobangnya agak banjir ya, hehehe...”
kata Hendro.
Herny pun hanya tertunduk malu sambil
menutupi tubuh sintalnya yang telanjang dengan seprei.
”Banyak yang bilang kost di sini
mahal, tapi sebetulnya sangat murah sekali, kalo lihat bonusnya secantik dan
sesexy ini, hehehe... Makanya aku betah kost di sini. Aku sudah menikmati tubuh
indah Herny dari sejak dia baru masuk SMA. Ya kan, Her?” ujar Hendro.
”Ingat, hanya kita yang tahu. Jangan sampai kita
tambah anggota lagi, kecuali dia tahu sendiri. Ok?!” Arif mengingatkan.
Aku sungguh tidak mengerti apa yang
mereka bicarakan. Aku baru tahu keesokan harinya ketika aku datang ke kamar
Hendro. Hendro bercerita bahwa dulu pacar Herny ngekost disini juga. Andri
menangkap basah gadis berjilbab itu ketika lagi ngentot. Andri segera mengusir
pacarnya. Andri lalu meminta Herny untuk memuaskan nafsunya dan mengancam akan
memberi tahu papa mamanya kalau tidak mau. Terpaksa gadis berjilbab itu melayani nya.
Hendro yang mengetahui betul kejadian itu semua, mengambil kesempatan
dengan ikut mengancam Herny. Tanpa diduga, ternyata Herny anak yang baik. Gadis
berjilbab itu mau melayaninya demi sekolah dan masa depannya. Sejak itu Herny
menjadi budak nafsu mereka.
***
Tidak lama kemudian, Hendro
lulus kuliah dan terpaksa pulang ke Kediri. Herny masih menjadi budak nafsuku,
Arif dan Bayu. Setelah hampir setahun, akhirnya aku pindah kos karena aku punya
pacar. Aku takut Herny bertindak macam-macam atau temen-temen kosku berbuat
usil sama pacarku.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar