Namaku Lina. Sejak aku kuliah semester
awal, aku telah memutuskan untuk mengenakan busana Muslimah termasuk mengenakan
Jilbab yang menutupi Kepalaku. Meski demikian pakaian tersebut tak mampu
menutupi lekuk liku tubuhku yang indah. Terutama pada bagian dada 34C ku yang
memang sangat menonjol itu.
Jika pada umumnya wanita lain mengenakan busana muslimah dengan ukuran
longgar, aku memilih mengenakan pakaian yang ketat hingga membentuk tubuhku
dengan jelas. Jika pada umumnya wanita lain mengenakan Jilbab yang panjang
hingga sampai ke perut, aku justru memilih Jilbab pendek yang bahkan tidak
sampai menutupi dadaku. Karena terus terang saja, aku memang sangat bangga pada
bentuk dadaku yang besar, montok menggelayut indah. Jika mengenakan BH yang
tepat, dipadu dengan baju yang ketat, maka akan terlihat menonjol dan menantang
sekali.
Pacarku sangat
tergila-gila pada bentuk dadaku. Setiap kali kami bertemu, pasti disempatkannya
untuk mencumbu dadaku. Sementara kedoyananku pada kontol bermula ketika aku
masih duduk di bangku SMA. Saat itu aku hanya berani menyentuh kontol pacarku saja. Menyentuh,
mengelus-elus. Tidak lebih dari itu.
Lagipula ketika SMA itu
pacarku memang tidak pernah menuntut lebih. Dia sudah cukup keenakan hanya
dengan kusentuh-sentuh saja. Bahkan seringkali aku hanya menyentuh kontolnya dari luar celananya.
Namun semuanya berubah ketika aku mulai kuliah di Jakarta. Perkenalanku
dengan cowok-cowok Jakarta yang ternyata penuh pengalaman membuat hidupku
berubah.
Sejak pertama kali pacarku meminta aku mengisap kontolnya, aku langsung
suka. Dan sejak itu aku jadi wanita berjilbab yang doyan kontol.
***
# Sebuah Permulaan
Pagi ini hangatnya mentari yang menerobos jendela kamarku membuatku
terbangun dari tidurku yang lelap setelah semalam memekku luluh lantak dijilat
pacarku.
Masih terbayang bagaimana lidahnya menari-nari di dalam memekku. Masih terbayang juga bagaimana kontolnya memenuhi rongga mulutku sampai muncrat dengan derasnya di dalam mulutku. Saking derasnya sampai-sampai tumpah meleleh membasahi leherku.
Malas-malasan kusingkirkan
selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Kubiarkan angin menerpa tubuh mulusku.
Sambil tanganku meraba-raba bulu memekku yang tipis, aku membayangkan kembali
kejadian-kejadian di masa lalu saat pertama kali aku mengenal kontol.
***
Saat itu aku masih kelas 3 SMA.
Sebenarnya saat itu aku belum boleh pacaran. Tapi mana bisa aku tahan. Maka
dengan diam-diam aku tetap menjalin hubungan dengan teman sekelasku.
Ceritanya waktu itu aku janjian
dengan pacarku mau nonton film di bioskop. Sekitar jam 6.30 sore aku bergegas
pergi tanpa pamit.
Sesampai di bioskop pacarku
menyambut dengan senyum lebarnya. Langsung digandengnya tanganku menuju teater
3 karena pertunjukan sudah hampir dimulai.
Ternyata da memilih tempat duduk paling belakang dan paling ujung. Benar-benar tempat yang strategis dan aman untuk pacaran. Kami pun langsung duduk manis di pojok bioskop ini.
Belum lagi pertunjukan dimulai,
tangannya sudah mulai bergerilya meraba-raba pahaku yang terbungkus rok longgar
dengan potongan agak pendek. Perlahan dia menyentuh lututku yang tidak tertutup rok. Padahal lampu bioskop
belum dimatikan. Tapi kudiamkan saja perbuatannya itu. Karena kulihat di
barisan tempat kami duduk tidak ada penonton lain. Jadi bisa dipastikan tidak
ada yang melihat gerakan jemarinya di lututku.
Mungkin karena merasa tidak ada
penolakan dariku membuat jemarinya semakin berani. Perlahan jari-jemarinya
bergerak ke atas menggeser rokku hingga sedikit tersingkap. Bulu kudukku
lamgsung meremang menerima serangan seperti ini.
Ini adalah pengalaman pertama aku di raba-raba seperti ini. Biasanya pacarku hanya berani menggandeng dan menggenggam tanganku saja. Kejadian ini benar-benar pengalaman pertama buatku.
Perlahan jemari di atas pahaku
semakin bergerak ke atas. Perasaan aneh menyelimuti diriku. Geli… tapi nikmat.
Hingga akhirnya rokku benar-benar tersingkap sampai atas. Dan celana dalamku
pun terpampang dengan jelasnya sementara lampu bioskop masih terang benderang.
Sejenak ada terbersit rasa takut ketahuan. Tapi rasa nikmat mengalahkan pikiran
sehatku. maka kubiarkan saja jemari kasar itu terus bermain-main di atas
pahaku. bahkan kemudian kurasakan jemarinya mulai menyentuh belahan memekku
dari luar celana dalam.
Aku tersentak nikmat. Rasa nikmat yang belum pernah kurasakan.
Sedang kunikmati gesekan
jemarinya di belahan memekku, tiba-tiba lampu padam. Ah, pertunjukan akan
dimulai.
Aku tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar. Langsung kurengkuh wajah pacarku ini. Kucium bibirnya penuh nafsu. Lidahku bermain-main di rongga mulutnya. Saling membelit, melilit, menjilat-jilat dengan liar. Padahal ini adalah ciuman pertama bagiku. Aku hanya mengikuti naluri nafsuku saja.
Menerima perlakuanku yang penuh
nafsu itu membuat dia bertambah semangat. Jemarinya langsung menerobos celana
dalamku. Dan akupun terpekik pelan saat kurasakan jemarinya menyentuh memekku
secara langsung. Perlahan dibukanya belahan memekku sambil mencari-cari
klitorisku. Dan saat benda kecil itu tersentuh, sungguh rasanya seperti
melayang ke langit ke tujuh. Luar biasa nikmatnya. Jika saja aku sedang tidak
di dalam bioskop, aku pasti sudah berteriak histeris penuh nikmat.
Saat kurasakan tangan pacarku
agak terhambat celana dalam, tanpa ragu-ragu segera kupelorotkan celana dalamku
dan kuletakkan celana dalamku itu di kursi sebelah. Lalu kubentangkan kakiku
lebar-lebar agar memekku bebas terhidang dengan lezatnya. Dengan demikian
jemari nikmat itu semakin mudah mengobok-obok memekku yang sudah banjir
bandang.
“Aaaaah… gosok terus, sayaaang…” aku mengerang perlahan takut terdengar penonton lain. kugoyang-goyangkan pinggulku agar jemarinya menyentuh itilku. Setiap kali itilku tersentuh, rasanya seperti ada ribuan jemari yang menggelitik sekujur tubuhku.
Nikmaaaaaat… Oooooh…!!!
Tak cukup sampai disitu, segera
kubuka kancing-kancing kemejaku. Kubuka semuanya sampai tubuh bagian depanku
terbuka bebas. Lalu kubuka kancing BH ku dari belakang. Tak ayal kedua
payudaraku yang berukuran extra itu langsung melompat mencari udara segar.
Kubuka BH-ku lewat kedua
lenganku dan kuletakkan di kursi sebelah bersama CD-ku yang sudah nangkring
duluan. Kini dadaku terpampang dengan indah. Lalu kuremas-remas sendiri
mengimbangi gerak jemari pacarku yang masih asik bermain-main di memekku.
Tak lama kurasakan ada sesuatu
yang mendesak akan meledak dari dalam tubuhku. Seluruh otot ditubuhku mengejang.
Terutama otot memek. Beberapa kedutan kurasakan dengan rasa nikmat yang tak
terkira. “Aaaaaaaah... sayaaaaanggg… enak bangeeeeet…”
Masih tersisa beberapa kedutan
lagi sampai akhirnya tubuhku lemas tak berdaya. Rasanya bagaikan tulang-tulang
di seluruh tubuh ku di lepas satu per satu.
Aku masih terbuai dengan rasa
nikmat yang tiada tara saat kurasakan puting dadaku ada yang mencium. Oooh…
nikmat itu datang lagi. Lalu pacarku berbisik lembut di telingaku. “Lin,
gantian pegang kontolku donk…”
Aku hanya mengangguk sambil
menjawab “Iya…” dengan perlahan. Dalam hatiku muncul rasa penasaran seperti apa
bentuk kontol itu sebenarnya.
Dengan agak terburu-buru kekasihku menurunkan celana berikut celana dalamnya sampai sebatas lutut. Dan terlihat lah benda bulat panjang yang mengacung dengan gagahnya.
Agak ragu kusentuh benda yang katanya bisa bikin enak memek itu.
Melihat aku ragu-ragu, pacarku
langsung menyambar tanganku dan membimbingnya untuk menggenggam kontol besar
itu. Baru sekali itu aku melihat langsung kontol yang sedang ngaceng. Karena
belum mengerti harus bagaimana, aku hanya mengelus-elus perlahan sambil
kubolak-balik memperhatikan bentuknya.
Sedang seru-serunya menggenggam
kontol, tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Aku panik bukan main. Buru-buru
kukancingkan bajuku tanpa sempat memakai BH. Bahkan celana dalam pun belum
sempat kukenakan.
Jadilah aku pulang dengan tanpa
BH tanpa celana dalam…
***
# Ancol Kenangan
Selepas SMA, aku melanjutkan
kuliah ke Jakarta di sebuah perguruan tinggi yang lokasinya dekat dengan Ancol.
Disaat kuliah inilah aku memutuskan untuk memakai busana muslim lengkap dengan
Jilbab yang menutupi kepalaku.
Di bulan ketiga aku kuliah, aku
berkenalan dengan seorang cowok dari fakultas teknik. Wajahnya lumayan ganteng,
tubuh atletis karena memang dia rajin berolah raga. Dadanya bidang tegap dengan
bongkahan pantatnya yang membulat bikin ngences. Doni benar-benar punya bentuk
tubuh yang sangat menjanjikan.
Kencan pertama kami pergi nonton
di bilangan Kelapa Gading. Saat film dimulai, Doni mulai menggenggam jemariku.
Kemudian dia mencium jemariku. Aku menunggu dengan berdebar langkah berikutnya.
Tapi ternyata serangannya hanya sampai di situ saja. Hingga film usai, dia hanya menciumi jemariku tidak lebih. Ah, padahal aku ingin lebih. Ingin rasanya aku memulai, tapi malu juga. Apalagi ini baru kencan pertama. Akhirnya kami pulang tanpa meninggalkan kesan apapun.
Hari-hari berikutnya aku
disibukkan dengan kuliah hingga tidak terlalu sering bertemu dengan dia.
Namun selang 3 hari, kembali Doni mengajakku kencan. Mau makan malam katanya. Akupun langsung menyetujui dan minta dia menjemputku di tempat kostku.
Jam 8 malam dia datang
menjemput, dan kami langsung menuju Ancol dengan mobilnya. Awalnya kami hanya
berputar-putar saja di kawasan ancol. Mungkin karena dia mengira aku belum
pernah ke ancol. Maklum baru 3 bulan di Jakarta.
Akhirnya kami parkir di tempat
yang agak sepi. Sebenarnya aku bingung juga, ngapain ngobrol di mobil. Katanya
mau makan malam. Tapi belum sempat aku bertanya, tiba-tiba dia sudah langsung
mencium bibirku. Ciumannya begitu menghanyutkan membuat aku benar-benar
terlena. Apalagi tangan kanannya langsung meremas dada kiriku dengan lembut. Lalu
tanpa sempat aku menolak, Jilbabku di buka. Aku ingin mencegah, tapi kupikir
pacaran begini pake jilbab, ya malu sama jilbab lah. Maka kubiarkan saja
jilbabku melayang entah kemana.
Perlahan ciumannya berpindah ke
kupingku yang sudah tak tertutup jilbab lagi. Langsung aku gemetar merasakan
geli-geli enak yang luar biasa. Setelah itu lidahnya turun menjilati leherku
yang putih mulus. Aku semakin melayang.
Perlahan tangannya membuka
kancing-kancing bajuku sampai copot semua. Dengan semangat, kemejaku di
kuakkannya hingga terbuka lebar. Lalu tangannya bergerak ke punggungku dan
‘Tasss !’ kancing BH-ku dilepas. Dadaku yang besar langsung melompat indah.
Dengan penuh nafsu dia angkat BH-ku
keatas, dan tampaklah payudaraku yang putih besar dengan putingnya yang sudah
mengacung keras. Sejenak dipandanginya kedua buah dadaku. Lalu perlahan
diusapnya putingku. Dipencet-pencet, dipelintir pelan, ooooh…. rasanya tidak
kuat lagi. Langsung kutarik kepalanya minta diisep.
Rupanya dia mengerti
keinginanku. Langsung lidahnya bermain-main di putting susuku. Ujung pentilku
di sentil-sentil dengan lidahnya. Rasanya bukan main. Enaaakkk sekali…
“Aaaaah... Sayaaaang…. Isep, sayaaang…” tak mampu kutahan kejolak nafsuku. Saat mulutnya melahap dadaku, eranganku semakin menjadi. “Aaaaaaghhhh… terus, sayaaang… isep yang kenceeeng…” Lupa sudah aku dengan Jilbabku. Yang kuinginkan saat ini adalah kenikmatan yang lebih dan lebih …
Celana dalamku rasanya sudah
basah. Maka agar dia langsung menuju memekku yang sudah becek ini, kuangkat
kakiku dan ngangkang selebar-selebarnya. Rok-ku tersingkap sampai perut. CD-ku
terlihat dengan bebasnya. Benar saja. Melihat gayaku seperti itu, tangannya
langsung dimasukkan ke dalam CD-ku.
“Ooooooooogh… iya itu, sayang… mainin yang itu…” aku benar-benar sudah lupa diri. Saat itilku dimainkan, teriakanku semakin menjadi-jadi. Kugoyang-goyangkan pantatku mencari kenikmatan lebih. Kuimbangi gerakan jarinya di memekku dengan goyangan pinggulku.
Sampai akhirnya desakan di
memekku semakin kuat. Otot-otot memekku mengejang, dan... “Oooooooooghhh…
sayaaang… enaaaaaaak!!” Memekku berkedut-kedut beberapa kali. Rasanya sungguh
luar biasa. Bagaikan dilempar ke angkasa, kemudian dihempaskan kembali ke bumi
dengan nikmat.
Aku lemas, tersandar, ngangkang…
Kubiarkan kakiku ngangkang
dengan lebarnya beberapa saat. Sambil kuresapi kenikmatan barusan. Saat kubuka
mataku, tampak senyum lebar pacarku. Langsung kukecup mesra bibirnya. Lalu dia
bangkit dan merebahkan sandaran kursinya. Dia pun terlentang di kursinya, dan
tampaklah kontolnya mengacung dengan gagahnya, Rupanya saat aku terpejam tadi
dia sudah membuka celana berikut CD-nya.
Aku tertegun menatap kontolnya
yang sudah ngaceng itu. Wuiiiih… Gede banget. Tegak berdiri, Urat-uratnya
tampak bertonjolan di sekitar kontolnya. Kepala kontolnya begitu besar seperti
helm tentara. Nafsuku langsung bangkit lagi.
Perlahan kugenggam kontol besar itu. Waaaw, tanganku yang mungil ini hampir tidak cukup menggenggamnya. Kontolnya kuremas-remas, kuusap-usap, seperti yang biasa dulu kulakukan dengan pacarku saat di SMA.
“Diisep donk, say…” kata pacarku tiba-tiba.
Aku terkejut. ”Kok diisep?
kenapa ?”
“Ya biar enak”. jawabnya.
Karena penasaran, kucoba mencium
kepala kontolnya perlahan. Lalu kujilat batang kontolnya dari bawah ke atas. Tapi
dia rupanya belum
puas kalau belum kukulum. Dia minta aku memasukkan kontolnya ke mulutku.
Meski agak jijik, tapi karena memang pengen tau, kumasukkan kontol gede
itu ke
mulutku yang lebar. Kuisap, kepalaku naik turun dengan sendirinya.
Ternyata
enak juga.
Gesekan kontol besar itu di
mulutku menimbulkan sensasi nikmat sendiri. Aku semakin semangat mengelomoh
kontolnya yang luar biasa itu. Sesekali kujilati kepala kontolnya. Lalu lubang
kencingnya kubuka-buka dengan lidahku. Dia sampai merem melek akibat
perbuatanku itu. Kubasahi seluruh batang kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok
dengan kuat pake tangan. Saat kontolnya agak kering, kumasukkan lagi ke mulutku.
Lalu kukocok lagi.
“Iyaaaah… terus, sayang… isep yang kenceng…. Ooohhh...” pacarku benar-benar keenakan. Melihat kondisi pacarku seperti itu, aku semakin bersemangat memberikan kenikmatan padanya.
“Oooogghhh… kamu pinter, sayang… kocok terus, sayaaaang…” rintihnya.
Sampai kurasakan kontolnya semakin membesar, lalu tiba-tiba… “Craaaaattttss…!!!” air maninya menyembur saat kukocok dengan kencang. Aku tak sempat mengelak hingga mukaku terkena muncratan air maninya. Begitu juga leher dan dadaku.
Terus kukocok kontolnya sampai tidak ada lagi air mani yang keluar. Lalu kujilati kontolnya sampai bersih. Tampak pacarku begitu puas. Dan aku juga sangat puas. Pertama kali ngisep kontol dan pertama kali melihat sperma laki-laki.
Sejak itu, aku semakin doyan ngisep kontol. Setiap ada kesempatan aku selalu minta untuk ngisep kontolnya sampai dia muncrat keenakan…
***
# Kontol Sore-Sore
Aku masih bengong sendirian di
kamar. jam baru menunjukkan pukul 4 sore, Sudah seminggu lewat sejak terakhir
aku ngisep kontol. Dan malam ini pacarku mengajakku jalan malam lagi. Ugh…
masih lama. Padahal aku udah kangen banget sama kontolnya. Kangen pengen kuisep-isep lagi.
Sedang aku termenung sendiri,
tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kostku. Dengan agak malas aku membuka
pintu.
Saat pintu terbuka, ternyata
pacarku yang datang lebih awal. Aku terkejut sekaligus senang dengan
kedatangannya. “Kok udah dateng am segini? Aku belom mandi lho…”
Pacarku tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam kamarku. Katanya dia udah kangen. Gak tahan nunggu sampai malam.
Aku senang mendengarnya. Supaya
bisa cepat berangkat, aku pamit mau mandi dulu. Tapi pacarku mencegah. Dia bilang
mandinya nanti aja. Sekarang ngobrol-ngobrol dulu katanya. Lalu dia menutup
pintu kamar. Ups! Cepat-cepat aku cegah. Soalnya di tempat kostku ini kalau ada
tamu cowok boleh aja di bawa ke kamar. Tapi gak boleh tutup pintu.
Pacarku sepertinya kecewa. Untung
aku cepat dapat ide. Segera aku minta pacarku menggeser tempat tidurku ke balik
pintu kamar. Sehingga pintu hanya bisa di buka sepermpat. Dan ruang dibalik
pintu menjadi agak lega dan aman. Kalaupun ada yang masuk, pasti kita yang di dalam
udah tau duluan.
Mendengar itu pacarku langsung
semangat. Dengan badannya yang kekar itu sebentar saja tempat tidurku sudah
berpindah posisi. Dan benar. Posisi di balik pintu benar-benar aman.
Dengan agak tergesa tubuhku di
dorong hingga jatuh telentang di atas tempat tidurku di bagian yang terlindung.
Dan dengan
tergesa juga tiba-tiba dia sudah menindih tubuhku. Bibirku langsung dilumatnya
dengan penuh gairah. Lidah kami langsung saling melilit. Bahkan lidahnya sampai
menggaruk-garuk langit-langit mulutku.
Dengan cepat gairahku naik.
Memekku langsung terasa lembab dan berdenyut minta di jilat.
Ciuman pacarku mulai bergerak dari bibirku bergeser ke kupingku. Daerah paling sensitive yang bisa bikin aku menggelinjang hebat. Kalau bukan karena pintu yang masih terbuka, pasti aku sudah mengerang-ngerang keenakan. Terpaksa aku tahan suaraku agar tidak terdengar dari luar. Benar-benar tersiksa rasanya. Tersiksa dalam penjara kenikmatan birahi yang luar biasa.
Lalu lidahnya meluncur turun ke
leherku. Digigit-gigit kecil leherku, bikin aku tambah kelojotoan. Aku tidak perduli walau
leherku penuh dengan bekas gigitan. Toh kalau keluar aku selalu pakai jilbab.
Gak bakal keliatan.
Sambil terus menjilat leherku,
tangannya mulai menggerayangi dadaku. Diremas-remas begitu benar-benar bikin
aku tidak tahan. “Hhhhhhh… sayaaang…” erangku pelan takut terdengar dari luar.
Kurasakan jemari tangan pacarku mulai bekerja membuka kancing-kancing kemejaku.
Ups! segera kucegah. Aku takut kalau aku sampai telanjang lantas tiba-tiba ada
yang masuk, bisa berabe.
Akhirnya pacarku hanya
meremas-remas dadaku dari luar bajuku saja. Tidak berhenti disitu, tangannya
dengan cepat mengangkat rokku sampai ke perut. Maka memekku yang masih tertutup
CD langsung terhidang dihadapannya. Tidak menunggu lama-lama, jemarinya
langsung menyelinap kebalik CD-ku dan menari-nari di lubang penuh nikmat itu.
Aku benar-benar tidak sanggup lagi bertahan. Tubuhku menggelinjang dan bergetar dengan hebat. Setiap gesekan jemarinya membuat aku melayang-layang tidak karuan. Tiba-tiba tangannya berusaha menarik lepas CD-ku.
“Jangan!” meski sudah dipenuhi birahi, aku masih sempat kuatir jika nanti ada yang masuk secara tiba-tiba.
Untunglah pacarku tidak protes.
“Ya udah, kalo kamu gak mau buka celana, aku aja deh.” katanya sambil langsung
membuka celananya sampai sebatas lutut.
Woooow… aku terbelalak melihat kontolnya yang gede panjang sudah berdiri tegak siap tempur. Belum sempat aku meraih batang kontol besar itu, pacarku sudah menindih tubuhku lagi. Kontolnya yang sudah keras itu di gesek-gesekkannya ke memek aku yang masih tertutup CD.
Ampuuuunnn…. rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Enaknya luar biasa.
Terus saja dia gesek-gesek kontolnya ke memekku. Terkadang malah kepala kontolnya di tusuk-tusukkan ke lobang memekku. Membuat tubuhku semakin bergetar.
Akhirnya aku tak mampu lagi
bertahan. Bagaikan bendungan yang jebol, seluruh hasratku memancar dengan
derasnya. Memekku berkedut-kedut dengan gencarnya. CD-ku basah, benar-benar
banjir. Tubuhku lemas lunglai, kunikmati terjangan gelombang orgasme ini dengan
kaki mengangkang lebar. Nikmaaaaat…
Setelah dilihatnya napasku mulai
teratur, tanganku ditariknya sampai aku terduduk di kasur. Lalu disodorkannya
kontolnya yang besar itu ke mulutku. Aku mengerti keinginannya. Langsung saja kuraih batang enak itu, kuelus-elus
sejenak sebelum kumasukkan ke dalam mulutku.
Aku selalu suka jika batang
kontol besar memenuhi rongga mulutku. Dengan semangat batang kontol itu aku
isap, kujilat, mulutku maju mundur dengan teratur.
Setelah kontolnya basah dan licin, segera kukocok kontol itu dengan tanganku. Kuisap lagi, kocok lagi begitu seterusnya, sampai tiba-tiba tubuh pacarku menegang dan… Craaaaat…!! air maninya memancar seperti pemadam kebakaran. Banyak sekali. Langsung saja kutelan semua air mani itu sambil kubersihkan kontolnya dengan lidahku.
Akhirnya malam itu kami tidak
jadi keluar. Kami lebih suka menghabiskan malam dengan ngobrol di kamarku
sambil sedikit raba-raba. Malah aku masih sempat ngisep kontolnya sampai ngecret
di mulutku sekali lagi.
***
# Sehari Dua Kontol
Hubunganku dengan Doni sudah berjalan hampir setahun. Selama kami
berpacaran, entah sudah berapa kali kontolnya yang besar itu menyemburkan air
maninya di dalam mulutku.
Untunglah aku masih bisa bertahan untuk tidak menyerahkan keperawananku
pada Doni. Betapapun menggairahkannya kontol Doni, namun aku tetap pada prinsip
bahwa perawanku hanya untuk suamiku kelak.
Belakangan frekuensi pertemuan kami semakin berkurang. Terkadang sampai sebulan kami tidak bertemu sama sekali.
Di tengah jarangnya pertemuanku dengan Doni, aku berkenalan dengan Sam,
mahasiswa di kampusku juga. Pemuda asal Padang ini lumayan ganteng. Badannya
juga gak kalah dengan Doni. Malah mungkin bisa dibilang lebih bagus, lebih
berisi.
Hubungan kami dimulai dengan ngobrol di kantin, makan bareng. Hanya di
kampus. Aku belum berani menerima ajakan Sam untuk jalan, karena kuatir ketauan
Doni. Bagaimanapun sampai saat ini statusku masih pacar Doni.
Saat makan siang hari ini, Sam mengajak aku menemaninya besok siang ke
tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar. Semula aku menolak, tapi melihat wajah Sam
yang kecewa, akhirnya aku bersedia.
Begitu juga saat Sam memaksa untuk mengantarkanku ke tempat Kost, aku tidak
menolak. Kupikir toh Doni tidak akan tahu. Dia kan sedang ke Bandung dengan
teman-temannya.
Sesampai di tempat kost, aku sengaja tidak mengajak Sam ke kamarku karena ini adalah kunjungan pertamanya. Dia hanya kuajak ngobrol di ruang tengah yang biasanya dipakai untuk menerima tamu.
Saat ngobrol, Sam mulai berani menyentuh tanganku. Jemariku diremas-remas,
terkadang dikecup lembut. Gairahku mulai terpancing, tapi aku masih menunggu
Sam yang memulai. Untungnya saat ini tempat kost ku sedang sepi.
Sampai akhirnya Sam mencium bibirku. Ciumannya panjang dan lama sekali. Seolah tak mau
berhenti. Tapi kurasakan bahwa Sam belum banyak pengalaman dengan perempuan.
Ciumannya terasa biasa-biasa saja. Saat aku baru akan mulai melayani ciumannya
dengan penuh gairah, Sam malah menghentikan ciumannya. Dia pamit pulang. Aaah…
nanggung banget rasanya…
Saat pulang Sam sempat mengingatkan soal rencana besok ke tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar. Aku katakan untuk bertemu di kampus saja. Aku janji jam 10 pagi sudah bisa meninggalkan kampus.
***
Pagi-pagi sekali aku sudah siap untuk berangkat kuliah. Aku teringat dengan
janjiku dengan Sam jam 10 nanti. Artinya hari ini aku hanya akan mengikuti satu mata
kuliah saja.
Namun betapa terkejutnya aku saat membuka pintu kamar, Doni sudah berdiri
di depan pintu dengan senyumnya yang khas. Tanpa kupersilahkan masuk, Doni
sudah melangkah ke dalam kamarku.
“Eh… ngapain masuk? Yuk berangkat. Aku mau kuliah.” kataku. Tapi Doni hanya senyum-senyum sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
“Lho… kamu gak mau kuliah, Don?” tanyaku. Lagi-lagi Doni hanya tersenyum sambil menarik tanganku sampai aku terjatuh menimpa tubuhnya.
“Aku kangen,” kata Doni singkat dan langsung mencium bibirku. Aku tidak bisa apa-apa selain meladeni ciuman Doni yang memang jago ciuman itu. Perlahan gairahku bangkit. Lumatan lidahnya di dalam rongga mulutku membuat aku melenguh nikmat.
Tapi saat Doni akan membuka jilbabku, cepat-cepat aku menolak. Aku teringat
akan janjiku dengan Sam. Gawat… bisa telat nih. Jadi kupikir, supaya cepat
selesai, lebih baik biar aku saja yang memuaskan Doni. Segera lidahku bermain
di sekujur wajah Doni. Lalu ciumanku turun ke lehernya. Mulai dari leher bagian bawah,
ke jakun sampai dagu kujilati naik turun. Doni tampak mulai keenakan. Kepalanya
sampai mendongak ke atas.
Lalu kubuka kancing baju kemejanya, dan langsung kujilati dadanya yang
bidang bikin ngiler itu. Puting susunya kujilati, kusedot-sedot dan
kusentil-sentil dengan lidahku. Doni mulai mendesah nikmat. Jilatanku turun
lagi sampai ke perutnya yang rata dan kencang. Lubang pusernya kujilati hingga
terlihat perut Doni bergerak karena menahan napas.
Puas menjilati perutnya, kubuka resleting celana Doni. Lalu kuturunkan
celananya berikut CD nya sekaligus. Wooow! kontolnya sudah ngaceng dan keras sekali.
Aku sangat suka dengan kontol Doni. Apalagi sudah sebulan aku tidak bertemu
dengan Kontolnya ini. Langsung saja kontolnya yang besar itu kukulum dan kuisap-isap
dengan kuat. Aku berharap Doni cepat keluar supaya aku tidak terlambat menepati
janjiku dengan Sam.
Namun sepertinya kali ini Doni benar-benar hebat. Sudah hampir 1 jam aku
mengulum kontolnya yang besarnya minta ampun ini. Tapi belum juga ada
tanda-tanda dia mau keluar. Sementara waktu sudah semakin siang. Bisa-bisa aku
terlambat. Sam pasti sudah menungguku.
Kujilati kontol besar panjang itu mulai dari bijinya yang kencang, terus kujilat ke atas sampai kepala kontolnya. Turun lagi sampai ke bijinya. Lalu kubolak balik kontol besar itu. Kujilat bagian atasnya, lalu kujilat bagian bawahnya yang banyak urat-uratnya. Lalu kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku sambil lidahku bermain-main di kepala kontolnya.
Tidak itu saja, aku mengocok kontol Doni dengan mulutku sambil
menghisapnya. Saat mulutku maju dan kontolnya masuk ke dalam mulutku, lidahku
bermain-main di batang kontolnya. Saat mulutku mundur kuhisap kontol Doni
dengan kuat sambil kukeluarkan sampai batas kepala kontolnya.
Gayaku ini tampak membuahkan hasil. Doni mengerang-ngerang keenakan. Lalu kukocok
kontolnya dengan tanganku. Kuhisap lagi, kukocok lagi. Kubasahi kontol Doni
dengan ludahku supaya licin. Kemudian kukocok dengan cepat. Sampai akhirnya
terasa Kontol itu semakin membesar dan semakin keras. Lalu bisa kurasakan ada
kedutan-kedutan di urat-uratnya yang sudah sangat kuhapal. Doni mau keluar. Cepat kumasukkan
kontol itu ke dalam mulutku dan kuhisap
kuat-kuat.
Crooooot… croott... air maninya menyembur ke dalam mulutku. Kutelan
semuanya sambil terus kuisap kontolnya sampai tidak ada lagi tetesan air mani
yang keluar.
Akhirnya… aku lega.
Cepat aku membersihkan diri, merapikan pakaian dan menyemprotkan parfum di
bajuku. Aku takut nanti Sam mencium bau sperma di mulutku. Bisa gawat.
Setelah semuanya rapi, Doni mengantarkanku ke kampus. Doni tidak kuliah.
Mau istirahat di rumah, katanya. Aku lega sekali. Berarti dia tidak akan tahu aku
pergi dengan Sam hari ini.
***
Meski agak terlambat, aku dan Sam tetap pergi ke tempat perkumpulan
Mahasiswa Sumbar sesuai rencana. Ternyata tempatnya berupa mess atau guest
house yang dihuni oleh para mahasiswa asal Sumbar.
Hari ini mess tersebut terlihat sepi. Menurut Sam kalau jam segini memang
biasa sepi. Baru ramai nanti sore menjelang malam. Sam membawaku ke sebuah
kamar dan menguncinya dari dalam. Aku langsung duduk di tepi tempat tidur. Tidak menunggu
lama, Sam langsung menciumku dengan penuh semangat. Tapi seperti kemarin, Sam
hanya menciumku lamaaaa tapi tidak melakukan hal-hal yang lain. Jika kemarin
aku masih ja’im, tidak hari ini. Langsung kudorong tubuh Sam hingga terlentang
di kasur. Kakinya masih menjuntai ke lantai.
Kucium bibir Sam dengan
ganas, lidahnya kubelit dengan lidahku. Sam tampak
gelagapan tidak menduga aku yang pakai jilbab bisa seganas ini. Lalu
bibirku mulai turun menjilati lehernya, kupingnya, kembali lagi ke
lehernya. Lalu kubuka kancing baju kemejanya, dan langsung kujilati
dadanya.
Puting susunya kujilati, kusedot-sedot dan kusentil-sentil dengan
lidahku. Sam semakin kelojotan.
Jilatanku turun lagi sampai ke perutnya yang rata dan kencang. Lubang pusernya kujilati
hingga terlihat perut Sam bergerak-gerak dengan cepat. Lidahku terus
menari-nari di sekitar pusarnya sambil kuusap-usap perut bawahnya. Lalu lidahku
turun lagi sampai ke perut bawahnya. Kemudian kubuka kubuka resleting
celananya. Sam sempat mencegah dengan memegang tanganku erat. Tapi sambil
tersenyum dan menatap matanya, kusingkirkan tangan Sam yang mencegah
perbuatanku.
Celananya kuperosotkan ke bawah. Terlihat gundukan besar di dalam CD nya.
Kuciumi gundukan besar itu. Lalu kuturunkan CD nya menyusul celananya yang
sudah merosot duluan.
Oooowwgh... besarnyaaa…!!! ternyata kontol Sam lebih besar dari kontol Doni. Tidak sabar, langsung aku merosot berjongkok di lantai dan kujilati batang kontol yang luar biasa indahnya itu. biji pelernya kuremas-remas lembut sambil terus kujilati batang kontolnya.
Lalu mulai kumasukkan batang kontol itu ke dalam mulutku. Kuisap-isap, kuemut-emut dan kujilati dengan penuh nafsu.
Namun, mungkin karena ini pengalaman pertama buat Sam, baru sebentar aku
mengisap kontolnya sudah terasa kedutan-kedutan tanda Sam mau muncrat. Cepat
kukeluarkan kontol itu dari mulutku dan kukocok-kocok. Aku belum mau Sam keluar
di mulutku karena ini baru pertama.
Cepat kukocok-kocok kontol Sam sambil aku agak menghindar ke samping. Dan
benar saja, tak lama kemudian Sam berteriak tertahan, dan… Crooooootttt...! air
maninya mucrat dengan derasnya. Muncratannya sampai mengenai dinding kamar
saking kencangnya. Benar-benar kontol perjaka.
Tanganku terus saja bermain-main dengan kontol Sam sampai kontol itu
mengecil kembali. Tapi aku tidak berhenti, terus saja kontol itu aku permainkan. Aku begitu terpesona
dengan kontol Sam sampai rasanya sayang kalau buru-buru dilepaskan.
Aaaghhh… segarnya. Seharian ini aku sudah dapat 2 kontol.
Saat di jalan pulang, dengan mengendarai motor, tanganku tetap masuk ke dalam
celana Sam. Sepanjang jalan aku terus bermain-main dengan kontolnya.
***
# Segarnya Kontolmu Sayang
Sejak kejadian dengan Sam di
Mess Mahasiswa Sumbar, hubunganku dengan Sam semakin dekat. Sementara
hubunganku dengan Doni semakin merenggang. Terus terang, dibanding dengan Doni,
Sam kalah jauh untuk urusan percumbuan. Karena bagaimanapun Doni jauh lebih
jago untuk urusan bercumbu. Jilatan-jilatannya pada dadaku, serta permainan
jarinya di memekku membuatku benar-benar ketagihan. Belum lagi kontolnya yang
besar panjang itu terasa sekali memenuhi rongga mulutku. Aku selalu bernafsu
ingin mengisap kontolnya.
Sementara Sam sangat lugu dan kurang pengalaman. Namun kelembutan Sam mampu membuat aku merasa nyaman berada di dekatnya. Siang ini sepulang kuliah seperti biasa aku membonceng motor Sam menuju Kost-ku. Seperti biasa juga sepanjang jalan tanganku masuk ke dalam celananya sambil meremas-remas kontolnya. Aku suka dengan bentuk kontolnya yang gemuk dan kekar.
Tapi di perjalanan aku sempat
bingung karena ternyata motor Sam tidak menuju ke tempat kostku. Sebenarnya aku
mau protes, tapi akhirnya kubiarkan saja sambil terus menikmati bermain-main
dengan kontol Sam yang sudah semakin menegang.
Ternyata aku dibawa ke rumahnya.
Saat itu rumahnya dalam keadaan sepi. Langsung aku dibawa ke dalam kamarnya.
“Kamu mau minum apa, Lin?” tanya Sam basa-basi.
Aku tau itu sekedar basa-basi
makanya aku menjawab dengan menggoda “Minum kontol kamu aja deh…”
Mendengar jawabanku, Sam langsung mengunci pintu kamarnya, kemudian menubruk tubuhku sampai aku terlentang di tempat tidurnya. Sam mencium bibirku lama sekali. Bibirku di sedot-sedot, berganti-ganti bibir atas dan bibir bawah. Tapi lidahnya sama sekali tidak bermain. Maka aku segera mengambil inisiatif. Kujulurkan lidahku kedalam mulutnya. Kucari lidahnya, kemudian kubelit-belit dengan lidahku. Perlahan namun pasti Sam mulai bisa mengimbangi ciumanku. Lidahnya mulai bisa menari-nari didalam rongga mulutku. Sampai langit-langit mulutkupun di jilatinya. Rasanya cukup membuat aku terangsang.
kemudian tangannya mulai
meremas-remas dada kiriku. Aku langsung menggelinjang nikmat. Sam terus bermain
dengan dadaku dari luar kemejaku. Tidak sabar, aku buka sendiri kancing bajuku
hingga terbuka lebar, Jilbabku kutarik lebih keatas agar dadaku tidak terhalang
meski jilbabnya tidak dibuka.
Melihat keadaanku yang sudah
terhidang, ciuman Sam langsung pindah ke dadaku. Gumpalan dadaku diciumi dengan
penuh nafsu. Terkadang digigit-gigit kecil sampai meninggalkan tanda merah.
Sekali lagi aku merasa tidak
sabar. Sam hanya menciumi bukit dadaku sambil meremas tanpa berusaha membuka
BH-ku. Langsung saja kukeluarkan toketku dari BH dan kusodorkan puting susuku
ke mulutnya seperti ibu yang menyusui bayi. Sam dengan lahap langsung menyedot
puting susuku.
“Ooooh... Saaaam… sedot terus,
sayaaang… sedot yang kenceeeng…” teriakku tak perduli apakah suaraku terdengar
keluar atau tidak. Toh rumah ini sedang sepi.
“Teruuuuss… Saaaam…. sedot teruuuuussss… remes-remes yang kenceng…” pekikanku semakin tidak karuan.
Mendengar eranganku, Sam semakin
bersemangat. Dia menciumi dadaku berganti-ganti yang kiri dan kanan. Saat
mencium dada kiri, Tangannya meremas dada kananku. Sebaliknya saat mencium dada
kanan, tangannya meremas dada kiriku.
Aku benar-benar dibawa ke dunia
kenikmatan yang sangat indah. Sambil terus menikmati ciuman Sam pada dadaku,
kuangkat rokku sampai ke perut. Hingga tampaklah memekku yang masih tertutup
CD. Sudah terasa denyutan di bawah sana minta dicolok.
Kemudian kubuka resleting celana
Sam. Rupanya dia mengerti. Dia segera bangkit dan membuka seluruh pakaiannya
hingga bugil. Terlihatlah kontolnya yang sudah tegang. Begitu besar dengan
urat-urat disekitar batang kontolnya. Setelah itu dia langsung menindih
tubuhku lagi. Kontolnya yang tegang di gesek-gesekkan ke memekku yang masih
tertutup CD. Rasanya sungguh luar biasa.
Sambil tetap menggesek-gesekkan kontolnya, Sam kembali menciumi dadaku. Dengan tubuh agak membungkuk dia terus menyedot puting susuku sambil kontolnya terus maju mundur menggesek-gesek memekku.
Kutarik tangan Sam dan kubawa ke
memekku. Tangannya langsung masuk ke balik CD-ku dan bermain-main disana.
Ketika itilku tersentuh, aku spontan terpekik nikmat. “Oooooowwwgh… Saaaaam….
enaaaaak… enak bangeeet, sayaaaang…” Kugoyang-goyangkan pinggulku mengejar
kenikmatan yang mendera seiring dengan permainan jari-jari Sam di itilku.
Jari-jari Sam terus meluncur naik
turun di memekku. Tekadang dijepitnya memekku dengan jempol dan telunjuknya.
Membuat aku semakin berteriak-teriak histeris. “Addduuuh... Saaaam…. enak
bangeeet… terus, sayaaaang…”
Sementara bibir dan lidah Sam
masih terus saja mengerjai dadaku, membuat aku benar-benar seperti cacing
kepanasan. Menggeliat-geliat nikmat. Kutekan kepala Sam lebih keras lagi ke dadaku. Kujenggut-jenggut rambutnya
menahan kegelian dan kenikmatan yang tiada tara.
Sampai kemudian kedutan di
memekku semakin terasa nyata, dan gelombang kenikmatan seperti mengalir dari
sekujur tubuhku menuju memekku, dan… “Aaaaaaaakhhh... Saaaaam…. aku
nyampeeee….ooooowhg...!!!”
Pancaran kenikmatan menyembur
membasahi memekku. Dan tubuh serasa tersedot menuju lubang yang dalam. Gelap, indah, nikmaaaat…
Setelah mengatur nafas, segera
kudorong tubuh Sam hingga ia terlentang di kasur. Lalu kutindih tubuh bugil
Sam. Kontolnya kududuki sambil kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur
menggesek kontolnya yang besar.
Sam tampak keenakan dengan
perbuatannku. Kulanjutkan dengan menjilati lehernya, kemudian kupingnya. Sam semakin
kelojotan. Napasnya menjadi tidak teratur.
Ciumanku turun ke dadanya.
Puting susunya kujilati. Kugigit-gigit kecil, kemudian kusentil-sentil dengan
lidahku. Kujilati terus dadanya kiri dan kanan. Sementara pantatku terus maju
mundur menggesek-gesek memekku ke kontolnya yang sudah sangat tegang.
Kontolnya yang besar terasa
sekali mengerus belahan memekku meski aku masih mengenakan CD. Walau hanya di gesek-gesek
dari luar, rasanya memekku sudah belah menjadi lebar.
Kemudian lidahku turun lagi
menyusuri tubuh telanjangnya menuju perutnya. Akupun semakinmerosot ke bawah.
Meski sayang kutinggalkan kontolnya dari memekku. Kucium perutnya dan kujilati
sekitar pusarnya dengan melingkar. Lalu lidahku terus turun dan menyentuh ujung
kontol kerasnya.
Kujilati kepala kontol besar
itu. Kujilati lubang kecilnya sambil kubuka-buka lubangnya dengan lidahku. Lalu
kujilati batang kontolnya mulai dari bijinya, naik keatas sampai kepala
kontolnya. Kujilati lagi terus berulang ulang.
Lalu perlahan kumasukkan batang
kontol yang besar itu kedalam mulutku. Kudiamkan sejenak dalam mulutku sambil
lidahku bemain-main mengusap batang kontolnya. Baru kemudian perlahan kutarik
mulutku keatas sampai ujung, kemudian kuturunkan lagi. Lalu kunaikkan lagi
sambil kuisap kuat-kuat. Kuturunkan lagi. Begitu terus, kepalaku naik turun
secara otomatis. Penuhnya rongga mulutku dengan batang kontolnya membuat aku
semakin bernafsu. Memekku sampai basah lagi.
Jika sebelumnya aku membiarkan
Sam muncrat ke tembok, kali ini aku ingin memberi hadiah pada Sam untuk muncrat
di dalam mulutku. Cepat kukocok-kocok kontol Sam dengan tanganku. Jika kering
kukulum lagi kontolnya sampai licin, kemudian kukocok lagi dengan tanganku.
Saat kurasakan denyutan kontol
Sam semakin terasa, buru-buru kontol Sam kumasukkan ke dalam mulutku lagi dan
kuisap kuat-kuat. Sampai akhirnya … Crooooottzz…!!! Air mani Sam muncrat
kedalam mulutku dengan deras dan banyak sekali. Saking banyaknya sampai-sampai
air mani itu tidak bisa kutelan semua dan ada yang meleleh membasahi dagu dan
Jilbabku.
Buru-buru aku lari ke kamar mandi membersihkan jilbabku. Kuatir nanti aromanya tercium saat aku pulang nanti.
***
# Ih, Kecil Banget..
Memasuki Semester akhir,
hubungan cintaku malah berantakan. Sudah 3 bulan aku menjomblo. Artinya sudah 3
bulan aku tidak ketemu kontol.
Seringkali aku membayangkan
saat-saat bercumbu dengan pacar-pacarku dulu. Saat dengan bernafsu kancing
bajuku dilucuti, saat BH ku dibuka dan selanjutnya dadaku diremas-remas dengan
kuat. terbayang bagaimana lidah mereka menjilati puting susuku.
menyentil-nyentil nakal, lalu toketku di hisap dengan gemas. Aaaaah….
nikmatnya.
Kalau sudah begitu biasanya aku
langsung buka baju dan BH ku kemudian rebahan di tempat tidur. Kuremas-remas
sendiri dadaku sambil membayangkan ada tangan lelaki yang meremasnya.
Lalu terbayang saat ada lidah
yang menyusuri tubuhku. Mulai dari dada turun ke perut, berputar-putar di
pusarku, lalu turun lagi menjilati bawah pusarku. teruuuuuss… turun sampai
menyentuh bagian atas memekku.
Oooowgh… tidak tahan langsung
kugosok-gosok sendiri itilku. Daging kecil itupun membesar dan habis kupermainkan
dengan jariku. Kugosok, kujepit, kemudian jariku kugosok naik turun sepanjang belahan
memekku. Banjir sudah memekku. Terasa semakin licin saja.
Pantatkuku goyang-goyang
mengejar kenikmatan yang mulai mendera. Oooooh… aku pengen kontooolll…
Jemariku semakin cepat menggosok-gosok memekku. Pantatku berputar-putar hebat. Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Memekku berdenyut-denyut.
Ah, gila. begitu kangennya aku sama
kontol sampai-sampai aku bisa orgasme hanya dengan masturbasi begini. Terlalu…
***
Pulang kuliah… aku masih tidak
semangat. Masih
terbayang kejadian tadi pagi saat aku masturbasi sebelum berangkat kuliah.
Memekku gatal lagi.
Sedang aku berjalan sambil
melamun jorok, tiba-tiba ada suara orang memanggilku. “Lin, tunggu...”
Aku menoleh mencari arah suara
itu. Terlihat seorang cowok ganteng berlari menghampiriku. Oh, si Sony. Teman
sekelasku. “Ada apa, Son” tanyaku saat Sony sudah berada dihadapanku sambil aku
melanjutkan langkahku.
“Mau pulang bareng gak? Gue anter deh. Kan gue emang selalu lewatin tempat kost kamu.” kata Sony sambil berjalan di sampingku.
Aku katakan pada Sony bahwa
siang ini aku mau ke rumah kakakku di Rawamangun. Gak langsung pulang ke kost.
“Ya gak pa pa. Gue anterin aja sekalian ke Rawamangun. Gimana, mau kan?” sahut Sony semangat.
Kupikir, apa salahnya. Lumayan
irit ongkos. Dan tentunya lebih enak naik mobil dari pada naik bajaj. Lantas
kami segera menuju mobil Sony di tempat parkir.
Di perjalanan berkali-kali
tangan Sony seperti tidak sengaja menyentuh pahaku saat memindahkan gigi
mobilnya. Semula aku ingin bergeser menghindar. Tapi sentuhan-sentuhan kecil
yang seolah tidak sengaja itu justru membawa sensasi tersendiri. Maka bukannya
aku bergeser menjauh, justru aku menggeser mendekat. Sempat aku melirik senyum
Sony yang merasa berhasil menggodaku. Wah gawat. bisa dikira cewek gampangan
nih.
Sesampai di depan rumah aku
langsung turun dari mobil sambil mengucapkan terima kasih. Tapi Sony bukannya
langsung pergi malah mematikan mesin mobilnya dan ikut turun mengikutiku ke depan
pintu rumah.
“Lin, aku boleh mampir ya. ngobrol-ngobrol aja sebentar. Males pulang sekarang.” kata Sony sambil menatap mataku lembut. Aku tidak bisa menolak. Maka kuajak Sony masuk ke rumah.
Seperti biasa, kalau jam segini
pasti rumah kakakku kosong. Maka tanpa perlu mengetuk pintu aku langsung
membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu kubawa di dalam tasku.
“Wah, kamu bawa kunci sendiri. Rumahnya kosong ya, Lin?” tanya Sony.
“Iya. kalo jam segini masih pada kerja. nanti pulangnya menjelang maghrib.”
“Wah, asik donk..”
“Asik apaan! jangan macem-macem deh.” ancamku pada Sony sambil cemberut. Sony hanya tersenyum sambil ikut masuk ke dalam rumah. Tanpa dipersilahkan Sony langsung menghempaskan pantatnya di sofa.
Aku menawarkan Sony untuk minum,
tapi Sony menolak. Katanya mending ngobrol-ngobrol dulu aja. Nanti kalo udah
haus baru minum.
Ternyata enak juga ngobrol dengan Sony. Orangnya humoris, sering membuat aku tertawa. Lama kelamaan obrolan kami mulai nyerempet-nyerempet ke hal-hal yang berbau porno. Entah bagaimana mulanya, tau-tau kami sudah berciuman.
Awalnya hanya kecupan-kecupan
ringan, sampai akhirnya ketika lidah kami mulai saling melilit ciuman tu
berubah menjadi ciuman penuh nafsu yang ganas.
Tangan Sony mulai meremas dadaku
dari luar bajuku. Aku langsung tersentak nikmat. Oooh… sudah 3 bulan dadaku
tidak disentuh lelaki. Aku begitu menginginkannya. Ingin lebih.
Tangan Sony bergerak ingin membuka jilbabku. Segera kutahan. “Son… kita di kamar aja yuk.”
Sony tersenyum girang mendengar
ajakanku. Kamipun bergegas menuju kamar tamu. Sesampai di kamar, Sony menutup
pintu dan langsung mendorong tubuhku ke pintu.
Aku dipepet ke pintu dan bibirnya kembali menyergap bibirku. Ciumannya kali ini benar-benar ganas. Jilbabku dibuka, dan langsung leherku diserang dengan jilatan-jilatan yang membuat aku mengerang.
Lalu tangannya mulai mempereteli
kancing bajuku satu persatu. Bajuku dilempar begitu saja ke lantai. Sony sempat
tertegun memandang dada besarku yang seperti mau melompat keluar dari BH.
Tidak menunggu lama, bibirnya
langsung nyosor menciumi dadaku. Sementara tangannya bergerak ke belakang
mencari kaitan BH-ku. Aku membantu melepas BH dan membuangnya ke lantai.
Sony semakin bernafsu melihat
dadaku yang sudah terhidang bebas di depan wajahnya. Lidahnya pun langsung
menari-nari di pentil susuku. Ugh… nikmatnya. Rasa yang sudah lama tidak
kudapatkan. Kutekan kepala Sony ke dadaku lebih erat lagi. Sony semakin kuat
menyedot pentil susuku. Lalu lidahnya kembali menjalar ke leherku. Lalu bibirku
dicium lagi. Kami ciuman panjang dan lama. Lidah kami saling melilit.
Tak sabar kubuka kancing baju
Sony, lalu kulepas baju itu dan kubuang ke lantai. Kupeluk Tubuh Sony erat hingga
dadaku menempel ketat dengan dadanya. Tangan Sony mengelus punggungku, lalu
turun ke bawah ke arah pinggangku. Terus ke bawah lagi. Bongkahan pantatku di
remas-remasnya. Aku menggelinjang geli. Goyanganku membuat memekku bergesekan
dengan gundukan daging di selangkangannya menambah nikmat percumbuan ini.
Dengan terampil Sony membuka
kancing dan resleting rok panjangku. Dan rok itupun meluncur jatuh di kakiku.
Kini aku berdiri hampir telanjang dengan hanya mengenakan CD ku saja.
Aku tidak mau kalah, kubuka ikat
pinggang celana Sony. Lalu kubuka kancing dan resletingnya. Sony membantu
memerosotkan celana panjangnya. Setelah celananya merosot, kembali Sony
merangkul tubuhku dengan erat. Ciumannya semakin ganas.
Sangat terasa ada yang
mengganjal dan menekan-nekan memekku. Ugh, sepertinya kontol Sony sudah mulai
ngaceng walau belum sepenuhnya. Tapi sudah mulai terasa nikmat gesekannya.
Ciuman Sony meluncur turun ke
leher, lalu turun lagi ke dadaku. Bergantian puting dada kanan dan dada kiriku
di isapnya. “Ooooogh… Sonnn… isep terusssss… iyaaaahhhh...” erangku tak kuasa
menahan nikmat. Rasa kangen akan sentuhan yang telah kutahan selama 3 bulan ini
benar-benar minta di tuntaskan.
Tubuh Sony mulai merosot sambil
terus menjilati tubuhku. Perutku di jilat-jilat. Lidahnya bermain-main di
lubang pusarku. Akhirnya Sony berjongkok, dan wajahnya langsung menghadap
memekku yang masih terbungkus CD. Dengan sekali tarikan meluncurlah CD ku
sampai kaki. Aku membantu mengangkat kaki dan menendang CD ku sampai melayang
entah kemana.
Lalu Sony mengangkat kaki
kananku dan ditumpangkan dibahunya. Akibatnya memekku langsung merekah lebar menganga
di hadapannya. Perlahan lidah Sony menyapu belahan memekku dari bawah ke atas. “Aaaawh! Sonnnn… enaaaaaak, sayaaaanghhh…”
Ini gaya baru. Belum pernah
memekku dijilati sambil berdiri begini. Rasanya luar biasa nikmat.
Kugoyang-goyangkan pantatku maju mundur mengejar lidahnya yang terus
menari-nari di memekku. Terkadang lidahnya terasa menerobos masuk menjilati
pinggiran dinding dalam memekku. Aku semakin bergelinjang tak karuan. Teriakanku semakin
keras menerima rangsangan yang hebat seperti ini.
“Adddduhh, Son.. enak bangeeeet…. Gilaaa… lu pinter banget sih jilat memeknyaaa…”
Sedang nikmat-nikmatnya dijilat,
tiba-tiba Sony menghentikan serangannya dan berdiri. Dia lalu meraih lenganku
dan membimbingku ke tempat tidur. Aku langsung berbaring telentang. Kakiku
kukangkangkan lebar-lebar menanti serangan Sony berikutnya.
Melihat posisiku yang menantang itu Sony sampai terbelalak. Cepat dia memelorotkan CD nya. Tampaklah kontolnya. Kelihatannya belum ngaceng benar. ukurannya belum maksimal.
Sonny langsung menerkam aku.
Tubuhku ditindih, bibirku dicium dengan ganas. Kontolnya di gesek-gesek ke
memek. Sempat kurasakan ujung kontolnya menyeruak belahan memekku.
“Son, jangan dimasukin. Gue masih perawan.” desahku di tengah kenikmatan yang menderu.
Sony agak kaget mendengarnya.
Untung dia mau ngerti. “Iya. Gak gue masukin deh. Tapi nanti bantu keluarin ya…”
Aku menjawab dengan ciuman penuh
nafsu pada bibirnya. Sony bangkit, kali ini langsung nyungsep ke memekku.
Jilatan-jilatannya semakin menggila. Aku tidak tahan lagi.
“Soooonnn… gue keluaaarrrr…” aku kejang. Tubuhku tersentak-sentak bersama dengan kedutan-kedutan yang menyembur di memekku. Sony bukannya berhenti malah terus menjilati memekku dengan ganas. Aku bagai kapas yang ditiup dan melayang-layang. Nikmaaaat…
Sony lantas menindihku lagi dan
mencium bibirku mesra. Lalu tubuhnya bergulir dan tiduran telentang di sampingku.
Aku mengerti yang diinginkannya.
Segera aku bangkit duduk, dan kuraih kontolnya. Kuremas-remas lembut. Kontolnya
belum juga membesar meski sudah sangat keras. Aku sempat bingung. Perasaan tadi
sudah di puncak nafsu. Kok kontolnya masih kecil gini?
Segera kukulum kontol Sony,
kujilat-jilat, kusedot-sedot. Tetap saja kecil. Ah, kayaknya kontolnya memang
kecil nih. Cuma sebesar pisang lampung. Seluruh kontolnya bisa masuk ke mulutku
dengan mudah. Nafsuku langsung hilang… yaaaaah… kecil bangeeeeettt…
Untuk tidak mengecewakan Sony,
kukocok-kocok saja kontolnya dengan tanganku. Kalau kering aku hanya
meludahinya saja. Aku malas memasukkan kontol kecil itu ke mulutku. Tidak ada
sensasi apa-apa. Terlalu longgar.
Tak berapa lama, Sony ngecret.
Langsung saja dia kutinggal ke kamar mandi sambil kubawa semua pakaianku.
Jilatnya pinter sih… tapi kecilnya itu…
***
# Oops!
Petualanganku dengan Sony sempat
berlanjut selama beberapa kali. Tapi aku sudah malas untuk ngisep kontolnya lagi.
Gairahku langsung hilang bila melihat kontolnya yang kecil itu. Jadi aku lebih
suka minta dia menjilat memekku sampai aku selesai, baru kemudian kontolnya
kukocok. Paling hanya kukulum sebentar untuk melicinkan kontolnya saja. Toh
dengan begitupun dia sudah kelojotan. Begitu dia selesai, gairahku selalu
hilang tanpa bekas. Maka biasanya kalau kami bercumbu di rumahku, dia akan
langsung kusuruh pulang dengan berbagai alasan. Atau jika di tempat lain, aku
akan buru-buru minta diantar pulang.
Tak lama berselang kuliahku selesai. Dan selesai juga hubunganku dengan Sony. Beruntung bagiku selesai kuliah tidak pelu repot-repot mencari kerja. Salah satu familyku mengajakku bekerja di perusahaannya yang baru dibangun.
Berhubung kantornya terletak di bilangan
Kebayoran, maka kuputuskan untuk mencari tempat kost di dekat-dekat kantor.
Di kantor ada salah seorang
staff yang usianya terpaut 4 tahun lebih muda dari aku. Penampilan Dodi yang
energik dan humoris membuat aku betah berlama-lama ngobrol dengannya.
Sebenarnya aku sadar setiap kami
ngobrol, mata Dodi seringkali menatap dadaku yang berukuran 34C ini. Dan
menyadari hal itu membuat aku ingin menggodanya dengan sering-sering
membusungkan dadaku. Terkadang aku sengaja mengangkat tanganku tinggi-tinggi
seolah ingin menghilangkan pegal. Padahal maksudnya supaya dadaku semakin
terekspos di depan matanya.
Benar saja, setiap kali aku melakukan gerakan-gerakan seperti itu matanya tak berkedip memandang dada besarku.
Sekali waktu Dodi mengajakku
nonton ke bioskop sepulang kerja. Karena aku juga tidak ada acara, aku pun
menyambut ajakannya. Kami segera menuju kawasan Blok M.
Saat film dimulai, Dodi mulai
menggenggam tanganku. Kubalas dengan genggaman yang lembut sambil jemariku
bermain mengelus jarinya. Karena dilihatnya aku tidak menolak, Dodi melepas
genggaman tangannya dan beralih merangkul pundakku. Akupun segera merebahkan
kepalaku di dadanya.
Terasa bahuku diusap-usap dan terkadang diremas dengan keras. Aku membalas dengan mengusap-usap dadanya, kemudian turun ke perutnya. Lama telapak tanganku berputar-putar di perutnya.
Lalu Dodi mengangkat daguku
dengan tangannya. Saat kepalaku terdongak ke atas dia langsung mencium bibirku.
Bukan ciuman lembut, tapi langsung ciuman penuh nafsu. Ah… dasar anak muda.
Maunya langsung-langsung aja. Aku mengimbangi permainan bibir dan lidahnya.
Perlahan nafsuku mulai bangkit.
Di tengah pergumulan lidah itu
kurasakan tangan Dodi mulai meraba dadaku, Segera kutolak. Ini baru kencan
pertama. Meskipun sebenarnya aku sangat menginginkannya, tapi kupikir aku harus
jaga image dulu di kantor baruku ini. Aku takut Dodi yang masih muda ini akan
membanggakan diri cerita ke teman-teman lainnya. Bisa berabe aku.
Kutepis tangan Dodi sambil aku
melepaskan ciuman dan mencoba konsentrasi pada film yang diputar. Sebenarnya
bukan konsentrasi, tapi aku harus menurunkan nafsuku sendiri yang sebenarnya
sudah mulai bergejolak. Meski terlihat agak kecewa, tapi Dodi tetap merangkul dan mengusap-usap bahuku
sampai film usai.
***
Sejak ciuman di bioskop,
hubunganku dengan Dodi semakin dekat. Mungkin dia menganggap ciuman itu sudah
merupakan tanda bahwa kami resmi pacaran. Padahal bagiku itu tidak lebih dari
sekedar ciuman iseng saja.
Jelang 2 hari kemudian, kembali
Dodi mengajakku nonton bioskop. Kali ini kami kebagian duduk di barisan agak
tengah. Tapi untungnya masih kebagian yang paling pinggir. Jadi tetap bisa
mojok walaupun ada resiko telihat oleh penonton yang duduk di barisan atas.
Dasar anak muda, begitu lampu
padam aku langsung direngkuhnya. Bibirku dilumat dengan penuh nafsu. Dan tidak menunggu
waktu lama tangannya langsung meremas dadaku. Kali ini kudiamkan saja karena
aku juga sudah sangat rindu dengan remasan-remasan pada dadaku.
Perlahan tanganku meluncur dari
dadanya, turun ke perutnya dan akhirnya mendarat di selangkangannya. Terasa
kontol ngacengnya dari balik celananya. Kuremas-remas dan kugosok-gosok kontol
itu dari luar celana. Woooow… besaaaar… Jenis kontol yang kusuka. Kugosok-gosok .dan kuremas-remas
terus kontolnya. Sesekali kuremas biji-bijinya meski hanya dari luar celananya.
Aku begitu bernafsu sampai tidak
menyadari bahwa kancing bajuku telah terbuka semua. Bahkan BH ku telah terlepas
ke atas. Aku begitu terkejut saat tiba-tiba bibir Dodi menyergap putting
susuku. Owwwgh… What ! Aku sudah telanjang dada?!
Aku kaget bercampur takut ada
yang melihat. Soalnya posisi duduk kami sangat tidak aman. Apalagi penonton di
barisan belakang cukup ramai. Cepat aku mendorong kepala Dodi agar menghentikan
aksinya.
Bukannya berhenti, Dodi malah
menyedot puting susuku dengan kuat. Sementara sebelah tangannya meremas susuku
yang sebelah lagi. Aku langsung menggelinjang hebat. Betapapun aku takut dilihat orang, tapi rasa
nikmat yang mendera tubuhku lebih kuat dari rasa takutku. Akhirnya aku hanya sanggup
mengerang pelan sambil kuremas kepala Dodi dan menekannya lebih kuat lagi ke
dadaku.
Ciuman dan jilatan Dodi mulai
turun ke bawah ke arah perutku. Terus turun sampai di bawah pusarku. Aku semakin
kelojotan tidak karuan. Tiba-tiba Dodi membuka resleting celana panjangku dan
menariknya turun besama dengan celana dalamku. Aku bukannya mencegah, malah
kuangkat sedikit pantatku agar Dodi lebih mudah membuka celanaku. Aku sudah
tidak perduli lagi dengan keadaan sekeliling yang mungkin saja ada yang melihat
kelakuan kami berdua ini. Nafsu birahi sudah menutupi akal sehatku.
Celana panjang berikut celana
dalamku meluncur sampai ke mata kakiku. Dodi mengangkat kaki kananku hingga
celanaku terlepas sebelah. Kaki kananku diletakkan pada sandaran kursi hingga
posisiku mengangkang dengan lebar. Kemudian Dodi berjongkok di lantai dan
menghadap memekku secara langsung.
Dengan penuh nafsu Dodi langsung
menjilati memekku dari bawah ke atas. Itilku dijilat dan dipermaikan dengan lidahnya.
Terkadang itilku di sedot dengan kuat. Duniaku sudah gelap. Bahkan suara film
yang sedang diputar pun sudah tidak terdengar lagi. Yang ada hanya rasa
nikmaaaaaat… enaaaaaaaak…
Sampai akhirnya kurasakan
denyutan yang sudah sangat kuhapal. Denyutan yang menyerbu memekku dengan
deras. Tubuhku mengejang, aku mengerang panjang. ”Oooooooooghhhhh…
enaaaaaaaakkkk… aaaaakhhhh…”
Memekku banjir sudah. Aku lemas. Aku terpejam mengangkang menikmati semburan nikmat yang baru saja lewat. Aku tidak perduli dengan keadaanku yang separuh telanjang sambil mengangkang. Sampai tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Oops! Filmnya habis.
Aku panik. Segera kukatupkan
kemejaku menutupi dadaku yang terbuka. Tapi celanaku belum sempat kupakai.
Terpaksa celana panjangku kudorong agak ke bawah tempat duduk. Kuambil tasku dan
kuletakkan diatas pahaku menutupi ketelanjangan bagian bawahku.
Kami tetap duduk menunggu
seluruh penonton pergi. Entahlah apakah para penonton yang melewati tempat
duduk kami menyadari bahwa aku tidak pakai celana. Semoga saja tidak ada yang
sadar.
Setelah seluruh penonton
meninggalkan ruangan, barulah aku mengenakan celana dan merapikan BH serta
kemejaku.
***
# Ke Ancol Lagi
Pengalaman percumbuan di bioskop
bersama Dodi waktu itu adalah yang pertama dan terakhir bagiku. Bukan karena
aku tidak menyukainya. Bukan… Jujur saja pengalaman bercumbu di depan orang banyak begitu menimbulkan sensasi
erotis yang menggairahkan bagiku. Mengingatnya saja bisa membuat memekku basah.
Namun yang membuatku enggan
meneruskan petualangan bersama Dodi adalah sikapnya yang menjadi sangat
protektif terhadap diriku. Dia benar-benar menganggap aku ini sebagai miliknya
yang bisa dikuasai sesuai dengan keinginannya.
Sementara bagiku, Dodi is just another Kontol. Tidak lebih. Dia sudah mulai banyak bertanya jika aku dekat dengan teman pria lain. Atau di lain kesempatan dia mulai mengatur cara aku berpakaian. Dia tidak suka dengan jilbabku yang pendek. Dia meminta aku mengenakan jilbab panjang yang menutupi dadaku. Katanya jilbab yang aku kenakan saat ini justru sangat menonjolkan bentuk dadaku yang besar. Lho… So What ? Memang itu yang kuinginkan.
Atas sikapnya itu aku memutuskan
mulai menjaga jarak dan lebih sering menghindar. Beberapa kali ajakannya untuk
menonton aku tolak. Walau sebenarnya saat dia mengajak aku nonton di bioskop,
langsung terbayang kejadian dimana dia begitu bernafsu menjilat memekku. Ingin
sekali rasanya aku mengulangi kejadian itu.
Namun jika mengingat hidupku yang semakin tidak nyaman, aku kuatkan untuk tetap menolak.
“Kamu kenapa sih, gak pernah mau
lagi jalan sama aku?” tanya Dodi kesal saat aku kembali menolak ajakannya untuk
nonton.
“Gak apa-apa kok. Lagi males aja.” jawabku santai. “Kalau mau jalan, kita makan aja yuk, gak usah nonton” sambungku.
Walau dengan wajah cemberut,
akhirnya Dodi setuju untuk pergi makan malam. Akhirnya kami pergi ke Pondok
Indah.
“Sebenernya ada apa sih, Lin? Belakangan sikap kamu
aneh.” ujar Dodi sambil menunggu makanan pesanan kami datang. Kutatap mata Dodi
lekat-lekat. Aku menimbang-nimbang dalam hati. Kubiarkan saja pertanyaannya, atau aku
berterus terang saja soal perasaanku padanya yang hanya menganggap teman, bukan
pacar.
Kembali Dodi mendesak dengan
pertanyaannya, Kutatap lagi matanya.
“Loe beneran mau tau?” tanyaku sambil menatap matanya tajam.
“Ya iya lah. Gak enak pacaran tapi aneh gini.” jawabnya.
Aku mengambil nafas panjang
sambil mencari kata-kata yang tepat. “Dod, sebelumnya sorry ya. Gue akui loe orangnya
baik, lucu, ganteng. Tapi masalahnya, belakangan gue mulai merasa gak nyaman
karna kayaknya gue udah gak bebas lagi sejak deket sama loe.” aku berusaha
mengucapkan kata-kata itu dengan sangat sopan.
Tapi tak urung Dodi tersentak
kaget. “Gak nyaman gimana maksud kamu, Lin?”
“Ya, belakangan loe udah berani ngatur-ngatur gue, ngatur cara berpakaian gue, ngatur dengan siapa gue bisa berteman, ya gitu deh. Buat gue itu udah bikin gue gak nyaman.” jawabku dengan suara yang kucoba sedatar mungkin.
“Lho… wajar donk, namanya juga orang pacaran...“
“Nah, itu dia masalahnya,“ tukasku memotong ucapannya. “Loe terlalu gegabah menganggap kita pacaran. Sementara gue cuma menganggap loe sebagai teman dekat gue. Gak lebih gak kurang, Dod.”
Dodi tampak terkaget-kaget
mendengar ucapanku. “Cuma teman? Trus, gimana dengan hubungan kita selama ini…”
tanya Dodi seperti tidak bisa menerima ucapanku.
“Hubungan yang mana…” tanyaku belaga bego.
“Ya hubungan kita. Ciuman-ciuman kita… trus … yang di bioskop…”
Aku tersenyum geli melihat Dodi
mencak-mencak begitu. “Dod, ciuman sama loe emang nyaman buat gue. Apalagi
kejadian yang di Bioskop. Jilatan loe emang bener-bener hebat. Gue sampe
menggelapar waktu itu, Dod. Tapi itu kan gak berarti lantas gue jadi pacar loe?
Itu kan hubungan sama-sama enak. Memek gue enak loe jilatin, loe juga dapet
rejeki bebas jilatin memek gue. Kurang apa, Dod? Cukuplah hubungan kita sebatas
itu aja. Jangan berharap lebih lagi. Soalnya menurut gue itu udah lebih banget.
Coba… sampe memek gue aja gue kasih, kurang gimana lagi hayo?!”
Dodi tampak geram mendengar
ucapanku. Lalu dengan suara berat dia lanjut bertanya. “Jadi… bukan cuma aku
yang kamu kasih jilatin memek kamu?”
Aku menatap tajam matanya
mendengan ucapannya yang menurutku cukup kurang ajar. “Itu urusan gue. Loe gak
perlu tau!” ujarku ketus sambil tetap menatap matanya dengan tajam.
“Hah, gak nyangka, Lin. Kamu gak
beda sama perek-perek di jalan. Percuma kamu pake jilbab. Mending telanjang aja
kamu!” Dodi memakiku sambil bangkit dan beranjak meninggalkan aku sendiri di
rumah makan itu.
Aku cukup sakit hati mendengar
ucapannya. Laki-laki! Waktu dia berusaha menelanjangi tubuhku apa pernah dia
berpikir seperti itu. Saat sudah gak dapet memek lagi, langsung pandangannya
berubah. Dasar!
Malam itu aku pulang sendiri.
Hatiku gundah, sedih, sakit… Belum pernah aku dihina seperti ini. Mantan-mantanku
dulu tak pernah menyakitiku seperti ini.
Besoknya aku tidak melihat Dodi
di kantor. Besoknya lagi juga tidak. Hari ketiga dia muncul menghadap HRD dan
mengajukan pengunduran dirinya. Lalu dia pergi tanpa berpamitan denganku.
Meski begitu, tetap saja rasa
sakit hatiku belum bisa hilang. Jika kuingat lagi ucapannya di restoran malam
itu, hatiku benar-benar seperti di sayat-sayat. Untunglah beberapa hari kemudian ada karyawan baru yang ganteng dan bertubuh
atletis. Tidak membutuhkan waktu lama, aku sudah akrab dengan Torik, karyawan
baru tersebut.
Sudah 2 hari berturut-turut kami
makan siang bersama. Bukan itu saja, sudah 2 hari berturut-turut pula aku
diantar pulang dengan mobilnya. Di hari ke 3, bertepatan dengan akhir pekan,
Torik mengajakku jalan-jalan dulu sebelum pulang. Aku setuju saja. Bagaimana
mungkin aku menolak ajakan cowok ganteng seperti Torik. Apalagi badannya juga
bagus sekali, terutama bagian bokongnya yang terlihat begitu kencang.
Ternyata Torik membawa mobilnya
menuju Ancol. Ah… Ancol. Teringat aku pada pengalaman pertamaku ngisep kontol. Di ancol
inilah pertama kali aku belajar ngisep kontol pacarku waktu kuliah dulu.
Torik memarkir mobilnya di
tempat sepi. Sama seperti kejadian dengan pacarku dulu. Membayangkan hal itu aku sudah
panas dingin duluan. Torik memarkir mobil tanpa mematikan mesinnya. Lalu tanpa ba bi bu dia langsung
mencium bibirku. Ah… sudah nafsu rupanya. Aku tidak mau tinggal diam, kuladeni
ciumannya dengan menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Ugh… cepat sekali
birahiku naik.
Kupeluk erat tubuh Torik sambil
kubisikkan kata-kata… “Sayang, pindah ke belakang aja yuk…”
Torik tersenyum penuh semangat
mendengar ajakanku. Tak menunggu lebih lama lagi kami langsung pindah ke kursi
belakang. Begitu sampai di belakang Torik langsung membuka jilbabku. Kemudian
diserangnya leherku yang jenjang dengan jilatan-jilatannya yang membuat aku
menggelinjang birahi.
Tangannya tak tinggal diam,
satu-persatu kancing kemejaku di preteli. Kemudian di lepaskannya kemejaku dan
dilemparkan ke lantai mobil. Setelah itu lidahnya langsung pindah menuju bukit
dadaku yang hampir melompat keluar dari BH ku. Tidak puas menjilati bukit
dadaku, Torik membuka kait BH- ku dan merenggutnya hingga lepas dan terbang
entah kemana. Setelah itu lidahnyapun mendarat di puting susuku yang sudah
tegak mencuat dan keras.
Aku terhenyak nikmat merasakan
sedotan bibirnya pada putting susuku. Aaaaaagh… aku kangeeeennnn sama beginian…
Aku di dorong hingga terlentang
di jok mobilnya. Kemudian jilatannya bergeser menuju perutku. Terus turun lagi
sampai perut bagian bawah… Oghhh… aku tidak tahan. Pasti memekku sudah banjir.
Dengan penuh nafsu Torik membuka
resleting celana panjangku, lalu menarik lepas celana berikut celana dalamku.
Dan bugil lah aku. Kemudian Torik bangkit duduk untuk membuka seluruh
pakaiannya. Dan wooooowww… kontolnya… Besaaaarrr…!
Memekku sampai berdenyut-denyut melihat kontol Torik yang mengangguk-angguk seolah memanggilku untuk menghisapnya. Dengan tidak sabar Torik melebarkan kakiku sampai terpentang ngangkang. Kemudian dia menindih tubuhku. Sepertinya nafsunya sudah sampai di ubun-ubun. Gerakannya begitu bersemangat.
Kurasakan kontolnya mulai
berusaha menerobos lubang memekku. Oh Gawat ! “Sayang, jangan dimasukin! Aku
masih perawan!”
Tapi sepertinya Torik tidak
perduli. Dia mencium bibirku dengan ganas, dan kontolnya terus berusaha
menyodok lubang memekku. “Jangan… oghhh… jangan….. digesek-gesek di luar aja….”
erangku antara menolak dan ingin.
Sodokan kepala kontolnya
benar-benar nikmat. Aku hampir tidak kuasa lagi untuk menolak kenikmatan ini. Ditengah
kebimbangan antara takut kehilangan perawan dan rasa nikmat yang luar biasa,
tiba-tiba…
Creeet… Creeeet… Creeeet… Terasa memekku disiram dengan semburan-semburan hangat dari kontolnya. Aaaah… rupanya Torik begitu bernafsu sampai-sampai sudah keluar sebelum tiba di tujuan. Syukurlah… perawanku selamat.
Cepat kudorong tubuh Torik yang
sudah lemas, kemudian segera kubersihkan air mani Torik dengan tissue yang
sudah tersedia di mobilnya. Buru-buru kupakai celanaku. Soalnya aku tidak yakin
bisa menolak jika nanti Torik minta lagi. Segera aku pindah ke kursi depan
menunggu Torik selesai berpakaian. Aku mengajak Torik segera pulang.
***
# Hampir Saja Perawanku Hilang
“Terima kasih ya, pak.” ujarku
mengakhiri percakapanku di telepon dengan seorang Manager Hotel di kawasan
Sudirman. Karena seringnya perusahaan kami memesan kamar hotel untuk
klien-klien kami dan selama ini aku yang selalu berhubungan dengan pihak Hotel,
maka pihak Hotel memberi hadiah berupa beberapa lembar voucher untuk menginap
gratis di kamar Superior mereka. Lumayan…
Ah… memekku langsung berdenyut
saat membayangkan akan mengajak Torik untuk menggunakan voucher ini. Terbayang
Kontol besar Torik saat kami bercumbu di ancol beberapa hari lalu. Apalagi aku
belum sempat merasakan kontol besarnya secara utuh. Ugh… menbayangkan itu saja
aku sudah tidak sabar ingin ngisep kontolnya.
Seperti dugaanku Torik sangat
bersemangat saat hal itu kusampaikan padanya ketika kami makan siang. “Ya udah ntar malem aja,
Lin.” ucap Torik dengan penuh semangat. Aku tersenyum pengen melihat
semangatnya itu.
“Besok aja deh, malem ini gue musti ke rumah tante gue.”
“Yaah… kelamaan nunggunya, Lin. Udah pengen nih.” ujar Torik dengan wajah kecewa. Aku tertawa melihatnya begitu.
“Sabaaar ah. Besok pagi jemput gue ke tempat kost ya. Kan musti bawa baju ganti.”
“Sip. Pagi-pagi gue jemput.” jawab Torik girang.
“Tapi janji dulu.” ucapku membuat Torik memandangku heran.
“Janji apa?” tanya Torik.
“Jangan dimasukin. Gue masih perawan.”
“Iyaaa.. jangan kuatir.” jawab Torik sambil kembali menyeruput kopinya.
***
Pagi-pagi sekali Torik sudah
menjemputku di tempat kost. Gila, semangat amat. Untung aku sudah menyiapkan
pakaian ganti sejak tadi malam. Jadi bisa langsung berangkat.
Hari ini sepertinya pekerjaan
begitu membosankan, Aku sudah tidak sabar untuk segera menikmati kontol Torik
di hotel nanti. Brengseknya hari ini justru aku banyak pekerjaan.
Sudah pukul 8 malam lewat sedikit saat aku menyelasikan pekerjaanku. Saat aku sampai di lobby, kulihat Torik masih menunggu dengan wajah bosan. Kamipun segera bergegas menuju Sudirman.
Di perjalanan sepertinya Torik
sudah tidak sabar. Tubuhku dirangkul sampai tersandar di perutnya sementara
tangannya terus saja meremas toketku dari balik punggungku.
Aku tidak mau kalah, kuremas-remas kontolnya dari luar celana. Terasa sekali kontol itu sudah begitu tegangnya. Besaaar… keraaaas…
Rupanya Torik benar-benar sudah tidak tahan. Dia membuka sendiri kait ikat pinggang dan menurunkan resleting celananya. Tampaklah kepala kontolnya yang sudah menyembul keluar dari celana dalamnya.
Kusentuh kepala kontol itu dengan jari-jariku. Woow… lebar sekali. Kuturunkan celana dalamnya. Kontol besar itu sampai melompat bergoyang-goyang saat terbebas dari celana dalamnya. Gilaaa… gede bangeeet… Dengan gemas kugenggam batang kontolnya dengan kedua tanganku. Uuuh… sudah pakai dua tangan, tapi kepala kontolnya masih nongol. Panjaaaang…
Hhh.. tak sadar aku mendesah.
Bukan karena toketku yang terus diremas-remas oleh Torik. Tapi karena tak kuat
membayangkan enaknya kontol besar begini.
Kuremas-remas kontol besar itu.
Kukocok dengan lembut. Lalu kuusap-usap kepala kontolnya dengan jari telunjuk
dan jempolku. Tak lama terlihat cairan bening keluar dari lubang di ujung
kontolnya. Bening… tapi kental. Kusapukan cairan itu ke seluruh permukaan kepala
kontolnya.
Kontan Torik tersentak dan
mengerang “Aaaaaghhh…”
Aku sudah tidak sabar ingin mengemut kontol ini. Tapi baru saja aku akan memasukkan kontol itu ke mulutku, Torik sudah menarik tubuhku untuk bangun.
“Udah dulu sayang… kita udah
sampe.”
Aaah… tanggung bener sih… Segera
kurapikan celana Torik dan akupun bangkit duduk dengan manis.
Sesampai di kamar, Torik
benar-benar seperti Tarzan yang mau perang. Begitu pintu di kunci, aku langsung
direngkuhnya dengan ganas. Bibirku dicium dengan bernafsu sekali. Aku sampai
gelagapan sulit bernapas. Jilbabku dibuka dengan terburu-buru. Lalu kembali aku diciumi sambil berdiri.
Leherku dijilat-jilat dan digigit-gigit kecil.
Lalu bajuku dibuka dengan kasar. Saking kasarnya sampai ada kancing yang copot terpental entah kemana. Bajuku dilemparkan begitu saja, dan tidak menunggu lama langsung tangannya menuju punggungku membuka kait BH. Kembali BH itu terlempar. Tidak seperti biasanya, Torik melewatkan Toketku yang sudah tegang. Tangannya langsung meraih kancing dan resleting celana panjangku. Celanaku dipelorotkan berikut dengan celana dalamnya. Oooh… aku langsung bugil dihadapannya.
Kemudian Torik dengan terburu-buru melucuti seluruh pakaiannya sampai sama-sama bugil. Aku masih saja terbelalak menyaksikan kontolnya yang menakjuban itu. Tiba-tiba aku terkaget karena tubuhku digendong dan dibawa ke ranjang. Torik melempar tubuhku begitu saja ke atas ranjang. Owgh… kasar sekali. Tapi aku suka.
Belum hilang kagetku, Torik sudah melompat menindih tubuhku dan langsung menyerang bibirku dengan ganas. Terasa kontol besarnya bergesekan dengan memekku. Oooghhh… enak sekali permainan kasar begini. Aku belum pernah dipelakukan seperti ini. Ternyata sensasinya sungguh beda. Lebih nikmat.
Tiba-tiba Torik bangkit duduk. Kedua belah kakiku diangkat terlipat, sampai dengkulku menyentuh Toket. Aku benar-benar terkangkang dan memekku terekspos dengan bebas di hadapan Torik. Kemudian Torik mulai berusaha memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Oh gawat! Torik pengen ngentot.
“Jangan… Torik! Jangan…” aku benar-benar panik. Kugoyang-goyangkan pantatku menghidari kontolnya yang ingin menerobos ke dalam memekku. Tapi goyanganku justru membuat kontol itu seperti di gesek-gesek kebelahan memek. Dan rasanya luar biasa nikmat. Aku benar-benar dipersimpangan jalan. Kubiarkan kontol itu masuk dan kehilangan perawan, atau biarin aja. Enaaaaak…
Torik terus berusaha memasukkan
kontolnya. Aku semakin panik dan semakin bimbang. Pantatku masih terus
kugoyang-goyangkan. Tapi sepertinya bukan lagi untuk menghindar, melainkan
untuk mendapatkan rasa enak yang semakin menjalar.
Akhirnya kepala kontol Torik mulai menemukan jalan masuk. Goyanganku justru membuat jalannya semakin terbuka. Ooohhhh… gawaaaaat…
Mungkin karena merasa yakin sudah pasti masuk, Torik langsung merebahkan tubuhnya menindihku dan kembali menjilati leherku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, kugigit kupingnya dengan keras. Torik terpekik kesakitan dan tubuhnya merenggang. Langsung kudorong tubuh kekarnya sampai terguling ke samping. Dan lepaslah kontolnya dari memekku.
Sebelum Torik marah, segera kudorong Torik sampai telentang, lalu cepat kutindih tubuhnya. Kucium bibirnya. Kususupkan lidahku ke dalam mulutnya. Untung, Torik tidak jadi marah. Dia membalas lilitan lidahku. Memekku tepat diatas kontolnya. Terasa batang kontol itu sampai membelah memekku. Kugesek-gesek memekku maju mundur mengejar nikmat batang kontolnya. Tiap kali Torik berusaha bergerak ingin menggulingkan tubuhku cepat aku mendekapnya erat sambil tetap menggesek-gesekkan kontolnya ke memekku.
”Owwwgggghhhh… nikmatnya…” memekku semakin basah membuat gesekan memekku di kontolnya semakin licin dan lancar. Terus kugesek sampai kepala kontolnya berkali-kali terasa menyundul klitorisku. Uuuuuaaaagghhh… enaaak bangeeeet…
Cepat sekali birahiku
menyerbu.
Denyutan-denyutan terasa mendera memekku. Tubuhku kejang, dan
ooooggggh…. Aku
orgasme. Terasa ada yang menyembur-nyembur dari dalam memekku. Aku
lemas.
Sungguh rasanya tulangku copot semua. Kudekap erat tubuh Torik. Untung
aku segera tersadar. Jika tidak cepat bertindak, pasti aku akan
diperkosa lagi oleh Torik.
Cepat aku meluncur ke bawah menuju kontolnya. Langsung kumasukkan kontol yang masih belepotan cairan cintaku itu ke dalam mulutku. Kusedot dengan kuat. Torik sampai teriak nikmat merasakan sedotanku. Lalu mulutku mulai naik turun mengocok kontol besarnya. Mulutku sampai terasa penuh menampung batang kontol besar panjang ini.
Saat mulutku naik, kusedot kontolnya dengan kuat sampai kepala kontolnya hampir terlepas. Lalu kuturunkan lagi mulutku. Kuangkat lagi sambil kusedot kuat-kuat. Torik benar-benar kubikin sampai kelojotan dan mengerang-ngerang hebat.
Saat mulutku mulai terasa pegal segera kuludahi kontol itu sampai basah kuyup, lalu ku kocok-kocok dengan tanganku. Begitu kontolnya kering, kulumat lagi kontolnya dengan mulutku sampai pegal. Kuulangi terus berkali-kali.
Sedot…. kocok…. sedot…. kocok….
Memekku sampai gatal lagi. Segera aku rubah posisi dari nungging menjadi telungkup. Memekku kugeser-geser menindih kakinya sampai terasa jempol kakinya menyentuh memekku.
Langsung saja jempol kaki Torik kujadikan pemuas memekku sambil aku terus mengerjai kontolnya dengan mulutku. Uuuughhhh enak banget…. memekku terus kugesek-gesek ke kakinya, sementara mulutku terus bekerja. sedot… kocok… sedot… kocok…
Gelombang orgasmeku kembali menyerbu. Kurapatkan pahaku sambil menjepit jempol kaki Torik. Kusedot kontolnya dengan kuat sambil menikmati gelombang orgasmeku. Sedotanku yang kuat membuat Torik tidak mampu bertahan lagi. Kontonya mendenyut-denyut dan… crooooot… crooot… crooot… air maninya menyembur ke dalam tenggorokanku.
Aku sampai kaget merasakan
kencangnya semburan dari kontol Torik. Air maninya begitu banyak sampai tidak tertampung
dalam mulutku. Sebagian ku telan saja, tapi tidak bisa semuanya. Masih banyak
yang melelh keluar dari bibirku dan mengalir ke dagu dan terus ke leherku.
Aaaaah… segarrr… ngisep kontol memang benar-benar nikmat. Cepat kukenakan jas
mandi yang sudah tersedia di kamar hotel mewah ini.
“Rik, loe pulang aja deh
sekarang.” ujarku pada Torik sambil aku mengumpulkan pakaian Torik dan
kulemparkan ke arahnya.
Torik menangkap pakaiannya dengan terkejut. “Lho, kok pulang? Kan kita mau nginep…“ tanyanya dengan bingung.
“Siapa bilang kita mau nginep. Gue mau nginep sendiri. Bukan nginep bareng.” ucapku sambil berdiri dekat pintu, kuatir Torik menolak aku suruh pulang. Maksudku, jika dia menolak aku akan membuka pintu lebar-lebar hingga terlihat dia masih telanjang.
Torik tampak kesal, tapi melihat
wajahku yang serius akhirnya dia segera mengenakan pakaiannya dan mengangkut
tasnya menuju ke arahku, “Gue gak ngerti sama sekali, Lin. Kenapa cepet sekali
berubah…” ucap Torik dengan wajah kaku.
Aku menghela nafas dan menatapnya lembut. “Sorry, Rik. Gue belom siap tidur bareng. Cuma itu aja. Cukup kayak gini aja. Terima kasih Rik. Tadi itu luar biasa enak. Tapi gue belum bisa lebih dari itu…” ucapku pelan. Aku benar-benar tidak yakin bisa bertahan jika Torik tetap menginap malam ini.
Torik meletakkan tasnya di
lantai dan berusaha menyentuh wajahku. Aku segera mundur sambil menarik pintu
hingga terbuka lebar. Torik menghentikan gerakannya melihat sikapku seperti itu.
“Tapi boleh gak gue jilat memek
loe sebentar. Bentaaar… aja!” memekku langsung berdenyut mendengar permintaannya. Aku
langsung bimbang.
“Tapi disini aja ya. Jangan di kasur.”
jawabku sambil beringsut sedikit berlindung dibalik pintu. Torik menyeringai
girang merasa menang. Cepat dia berjongkok di depan memekku dan menyibakkan jas
mandiku dimana aku tidak mengenakan apa-apa lagi di dalamnya.
Torik langsung mencium memekku. Ooogh... aku tidak tahan. Kuangkat sebelah kakiku dan kutumpangkan di bahunya untuk semakin memudahkan serangan Torik.
Lidahnya langsung menari-nari di celah memekku. Lidahnya menjilat dari bawah ke atas berulang-ulang. Uuuugh… nikmat luar biasa. Orgasmeku mulai mendekati. Aagggh... cepat sekali aku terangsang.
Torik meneruskan serangannya dengan menyedot keras itilku sambil lidahnya menari-nari di seputar itilku. “Oooooggghhhh... iyaaaaah… itu enak bangeeeet..” Aku lupa bahwa pintu terbuka hingga tak sadar berteriak lumayan keras menikmati jilatan Torik.
Akhirnya kedutan-kedutan nikmat itu muncul juga. Kutekan kepala Torik ke arah memekku dengan kuat. Aku kejang… dan… “Oooogghhhh… sayaaanggg… aaaaakh…” memekku berkedut kencang. Aku lemas. Cepat kuraih daun pintu menjaga agar aku tidak jatuh. Kudorong kepala Torik menjauhi memekku,
“Udah.. udah... Rik! Udah…” ujarku sambil terus kudorong kepalanya.
Torik bangkit lalu dia pergi
tanpa pamit lagi. Segera kututup pintu dan kukunci. Lalu kubuka jas mandiku dan
kuhempaskan tubuh telanjangku ke atas kasur empuk hotel ini.
Aku terbaring telentang….
telanjang…. ngangkang….
***
# Perjodohan Yang Nikmat
Aku terbangun dengan tubuh agak
menggigil kedinginan. Uuuh… pantas saja dingin. Aku masih telanjang bulat.
Kuraih jam tanganku yang kuletakkan di meja samping tempat tidur. Ah, masih jam
2 pagi. Aku kembali meringkuk di balik selimut tebal kamar hotel.
Sempat terpikir untuk mengenakan
pakaian. Tapi rasanya malas sekali untuk beranjak dari kasur empuk ini.
Akhirnya aku terus saja meringkuk sambil kuselipkan tanganku diselangkangan
untuk mencari kehangatan. Namun rupanya hal itu malah menimbulkan getar-getar enak
di seputar memekku.
Aaaah… terbayang lagi bagaimana Torik menjilati memekku di depan pintu sebelum dia kuusir tadi. Gila, semalaman tadi sudah orgasme sampai dua kali. Sekali saat kugesek memekku ke kontolnya yang luar biasa besar itu, kemudian saat dia menjilati memekku habis-habisan sambil berdiri di balik pintu.
Membayangkan hal itu menyebabkan
memekku kembali basah. Kugosok-gosok permukaan memekku dengan tanganku yang
masih kuselipkan di antara selangkangan. Aaaah… nikmat. Aku telentang sekarang.
Kubentangkan kaki selebar mungkin, lalu kuraba-raba memekku. Kuusap-usap
bulu-bulu memekku dengan halus, kemudian perlahan jariku bergerak kebawa sampai
hampir menyentuh duburku. Kemudian dengan agak ditekan, kutarik jemariku
menelusuri memekku dari bawah sampai ke itilku. Aaaaaah… enaaaak…
Kugosok lagi memekku ke bawah,
kemudian kutekan dan kutarik lagi ke atas sampai ke itilku. Sungguh nikmat.
Kuulangi terus menerus sambil sebelah tanganku yang lain meremas dadaku
sendiri. Puting toketku sudah sangat tegang berdiri mengacung dan keras.
Kupelintir-pelintir putingku sambil sesekali kuremas dadaku kuat-kuat.
Sementara di bawah sana jemariku terus bermain-main dengan lobang memekku yang
sudah semakin licin.
Kugoyang-goyangkan pinggulku
dengan hebat sambil terus kugosok-gosok memekku mencari kenikmatan yang terus
mendera. Jemariku berhenti sejenak di itilku. Kupermainkan daging kecil itu ke
kiri dan ke kanan. Kucolek-colek, kupencet dengan dua jari. Oooooghhhh…
nikmatnya…
Kubayangkan lidah Torik menyentil-nyentil itilku. Nafsuku semakin menggelora. Ooooowgh…. pengen di jilaaaatttt… Sempat aku menyesal telah mengusir pulang Torik tadi malam. Seandainya tidak kuusir, pasti sekarang kontol besarnya sedang menggesek-gesek memekku. Oh, kontol itu… terbayang besarnya kontol Torik. Terbayang bagaimana kepala kontolnya yang sepert helm tentara itu masuk ke celah memekku dan menyundul-nyundul itilku.
Terbayang batang kontolnya yang
besar dan berurat menggesek-gesek celah memekku. Urat-uratnya begitu terasa
seperti polisi tidur menggerus memekku.
Aku semakin hebat bergoyang,
menggosok-gosok memek, meremas toket sambil terus membayangkan kontol besar
Torik. Dan... aaaaaaahhhhhkkkk… tubuhku kejang… seluruh urat di tubuhku
menegang, memekku berkedut-kedut... seerrrrr… srrrr… denyutan-denyutan kencang
menerpa bersamaan menyemburnya cairan cintaku membasahi relung-relung memekku.
Aku terengah-engah lemas. Tubuhku bagai dihempaskan dari loteng. Aku telentang,
kedua tanganku terentang ke kiri dan kekanan, kakiku mengangkang lebar seperti
kaki kodok. Nikmaaat… dan akupun jatuh tertidur lagi…
***
HP-ku berdering membangunku dari
tidur nikmatku. Kuraih Hp itu dan kubaca nama pemanggilnya. Hhhh… tante Neni?
Mau apa dia pagi-pagi begini?
“Assalamualaikum… “ sapaku dengan suara serak akibat nyawa yang belom kumpul semua.
“Waalaikum salaaam. Ya ampuuuun… Lin, jam segini belum bangun? Gimana sih, anak perawan kok males banget.” Tante Neni yang memang cerwet itu terus saja nyerocos ngomel. Aku hanya mendengarkan saja omelannya dengan malas-malasan. Pada intinya dia memintaku untuk bolos kerja hari ini dan harus sudah ada dirumahnya paling telat pukul 9 pagi. Aku lirik jam tanganku yang ada di meja. Jam 6. Buset, masih pagi bener, Pantes males banget bangun.
“Pokoknya kamu pasti suka deh. Orangnya ganteng, bisnisnya juga udah mapan, dan yang pasti orang tuanya kaya. Kalo kamu bisa kawin sama dia, dijamin hiduo kamu gak bakalan susah.” semangat sekali tante Neni mempromosikan anak temannya yang akan dijodohkan denganku. Huh… Jaman gini, masih musim ya jodoh-jodohin orang.
Tapi agar tidak mengecewakan
tante Neni akupun menyanggupi untuk datang ke rumahnya dengan syarat tante Neni
harus telpon adiknya yang jadi bossku sekarang ini.
Selesai menutup telepon kembali kuhempaskan tubuh telanjangku ke ranjang. Lima menit kemudan barulah aku bangkit. Kusingkapkan selimut tebal yang menutupi tubuh telanjangku, kemudian aku beranjak ke jendela. Kubuka tirai yang menutupi dan Ups! silau sekali saat sinar mentari menyambar mataku yang masih ngantuk.
Kubiarkan sinar mentari pagi
meraba tubuhku. Kurentangkan tanganku tinggi-tinggi dan kunikmati hangatnya
mentari pagi menyusuri seluruh tubuhku, wajahku, leherku, dadaku, perutku, memekku…
lalu... Opss lagi!
Ternyata tirai benar-benar
terbuka, termasuk vitrage tipis yang biasanya menjadi pelapis kedua gorden.
Artinya, tubuhku benar-benar ter-ekspos di depan kaca. dan pastinya akan
terlihat dengan jelas dari luar sana. Kuperhatikan kondisi diuar. Ah, untung
aku ada di lantai 5. Agak sulit orang di bawah sana melihat kemari.
Paling-paling orang-orang di gedung sebelah yang sejajar dengan kamarku. Biarin
deh…
Setelah puas berjemur ringan,
aku segera menuju kamar mandi. Mau mandi tentunya…
***
Aku mampir sebentar ke tempat
kost untuk meletakkan tas pakaianku, baru aku berangkat ke rumah tante Neni.
Bisa bingung dia kalo aku datang kesana sambil bawa-bawa tas pakaian.
Sekitar pukul 10 pagi teman
tante Neni datang. Seorang ibu yang kira-kira seusia dengan tante Neni.
Kelihatan dari dandanannya memang dia berasal dari keluarga berada. Tapi yang
menarik perhatianku adalah cowok ganteng yang datang bersamanya. Gilaaa…
ganteng banget. Putih, tinggi dan tubuhnya atletis.
Celana jeans ketatnya memperlihatkan
paha yang kuat dan bokong yang kencang. Selera gue banget deh, asli bikin
ngences… Setelah basa-basi perkenalan yang membosankan, ibu si Dito, cowok
ganteng itu menyarankan agar kami jalan-jalan dulu malam ini.
Supaya tidak terlalu terlihat
bahwa aku sudah mupeng, aku minta Dito menjemputku ke kantor besok sore saja.
Semuanya setuju dengan usulku. Tante Neni terlihat senang sekali karena aku
sepertinya menyambut perkenalan ini. Ya iya laaah… siapa sih yang bisa nolak
cowok keren kayak gitu.
***
Saat ini waktu sudah menunjukkan
pukul 7 malam. Aku masih saja duduk di lobi kantor sambil membaca majalah yang
baru saja kubeli saat makan siang tadi. Suasana kantor sudah sepi, hanya ada
satpam dan beberapa karyawan yang memang akan kerja lembur.
Malam ini aku menunggu Dito yang
berjanji akan menjemputku pulang kantor sesuai kesepakatan kami kemarin. Tak
lama tampak sebuah sedan memasuki pelataran parkir. Ah, itu pasti Dito. Aku segera bergegas
menghampiri mobil tersebut dan langsung duduk di kursi depan. Dia berseri-seri
melihatku mengenakan pakaian muslim ketat hingga dia bisa melihat lekuk liku
bodyku yang proporsional dan langsung mengundang selera lelaki yang melihatnya.
“Kamu laper gak, kita makan dulu yuk?” ujar Dito.
“Terserah kamu deh, aku ikut aja.” jawabku sambil tersenyum.
Tidak sampai 20 menit kami sudah
memasuki kawasan Senayan, dimana banyak pedagang makanan di pinggir jalan
berjejer dengan tenda-tenda semi permanen. Memang kantorku tidak jauh dari
kawasan Senayan.
Dito memilih parkir yang agak
jauh dari keramaian dan cukup terlindung pepohonan hingga suasananya cenderung
gelap. Didukung kaca mobilnya yang memang gelap, maka bisa dipastikan tidak ada
orang yang dapat melihat ke dalam mobil. Aku tersenyum sendiri menyadari maksud
Dito memilih tempat parkir yang sepi begini.
Seorang pelayan berlari kecil
menghampiri mobil. Dito membuka kaca mobilnya sambil bertanya padaku. “Kamu mau makan apa,
Lin?”
“Minum aja ah, aku belum laper.” jawabku.
“Ya udah, aku juga minum dulu
aja deh.” Dito segera meminta pelayan tersebut untuk membawakan 2 botol soft
drink.
Sepeninggal pelayan, kami
lanjutkan obrolan-obrolan ringan kami. Setelah beberapa lama ngobrol, Dito
menghadapkan tubuhnya ke arahku dan meletakkan tangannya di pahaku. Merinding
aku merasakan gerak jemarinya di atas pahaku.
Tiba-tiba kurasakan bibirnya
sudah menyentuh dahiku, terus menyusur pipiku. Tubuhnya begeser merapat,
bibirku dilumat dengan lembut. Kenikmatan menjalar hangat di sekujur tubuhku.
Sensasi nikmat yang sudah kutunggu sedari tadi. Di tengah gelora nikmat yang
melanda, tiba-tiba terdengar ketukan di kaca mobil.
Kamipun terkejut dan segera
melepaskan ciuman. Ternyata itu adalah pelayan yang datang membawa minuman
pesanan mereka. Dito segera mengambil minuman tersebut dan menutup kaca
mobilnya kembali. Sepertinya Dito sudah tidak perduli lagi dengan minuman yang
dipesannya karena botol minuman itu langsung diletakkan begitu saja di lantai
mobil.
Selanjutnya tanpa dikomando
kembali kami berpagutan. Kali ini ciuman Dito bukan lagi ciuman mesra, namun
sudah berubah menjadi ciuman-ciuman panas.
Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangannya meremas lembut toketku yang masih terhalang baju muslim dan terbungkus BH. Ooooh… aku merasa sudah tidak kuat menahan gejolak nafasku, padahal baru awal pemanasan.
Perlahan jemari Dito mulai
menjalar ke arah perutku. Dan terus turun hingga pinggulku. Diremas-remasnya
pinggulku dengan gemas sambil bibirnya terus menciumi bibirku. Desahanku
semakin kuat apalagi saat kurasakan jemari Dito mulai membelai-belai pahaku
yang masih tertutup celana panjang.
“Kita pindah ke belakang yuk,”
bisik Dito tiba-tiba. Aku hanya mengangguk pelan dan langsung beranjak
mengikuti Dito pindah ke kursi belakang.
Di kursi belakang Dito
menerkamku dengan lebih ganas. ciumannya semakin gencar menyerang. Lidahnya
menari-nari dirongga mulutku. Bibirnya meneruskan jelajahannya, sambil
tangannya melepas satu persatu kancing baju muslimku. Maka tampaklah bulatan
dadaku yang putih tertutup BH hitamku. Tangan Dito langsung meremas toketku dan
menyelusup kebalik BH ku. Pentil toketku dipermainkan membuatku semakin
menggelinjang. Kemudian tangannya menjalar kepunggungku dan melepas kaitan BH-ku hingga
toketku terbebas dan semakin mudah untuk diremas.
Lalu aku direbahkan hingga
terbaring telentang di kursi belakang mobil ini. BH ku diangkat hingga kedua
toketku benar-benar terhidang dengan bebas. Bibirnya langsung menelusur di
permukaan kulitku.
Dari mulai pentil kiriku
tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang
seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan
memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, nafsuku makin berkobar karena
elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. Menyentuh memekku
yang pasti sudah basah sekali.
Lama hal itu dilakukannya sampai
akhirnya dia kemudian membuka ristsluiting celanaku dan menarik celanaku ke
bawah terus melewati kakik kemudian teonggok di lantai mobil. Tinggalah CD miniku
yang tipis. Dibelainya celah memekku dengan perlahan. Sesekali jarinya
menyentuh itilku. Ketika benda itu dielus pahaku otomatis mengangkang agar dia
bisa mengakses daerah memekku dengan leluasa. Bergetar semua rasanya tubuhku,
kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya. Aku mengangkat pantatku agar dia
bisa melepas pembungkus memekku dengan leluasa.
Jadilah aku wanita muslimah
berjilbab dengan baju bagian depan terbuka memperlihatkan toket besar menantang
dan kaki mengangkang mempertontonkan memek telanjangku.
Dito mengangkat kakiku hingga
terpentang tinggi. Jarinya mulai sengaja memainkan itil-ku. Oh, nikmatnya... bibirnya terus
bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus
menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini diciumnya
jembutku yang tipis dan aku rasakan bibir memekku dibuka dengan dua jari. Dan
akhirnya kembali memekku dibuat mainan oleh bibirnya, kadang bibirnya dihisap,
kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di
antara kedua bibir memekku sambil menghisap itilku. Dia benar-benar mahir memainkan
memekku.
Hanya dalam beberapa menit aku
benar-benar tak tahan. Dan.. Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak
sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan itilku dengan mulutnya,
kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu memekku, rasanya belum puas dia
memainkan memekku hingga nafsuku bangkit kembali dengan cepat. Kubuka pahaku
lebih lebar lagi untuk menggapai kenikmatan lebih dalam.
Dito kemudian membuka celananya.
Aku terkejut melihat kontolnya yang besar dan panjang nongol dari bagian atas
CD-nya, gak kebayang ada kontol sebesar itu. Kemudian dia juga melepas CD-nya.
Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap.
Kontolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir
menempel ke perut.
Dan saat dia pelan-pelan
menggesek-gesekan kontolnya di memekku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya
tidak sabar memekku menunggu kontol extra gede itu. Aku pejamkan mata.
Kurasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kontolnya. Sebentar
diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memekku terdesak
menyamping. Ohh, benar-benar kurasakan penuh dan sesak liang memekku dimasuki
kontolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Gesekan demi gesekan
kurasakan memenuhi memekku. Kepala kontol besar itu bergerak ke atas menyentuh
klitorisku, turun lagi ke bawah berkali-kali.
Aku mendesah tertahan karena
rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus… Dan tangannya tak henti-henti
meremas-remas toketku. Konsentrasi kenikmatanku tetap pada kontol besar yang terus saja di
gesek-gesekan ke bagian dalam memekku. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat tak
berujung. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar-benar
merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kontol besar itu. Maka hanya
dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin
hanyut. Maka makin gencar remasan tangannya di toketku.
Dengan kontolnya dipepetnya itil-ku
sambil digoyang-goyangkan, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku
mencengkeram kuat-kuat sekenanya. Memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram
kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang tiada tara. Ohh, aku benar benar
menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali
kenikmatan dan kenikmatan.
“Ditooooo… aku nyampeeeee…” Aku
sendiri terkejut atas teriakkan kuatku.
Setelah selesai, pelan pelan
tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif
singkat, namun terasa nyaman sekali. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku
lembut sekali, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan.
Kemudian perlahan Dito bangkit
dan jongkok di samping kepalaku. Ketika menengadah kulihat kontolnya telah
berada persis di depanku. Kuremas kontolnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup
ujung kepala kontolnya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati
kepala kontolnya. Dia makin menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan
permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh.
Kurasakan agak sulit ngisep
kontol dengan posisi seperti ini. Aku segera bangkit duduk dan kuminta Dito
gantian berbaring di kursi. Lalu aku yang gantian jongkok di lantai sambil
menghadap kontolnya yang sudah tegak itu. Kusedot-sedot kontol besanya dengan semangat. Kukeluarkan segala kemampuan ngisepku.
Sesekali kujilati batang kontolnya dari bawah sampai ke kepala kontolnya.
Lidahku menyusuri batang kontol yang putih bersih itu terus menerus. Sempat
kujilati kedua biji pelernya. Bahan biki peler itu kumasukkan ke dalam mulutku
sambil kuhisap bergantian. Hisap yang kiri, hisap yang kanan, lalu lidahku
menjilati batangnya dari batas lubang pantatnya ke biji, ke pangkal batang,
batang terus sampai ke kepala kontolnya. Kumasukkan kepala kontolnya ke mulutku
sedikit, sambil lidahku berputar-putar menjilati kepala kontolnya. Lalu lidahku
menjilati lubang kencingnya. Kubuka-buka lubang kencing itu dengan lidahku.
Dito sampai terkejang-kejang saat lubang kencingnya kupermainkan.
Lalu kumasukkan seluruh batang
kontol itu ke mulutku. Huaaah… hampir sampai ke tenggorokan. Enak sekali ngisep
kontol besar begini. Kunaik-turunkan mulutku di sepanjang kontolnya. lalu
kubasahi kepala kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok-kocok dengan
taganku. Lalu kumasukkan lagi ke dalam mulutku dan kuhisap-hisap dengan nikmat.
Tiba-tiba tangannya
meremas-remas pundakku dengan kuat. Kurasakan kontolnya semakin besar dan penuh
dalam mulutku. Tubuhnya mengejang dan menggelepar, wajahnya menengadah. Satu
tangannya mencengkeram kepalaku yang masih tertutup jilbab dan satunya meremas
pundakku. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam mulutku,
menyembur berulang kali.
Oh, terasa banyak sekali peju
kental dan hangat menyembur dan memenuhi mulutku, hangat sekali dan terasa
sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat.
Langsung kutelan semua cairan nikmat itu tanpa bersisa. Setelah selesai, dia
memiringkan tubuhnya dan tangannya meraih wajahku hingga mendekati wajahnya.
Tangannya meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan
perlakuannya terhadapku.
“Lin, kamu luar biasa, memekmu
licin, isepanmu nikmatnya bukan main.” Aku tersenyum bahagia mendengarnya
sambil terus kugenggam kontolnya yang mulai mengecil.
Dia memang sangat pandai
memperlakukan wanita. Dia tidak langsung bangkit merapihkan pakaian, tapi malah
mengajak mengobrol sembari kontolnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia
menciumku, membelai wajahku dan paling suka membelai toketku. Setelah cukup
mengobrol dan saling membelai, dia menciumku lembut sekali. Benar benar aku
terbuai dengan perlakuannya.
Hari-hari selanjutnya kejadian
ini selalu kami ulangi dan ulangi lagi. Aku semakin suka dengan kontolnya yang besar dan
panjang itu.
***
# Mandi Bareng Yang Nikmat
Sejak kuusir dari kamar Hotel
beberapa waktu lalu, Torik semakin menjauhiku. Jika bukan untuk urusan kerja,
dia tidak pernah lagi menegurku. Bahkan jika memungkinkan untuk urusan kerjapun
dia hanya menitipkan dengan rekan kerjaku. Kecuali untuk pengambilan uang tunai
yang memang harus menhadap aku secara langsung.
Apalagi sejak dia mengetahui aku
mulai sering jalan bareng Dito. Bisa dikatakan hubunganku dengan Torik usai
sudah. Bagiku tidak menjadi masalah. Karena hubunganku dengan Dito jelas jauh
lebih menjanjikan.
Sejak aku resmi pacaran dengan Dito yang dideklarasikan saat air maninya menyembur di dalam mulutku di parkiran mobil Senayan beberapa hari lalu, gaya berpakaianku berubah total. Jika biasanya aku selalu mengenakan gaun muslim ketat dengan resleting di bagian punggung hingga bagian depan tubuhku benar-benar tercetak dengan jelas, kini aku selalu mengenakan busana dengan kancing-kancing yang banyak di bagian depan. Begitu juga dengan bagian bawahnya. Biasanya aku selalu mengenakan celana panjang, kini aku selalu mengenakan rok panjang.
Hal itu kulakukan atas
permintaan Dito. Dia lebih suka aku mengenakan rok dan busana muslim berkancing depan. Bagiku
tidak masalah, toh semua pakaian itu Dito yang membelikan.
Alasannya aku terlihat lebih anggun jika mengenakan busana seperti itu. Padahal aku tahu pasti alasan sebenarnya. Busana dengan kancing depan, tentunya supaya mudah dipreteli. Dan rok panjang, tentunya supaya mudah diangkat tanpa harus diplorotin seperti jika aku mengenakan celana panjang.
Apalagi sekarang ini jika kami
akan kencan di tempat parkir Senayan yang sudah menjadi lokasi tetap kami itu,
Dito selalu meminta aku untuk tidak mengenakan BH dan celana dalam. Dia selalu
memeriksa kondisi ini ketika menjemputku di kantor. Begitu aku duduk di
mobilnya, dia langsung meraba toket dan memekku. Jika ternyata aku masih
mengenakan pakaian dalam, pasti aku disuruh turun lagi untuk segera melepasnya
di toilet kantor.
Pernah usai kencan di mobil
sampai dia ngecret di mulutku seperti biasanya, kami lanjut jalan-jalan ke
Plaza Senayan. Padahal saat itu aku tidak mengenakan pakaian dalam karena Dito
tidak mengijinkan aku mengenakannya. Jadilah aku jalan-jalan di sepanjang mall
tanpa pakaian dalam. Selama jalan-jalan itu Dito tidak pernah lepas merangkul
pinggangku sambil sesekali meremas pantatku yang telanjang di bagian dalamnya.
Dengan Dito memang aku cenderung
jadi penurut. Bukan hanya karena Dito begitu royal dalam memberi hadiah
termasuk HP terbaru yang saat ini aku gunakan. Tapi mungkin karena aku sudah
yakin bahwa Dito akan menikahiku mengingat hubungan ini memang diawali oleh
niat kedua belah pihak keluarga untuk menjodohkan kami. Aku suah sering dibawa
berkunjung ke rumahnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, atau hanya
sekedar silaturahmi saja.
Seperti hari ini, dimana aku
menghabiskan hari mingguku di rumah orang tua Dito sejak jam 8 pagi tadi.
Bahkan untuk datang ke rumah orang tua Dito kali ini aku tidak perlu janjian
dengan Dito, dan tidak perlu di jemput. Aku bisa datang sendiri.
Saat aku tiba dirumah orang tua
dito di kawasan kemayoran, aku hanya diterima oleh ibunya. Sementara Dito
sendiri masih tidur di kamarnya. Sebenarnya ibunda Dito mempersilahkan aku untuk membangunkan Dito di kamarnya.
Tapi aku menolak karena rasa tidak enak dan tentunya jaga image sebagai calon
menantu solehah, hahaha..
Setelah ngobrol-ngobrol
sebentar, ternyata ibu dan ayah Dito harus pergi berbelanja beberapa keperluan.
Aku sempat kecewa dan segera pamit pulang.
Tapi mereka mencegah, malah
menyuruhku untuk jangan pulang dulu sampai mereka kembali dari berbelanja
nanti. Katanya aku harus bantu mereka merias beberapa kado untuk pernikahan
sahabat mereka.
“Emang belanjanya di mana, Bu?”
tanyaku ingin tahu kira-kira berapa lama mereka meninggalkan rumah.
“Pondok Indah. Soalnya waktu itu udah coba cari di Senen sama di Kelapa Gading gak ada. Temen ibu bilang sih di Pondok Indah ada. Ya udah, mending yang pasti-pasti ajalah,”
Wah, kemayoran – pondok indah
kan jauh. Berarti mereka bakalan lama banget baru pulang. Langsung pikiran
jorokku melintas.
“Ya udah, Lin, kita pergi dulu
ya. Tolong jagain rumah ya, Lin, pintunya di kunci aja.” Aku hanya mengangguk.
Pastilah pintunya akan aku kunci. Supaya kalau mereka kembali aku sempat pake
baju dulu.
Begitu mobil mereka hilang dari
pandanganku, langsung kukunci pintu. Kemudian aku segera berjalan menuju kamar
Dito. Kubuka pintu kamar Dito pelan-pelan karena tidak ingin membangunkan Dito.
Di dalam kamar yang luas ini
kulihat Dito tergeletak di kasurnya bertelanjang dada dengan selimut yang hanya
menutupi pinggang ke bawah. Kututup pintu pelan-pelan, langsung kubuka seluruh pakaianku sampai aku
telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi. Kemudian aku langsung rebah
disamping Dito, dan kukecup bibir Dito lembut. Dito hanya menggeliat kecil saat
kukecup bibirnya. Kembali bibirnya kukecup pelan sambil tanganku mengusap-usap
perutnya.
Perlahan Dito membuka matanya,
dan terkejut melihat aku sudah berbaring bugil di sampingnya. “Eh, kamu kok
telanjang di sini, nanti ketahuan ibu gimana?” sergah Dito sedikit panik.
“Tenang aja. Semuanya pergi ke Pondok Indah. Rumah sepi kok. Cuma ada pembantu. Mereka gak akan ngadu kan?” jawabku sambil menindih tubuh Dito dan mengeser-geser putting dadaku ke dadanya.
Dito tersenyum sambil merangkul
tubuhku dan tangannya meremas pantatku. Kemudian aku digulingkan ke samping
hingga aku terbaring telentang. Kemudian gantian Dito yang menindih tubuhku.
Dia langsung menyerbu bibirku dengan penuh nafsu.
“Iiih… jorok ah. Belom sikat gigi. Mandi dulu gih sana.” teriakku sambil meronta centil menghindari ciuman-ciumannya.
“Mandiin…” rengek Dito manja.
“Manja deh…” tapi aku tidak
menolak.
Kami segera bangkit dari tempat
tidur. Aku keluar dari kamar Dito menuju kamar mandi sambil tetap dalam keadaan
telanjang bulat. Aku yakin jika pembantu Dito melihatpun tidak akan berani
bicara apa-apa pada keluarga Dito.
Di dalam kamar mandi aku
langsung menelanjangi Dito yang tinggal memakai celana pendek. Kutarik
celananya sambil aku berjongkok di depannya. Kontolnya hampir menampar mukaku
saat celana dalamnya kupeloroti. Terlihat kontolnya sudah mulai ngaceng walau
belum terlalu keras. Arahnya masih tegak lurus menunjuk mukaku. Belum sampai
tegak berdiri. Biasanya kalau sudah ngaceng maksimal, pasti kontolnya akan
tegak ke atas. Bukan menunjuk ke mukaku seperti sekarang ini.
Kugenggam pelan kontol Dito
sambil kemudian kekocok-kocok pelan. Lalu kukecup ujung kepala kontolnya sambil
aku bangkit berdiri. “Ayo, mandi dulu” bisikku seraya mengecup bibir Dito
pelan.
Dito segera berbalik menuju
Washtafel dan mulai menggosok giginya. Selama Dito menggosok gigi, aku
menempelkan tubuhku dari belakang. Kutekan-tekan dadaku ke punggungnya,
sementara kedua tanganku bermain-main dengan kontol besarnya. Batang kontolnya
kukocok-kocok pelan dan biji pelernya kuremas-remas lembut. Saat Dito
membungkuk untuk berkumur, aku meremas biji pelernya dari belakang pantatnya.
Selesai berkumur, Dito langsung mendekap tubuhku dan mengecup bibirku penuh nafsu. Lidah kami langsung saling membelit mengahdirkan rangsang-rangsang birahi yang menghanyutkan. Perlahan Dito mendorong tubuhku sampai dibawah shower. Sambil tetap berciuman tangan Dito membuka keran Shower.
Aku sempat terkaget sedikit saat
air mengguyur tubuhku. “Oooghh….” desahku sambil terus menikmati
jilatan-jilatan Dito di leherku.
Kontol Dito yang masih belum
berdiri tegak terlipat ke bawah menyodok memekku. Kepala kontolnya
menggerus-gerus memekku. Terasa sangat kencang karena kontol yang sedang berusaha
bangkit berdiri itu tersangkut di belahan memekku. Tangan Dito meluncur dari
punggungku terus turun sampai ke pantatku. Bongkahan pantatku diremasnya dengan
gemas. Sambil terus menjilati leher dan pundakku, tangannya yang meremas
pantatku terus turun sampai ke lobang pantatku. Jemarinya melewati lobang
pantat dan menyentuh memekku. Aku tersentak dan otomatis memaju-mundurkan
pinggulku.
Kuangkat sebelah kakiku membelit
kakinya hingga aku agak terkangkang. Akibatnya kepala kontol Dito semakin
leluasa menyodok memekku. “Katanya mau mandiin aku…” bisik Dito ditelingaku sambil daun telingaku di
kecup dan ditarik-tarik dengan bibirnya. Aku segera melapaskan pelukanku dan
mengambil botol sabun cair dan menuangkannya ke kain busa yang sudah tersedia.
Lalu kogosok tubuh Dito mulai
dari dadanya, kemudian turun keperut bawahnya sampai hampir menyentuh batang
kontolnya. Kemudian aku berputar ke balik tubuhnya dan mulai menyabuni punggung
Dito. Aku merosot turun sampai berjongkok dan lama menyabuni pantat seksi Dito.
Kugosok-gosok dan kuremas-remas pantatnya. Kemudian aku terus menyabuni paha
belakangnya sampai ke betis dan mata kakinya. Lalu aku meminta Dito berbalik
hingga kontolnya kembali menghadap wajahku. Kusabuni paha depan Dito dan bagian
dalam paha di dekat biji pelernya.
Aku tidak menyabuni kontolnya
karena aku lebih tertarik menjilati kontol yang sudah tegang itu. Kukecup ujung
kontol Dito, kuemut-emut kepala kontolnya. Lalu kuhisap kontol Dito kuat-kuat
sambil mulutku maju. Kontol itu seolah tersedot ke dalam mulutku sampai pangkal
batang kontolnya. Seluruh batang kontol Dito masuk sudah ke dalam mulutku.
Lidahku berputar-putar menjelajahi seluruh batang kontolnya. Lalu kembali
kusedot kuat sambil mulutku mundur sampai ke ujung kepala kontolnya. Begitu sampai
di kepala kontol, aku menghisap lebih kuat lagi lalu kumundurkan mulutku sampai
kontolnya terlepas. Kontol Dito sampai terpental dan plak! terdengar suara
keras saat kontol itu terpental menyentuh perutnya. Kontolnya benar-benar sudah
ngaceng penuh.
Aku sedikit bangkit dan menunduk
untuk mengambil kembali kontol Dito dengan mulutku, dan melanjutkan menghisap,
menjilat dan mengulum kontol besar yang menggairahkan itu. Kukocok-kocok kontol
Dito dengan tanganku yang belepotan sabun. Akibat banyaknya sabun di
tanganku, kocokanku pada kontol Dito menjadi licin dan lancar. Kemudian
kubiarkan air shower menghapus busa sabun di kontolnya dan kembali aku
memasukkan kontol itu ke dalam mulutku, membuat Dito mengerang-ngerang hebat.
Tiba-tiba Dito menggenggam bahuku
dan memaksaku berdiri. Gantian sekarang dia yang menyabuni tubuhku. Padahal
tadi pagi aku sudah mandi. Tapi mandi kali ini jauh lebih nikmat daripada
mandiku tadi pagi.
Dito menyabuni tubuhku dengan telaten. Apalagi saat sampai di bagian dadaku. Lama sekali tangannya berputar-putar di sekitar puting susuku. Kedua tangannya berputar-putar di kedua belah dadaku sambil meremas-remas. Kemudian putaran tangannya semakin mengerucut hingga menyentuh pentil toketku. Lalu pentil toketku di jepit dengan jari-jarinya dan dipilin-pilin kemudian ditarik-ditarik. Setelah itu kembali tangannya berputar-putar menjelajahi dadaku dan terus menjawil-jawil pentil toketku lagi.
Aaaaaghhh… aku benar-benar
menikmati permainan Dito. Nikmat sekali dikerjain sambil diguyur shower seperti
ini. Dito meletakkan busa ke tempatnya
di dinding kamar mandi dan kembali meremas dadaku sampai busa sabunnya
benar-benar hilang tersapu air shower.
Lalu gantian lidahnya yang
menyerbu toketku. Pentil toketku di sedot dengan kuat sambil lidahnya terus
menyentil-nyentil. Bergantian dada kiri dan kananku diserbu oleh Dito. Aku
semakin bergelinjang nikmat. Pentil susuku sudah berdiri mengacung dengan
tegak. Mulutku hanya mampu mendesis-desis tidak bisa berkata yang lain.
Dito mulai menurunkan tubuhnya
sambil lidahnya ikutan turun menjelajahi perutku. Tanpa mampir ke perutku, Dito
terus turun dan langsung melahap memekku. Tidak perlu dikomando lagi langsung
kuangkat sebelah kakiku. Telapak kakiku kuletakkan di bahu Dito. Posisiku saat
ini benar-benar merangsang. Ngangkang lebar sekali.
Dengan posisiku seperti itu
lidah Dito menjadi leluasa untuk menjilati seluruh relung memekku. Lidahnya
menjilat dari bawah ke atas berkali-kali.
“Ooooohhhhh… Ditoooo… enaaaaak…”
aku menggoyang-goyangkan pinggulku mencari kenikmatan. Dito terus saja
menjilati memekku dari bawah keatas. Lalu tiba-tiba itilku disedot dengan kuat.
“Aaaaaawww…” aku bukan lagi
sekedar mendesah. Tapi aku menjerit sekuatnya. Sedotan Dito pada itilku
benar-benar membuat aku tersentak-sentak nikmat. Sepinya rumah membuat aku
merasa leluasa untuk menjerit-jert histeris.
Kemudian sambil terus menjilati
memekku, Dito membuka memekku dengan kedua belah tangannya. Memekku sampai
merekah lebar. Lalu lidah Dito menerobos lebih ke dalam lagi lubang memekku.
“Aaaawwwwhhhh... Dito… diapaiiin ituuu… enak bangeeeet…” aku semakin histeris merasakan lidah Dito yang menerobos ke dalam lubang memekku. Lidah itu tidak hanya menerobos, tapi berputar-putar menjilati dinding-dnding memek.
Aku tidak mampu lagi bertahan. Gelombang orgasme menderu dengan derasnya. Aku berpegangan pada kepala Dito sambil kuremas rambutnya. Memekku kutekan kuat-kuat ke mulutnya mengiringi semburan-semburan nikmat dari dalam memekku. Aku kejang… tegang… lemas…
Tak bisa ditahan lagi, tubuhku
meluncur turun sampai aku terduduk di lantai dan bersandar lemah ke dinding
kamar mandi. Dito membiarkan aku terduduk lemas dan melanjutkan mandinya.
Kulihat perlahan kontol Dito mulai mengecil karena terguyur air dingin. Tapi
tidak sampai kecil sekali. Kontolnya hanya mengecil sedikit sampai pada posisi
menunjuk ke depan lagi. Setelah selesai mandi dia mematikan shower dan
mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
Setelah itu dia mengelap tubuhku
dengan handuk. Mulai dari rambutku, wajahku, leher, kemudian dada, perut, memek
dan kakiku dikeringkannya dengan handuk. Kemudian aku ditarik hingga duduk
tegak agar dia mudah mengeringkan punggungku. Aku merasa tersanjung sekali
dengan perlakuannya.
Setelah selesai, aku digendong
keluar kamar mandi dalam keadaan kami masih sama-sama telanjang bulat. Saat
akan memasuki kamar Dito, kami berpapasan dengan salah seorang pembantu Dito
yang langsung menjerit kaget melihat kontol Dito yang mengangguk-angguk.
Pembantu itu langsung terbirit-birit ke dapur sambil menutup mukanya. Aku dan
Dito hanya cekikikan menyaksikan peristiwa itu.
Sesampai di kamar, Dito menutup
pintu kamar dengan cara menendangnya. Kemudian aku direbahkan ke kasur dan
langsung Dito menindih tubuhku. Bibirku kembali diciumi denga ganas, sementara kontolnya
menggesek-gesek memekku.
Kemudian tiba-tiba Dito bangkit
berjongkok di depan memekku. Kedua belah kakiku diangkat sampai mengangkang
lebar. Kemudian Dito mulai menggesek-gesek memekku dengan kontolnya.
Aku langsung tegang menerima
serangan seperti ini. Aku takut Dito memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Tapi aku juga tidak
ingin menyuruhnya berhenti.
Rupanya Dito menyadari
ketakutanku. Dia menunduk mengecup puting dada kananku kemudian memandangku
sambil tersenyum. “Tenang, sayang… aku tahu kamu masih perawan. Aku cuma mau
gesek-gesek aja kok. Kamu nikmatin aja ya. Gak usah tegang gitu.”
Aku tenang mendengar janji Dito.
Walaupun bisa saja Dito melanggar janjinya dan nekat menerobos masuk. Kembali
Dito meletakkan kontolnya di belahan memekku. Kemudian kontol itu
digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah. Terkadang dengan bantuan tangannya kontol itu
digetar-getarkan dengan kuat di lubang memekku.
“Aaaaawwww... Dito… iyaaa... gitu, sayaaaang… enak bangeeet…” aku menjerit-jerit lagi. Dito terus memainkan kontolnya di memekku. Itilku disundul-sundul menggunakan kepala kontolnya.
Gelombang nikmat kembali
menderaku dengan hebat. Seluruh tubuhku menegang, pentil susuku mengacung
keras, aku mengangkat pantatku tinggi menekan kontolnya lebih keras lagi. Dan…
serrrr... srrrrrr… semburan nikmat terasa melanda dari dalam memekku dengan
derasnya.
Pantatku terus terangkat tinggi.
Memekku menempel ketat pada kontolnya. Setelah itu aku terjerembab lemas
terkangkang di kasur. Dito masih menindih tubuhku sebentar sambil menciumi
wajahku. Setelah itu dia bangkit dan duduk bersandar di sebelahku. Kontolnya
masih mengacung tegak dekat sekali dengan kepalaku.
Aku berguling kepangkuannya dan
langsung menghadap kontolnya. Kumasukkan kontol besar yang full ngaceng itu ke dalam
mulutku. Kusedot-sedot, kukocok-kocok dengan mulutku. Lidahku menjilati batang
kontolnya mulai dari biji pelernya, naik terus ke batang kontol sampai ke ujung
kepala kontolnya. Lubang kencingnya kujilat-jilat dan kubuka-buka dengan ujung
lidahku. Kumasukkan lagi seluruh batang kontol itu ke dalam mulutku. Mulutku
kutekan sampai menyentuh pangkal kontolnya. Terasa ujung kontolnya hampir
menyentuh kerongkonganku. Lidahku bermain-main di dalam sana. Lalu kutarik pelan
mulutku sambil menghisap kontol Dito kuat-kuat.
Kuturunkan lagi, kuhisap lagi
sambil kutarik keluar, kuhisap lagi, lalu kukocok-kocok dengan mulutku
berkali-kali dengan kecepatan sedang. Setelah itu kontolnya kukocok dengan
tanganku setelah seluruh permukaan kontolnya kubasahi dengan ludahku. Dito
mengerang keras saat tanganku mengocok kontolnya. Sepertinya dia merasa lebih
nikmat saat kukocok. Karena teriakannya lebih keras saat kontolnya kukocok
dengan tangan dibandingkan saat kuhisap-hisap dengan mulutku.
Menyadari itu aku lebih sering mengocok
dengan tangan daripada menghisapnya dengan mulut. Paling-paling saat kontolnya
agak kering, aku mengulumnya sejenak untuk membasahi kontonya lagi. Setelah itu
kukocok lagi menggunakan tanganku dengan kecepatan tinggi.
Cara ini membuahkan hasil. Dito
sampai mendelik sambil mengerang keras. Kontolnya terasa mendenyut-denyut
keras. Cepat-cepat kumasukkan lagi kontolnya ke dalam mulutku. Kusedot-sedot
dengan kuat. Dan… Crooooooot… croooot…
Terasa tidak kurang dari 6 kali
semburan hangat menerpa mulutku. Kutelan semua air mani Dito. Tapi saat
kontolnya kulepaskan dari mulutku, ternyata masih ada 2 kali semburan lagi yang
langsung menerpa wajahku dan membasahi hidung dan bibirku. Aku sampai
terkaget-kaget menerima semburan yang tiba-tiba itu.
Setelah aku yakin semburannya
sudah berhenti, kubersihkan kontol Dito dengan mulutku. Kemudian aku berguling
telentang.
Aaah… nikmat sekali…
***
# Sebuah Pengakuan
“Iya, sayaaang… isep terussss…
isep yang kenceng...” teriak Dito di tengah sibuknya mulutku mengulum kontol
besarnya. Kulepaskan kontol Dito dari mulutku lalu kukocok-kocok kontol itu
dengan tanganku.
“Aaaaaahh… iseeep lagiiii…” kurasakan kontol Dito semakin keras. Cepat kulahap lagi kontol Dito. Kuhisap kuat-kuat dan… crooottt... crooott… beberapa semburan hangat menerjang tenggorokanku.
Kutelan semua air maninya,
kemudian kubersihkan kontol Dito dengan cara menjilati sekujur batang
kontolnya. Setelah kontolnya bersih, kurebahkan tubuh telanjangku di sebelah
Dito.
Hhh… sudah jam 9 malam. Capek juga. Sudah tiga kali Dito ngecret di mulutku sejak kami check-in sore tadi. Hotel dikawasan Sudirman ini lagi-lagi memberiku hadiah voucher menginap. Kali ini aku menikmatinya bersama Dito. Dan begitu kami masuk kamar kami langsung bertempur hebat dalam keadaan bugil total. Dan sampai saat ini kami belum berpakaian sama sekali. Termasuk saat makan malam tadi, tetap kami nikmati dalam keadaan bugil.
Saat pelayan mengantarkan
makanan, aku hanya menutupi tubuh telanjangku dengan selimut tebal sambil
berbaring. Sementara Dito hanya melilitkan handuk menutupi kontolnya yang baru
saja muncrat.
Dito mengusap kepalaku lembut, kemudian mengecup bibirku pelan. Selanjutnya aku bergeser mendekat dan meletakkan kepalaku di bahunya. “Kamu pinter banget sih ngisep kontolnya, sayang…” ucap Dito sambil mengusap-usap bahuku. Aku diam saja tidak berkomentar. Hanya jemariku saja yang terus mengusap-usap dada bidangnya.
“Emang kamu udah pengalaman ya
ngisep kontol?” tanya Dito tiba-tiba. Aku agak tercekat mendengar
pertanyaannya.
“Nggak kok… kamu nuduh...” jawabku pelan dan hati-hati. Dito tetap mengusap-usap bahuku.
“Kalo gak pengalaman, kok bisa jago gitu ngisepnya?”
“Ya nggak tau… aku cuma ngikutin naluri aja.” jawabku berdalih. Tidak mungkin aku mengakui bahwa sebenarnya hampir semua mantan pacarku pasti pernah aku isap kontolnya.
“Cerita donk, sayang… aku gak apa-apa kok kalo memang ternyata kamu udah pengalaman. Malah enak kan, punya pacar yang jago ngisep kontol.” Dito terus saja medesak dengan pertanyaannya.
Aku bimbang. Haruskah aku jujur
padanya? Bagaimana
kalau nanti dia merasa jijik dan malah meninggalkanku. Tapi jika aku tidak
jujur, bagaimana jika nanti dia tau dari orang lain? Apalagi jika kami sudah
menikah nantinya, tiba-tiba ada mantan pacarku yang cerita. Pasti Dito akan
marah besar. Aku benar-benar bingung.
Dito terus saja membujukku
dengan kata-kata yang lembut sambil terus mengusap-usap bahuku. Sampai akhirnya
aku merasa Dito benar-benar sayang padaku dan mau menerimaku apa adanya.
“Iya emang aku udah pernah sih
ngisep kontol sebelum kamu…” ujarku pelan. Sangat pelan malah. Nyaris hanya
berbisik. Aku menunggu reaksi Dito dengan takut. Dito meremas bahuku sejenak.
“Nah, kan gitu enak. Gak apa-apa
lagi. Gak usah malu-malu. Lagian kan berasa isepan yang udah pengalaman sama
yang belom.” Aku tetap tidak berani menatap wajah Dito. Ada rasa malu yang
hinggap ketika harus mengaku mengenai masa laluku.
“Udah berapa kontol yang pernah
kamu isep?” tanya Dito lagi tetap tanpa ekspresi yang berlebihan. Dia tetap
dengan gaya tenangnya sambil mengusap-usap bahuku.
“Iih… udah ah. Jangan bahas yang
begituan.” aku menghindar dari pertanyaannya. Sulit bagiku untuk menjawab
pertanyaan yang satu ini.
“Gak apa-apa, sayang. Aku pengen
tau aja. Gak akan ada pengaruhnya buat aku. Aku tetep sayang kamu kok.” terus
saja Dito membujukku untuk mengaku.
“Ya ampir semua mantan pacarku
pernah aku isep.” jawabku akhirnya.
“Kamu udah berapa kali pacaran sih?” taya Dito lagi.
“Delapan kali, termasuk kamu.”
“Semuanya pernah kamu isep?” kejar Dito. Sepertinya dia benar-benar penasaran ingin tahu yang sebenarnya.
“Ya nggak lah. Gak semuanya aku isep.” sergahku. Kupererat pelukanku pada tubuh Dito untuk menutupi rasa khawatirku.
“Jadi berapa kontol yang udah pernah kamu isep?” tanya Dito terus-menerus sampai akhirnya aku menyerah.
“Lima, termasuk kamu.” jawabku hati-hati.
“Wooow… dari 8 pacar, 5 orang kamu isep kontolnya? Hebat. Ternyata kamu bener-bener pengalaman soal kontol, sayang…” ujar Dito sambil mengangkat wajahku. Aku begitu malu untuk menatap wajahnya. Tapi melihat senyumnya, akhirnya aku menjadi lega. Dito tidak marah. Dia malah mencium bibirku dengan penuh nafsu.
“Ngebayangin kamu ngisep kontol
pacar-pacar kamu, aku jadi ngaceng lagi nih…” Mendengar ucapannya buru-buru
kuraba selangkangannya. Oooh... memang benar. Kontolnya sudah keras lagi.
“Ayo, sayang… puasin aku lagi.
Keluarin semua ilmu ngisep kontol kamu, sayang…” pinta Dito sambil tersenyum
penuh nafsu.
“Beneran kamu pengen diisep?” tanyaku berbasa-basi.
“Iya donk, sayang… percuma punya pacar jago ngisep kontol kalo gak mau di isep. Ayo, sayang, puasin aku.” Dito berkata begitu sambil mendorong kepalaku menuju kontolnya.
Aku segera menggeser tubuhku
turun dan menjilati perutnya. Tapi Dito terus saja mendorong kepalaku. “Gak usah mampir
di perut. Langsung aja isep kontolnya.” aku mendengar nada yang agak aneh dan
tidak biasanya. Tapi buru-buru kuhapus rasa aneh tersebut. Aku langsung merosot menuju
kontolnya.
Kugenggam kontol Dito yang sudah ngaceng penuh itu. Urat-urat di batang kontolnya sudah bertonjolan membuat kontol itu tampak begitu gagah. Kujilat pelan kepala kontolnya yang seperti helm tentara itu. Kuputar-putar lidahku di selebar kepala kontolnya. Kubuka-buka lubang kencingnya dengan ujung lidahku. Erangan Dito mulai terdengar agak keras.
Aku tidak ingin buru-buru memasukkan kontol besar ini ke dalam mulutku. Kujelajahi dulu seluruh batangnya dengan lidahku. Mulai dari kedua bijinya, kujilati bergantian biji kiri dan kanan. Kemudian kumasukkan salah satu biji pelernya ke dalam mulutku. Kusedot pelan sambil lidahku bermain-main di seputar biji itu. Lalu kulakukan hal yang sama pada biji satunya lagi. Kumasukkan ke dalam mulut, kuhisap pelan dan kujilati seluruh permukaan bijinya. Lalu kutarik-tarik bulu-bulu di sekitar bijinya dengan bibirku.
Kemudian lidahku menjilati dari
biji naik ke atas menyusuri seluruh batang kontolnya. Kujilati dari bawah ke atas
berulang-ulang sambil terus kugenggam kontol beras itu dengan tanganku.
Selanjutnya kutekuk kontol Dito sedikit ke arah bawah, sehingga aku bisa menjilati perut bawah Dito. Kutarik-tarik lagi bulu-bulu di perut bagian bawah tepat diatas pangkal kontol dengan bibirku. Kemudian kuciumi permukaan kontolnya sampai ke ujung kepala kontolnya. Barulah setelah itu kumasukkan kepala kontolnya ke dalam mulutku.
Kuisap-isap dan kupermainkan
lidahku dipermukaan kepala kontolnya. Lalu kumasukkan seluruh batang kontolnya
ke dalam mulutku. Memang terasa batang kontol Dito lebih besar dan lebih keras
dari biasanya. Mungkin benar Dito menjadi lebih terangsang mendengar aku sudah banyak
pengalaman soal kontol.
Memikirkan itu aku jadi lebih bersemangat. Kugerakkan mulutku maju mundur mengocok kontolnya sambil lidahku terus menjilat-jilat. Kusedot-sedot kontolnya sampai hampir melejit keluar dari mulutku.
Setelah mulutku agak pegal, kukocok kontol Dito dengan tanganku. Kukocok dengan kecepatan tinggi. Dito sampai berteriak saking enaknya. “Uaaaaaahhhhhh… enak banget, sayang….. terus, sayaaaanggg…”
Semakin Dito berteriak, semakin semangat aku mengocok dan menghisap kontolnya. Sampai akhirnya kurasakan denyutan-denyutan kecil di kontol Dito. Menyadari bahwa Dito sebentar lagi akan ngecret, cepat kuhisap kontol Dito sekuat-kuatnya sambil batang kontolnya dibagian bawah kukocok-kocok dengan tanganku.
Akhirnya sampai juga. Dito
berteriak histeris menjemput ejakulasinya. Crooooooootttt…!!! semburannya
begitu keras terasa menggempur dinding-dinding mulutku. Kuhisap terus,
kusedot-sedot sambil aku menelan semua air mani yang ada. Kusedot-sedot terus
sampai tidak ada lagi yang keluar dari kontolnya.
Kusedot terus sampai kontol Dito
melemas dan mulai mengecil. Terus saja kusedot-sedot sampai kontol itu
benar-benar kecil dan lemas.
Dito terkapar nikmat. Matanya
terpejam sementara dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang ngos-ngosan.
Aku berbaring disebelah Dito sambil mengangkang lebar menunggu serangan Dito
selanjutnya. Tapi kutunggu-tunggu Dito tetap memejamkan matanya tak peduli
dengan memekku yang sudah gatal ingin dijilati.
Dengan tak sabar kutindih tubuh
Dito lalu kukecup bibirnya. Tak ada reaksi, malah terdengar dengkur tipis Dito.
Aahh… Dito tidur? Kok curang sih?
Kuhempaskan lagi tubuhku ke kasur
dengan sedikit kesal. Tapi setelah kupikir lagi, ya wajarlah Dito jatuh tertidur.
Dia sudah 4 kali ngecret semalaman ini saja. Menyadari hal itu kukecup pipi
Dito yang masih terlelap itu dengan penuh rasa sayang. Kemudian aku mencoba
untuk tidur.
***
# Dia Mulai Berubah
Semenjak Dito tahu bahwa aku
sudah biasa ngisep kontol-kontol para mantanku dulu, nafsunya seolah menjadi
semakin liar. Jujur sebenarnya aku takut masa laluku yang cukup liar dalam
berpacaran membuat hilangnya rasa sayang Dito padaku. Tapi melihat perkembangan
hubungan kami setiap hari yang semakin panas, aku menjadi lebih tenang dan
yakin bahwa perilaku liarku dimasa lalu tidak akan mempengaruhi hubungan kami.
Namun meski Dito semakin liar
padaku, terkadang aku menjadi agak risih dengan keinginannya yang semakin
aneh-aneh. Belakangan ini Dito senang sekali memintaku telanjang meski di lokasi
yang tidak terlalu aman.
Seperti hari ini, seperti biasa Dito menjemputku ke kantor. Dan seperti biasa aku sudah siap tanpa celana dalam dan BH menghampiri mobilnya. Begitu aku duduk, Dito langsung meremas dada dan memekku sekedar men-check apakah aku mengenakan pakaian dalam atau tidak. Setelah yakin aku polos didalam, Dito tersenyum dan mengecup bibirku perlahan kemudian menjalankan mobilnya.
Belum jauh mobil meninggalkan
kantor, Dito memintaku untuk membuka rok panjangku. Aku sempat protes karena
saat ini jalanan masih ramai. Baru jam enam sore lewat sedikit. Bahkan masih
cukup terang. Tapi Dito tetap memaksa dengan alasan kaca mobilnya sangat gelap
sehingga tidak akan terlihat dari luar.
Dengan deg-degan aku melepas rok panjangku dan melemparnya ke kursi belakang. Kemudian cepat aku berusaha menutupi memekku dengan ujung kemeja walau dengan sangat susah payah. Karena sialnya hari ini aku mengenakan kemeja yang agak pendek, hingga aku harus menahan ujung kemeja itu dengan tangan agar tetap bisa menutupi memekku.
Gawatnya Dito segera menepis
tanganku. Akibatnya memekku terbuka dengan bebas karena kemejaku tak mampu
menutupinya. Aku benar-benar malu saat itu. Rasanya semua mata di jalanan
melihat bagian bawahku yang telanjang. Tapi belum sempat aku protes, Dito telah melebarkan
pahaku hingga mengangkang dan langsung jemarinya menggosok-gosok memekku. Aku
tak mampu lagi untuk protes. Aku hanya bisa menengadah merasakan getar nikmat
akibat rabaan jemari Dito di memekku. Untunglah perlahan namun pasti matahari
semakin tenggelam. Dengan demikian aku bisa lebih tenang menikmati serangan
Dito di memekku.
Dito begitu bersemangat
mengubek-ngubek memekku. Bibir memekku di buka-buka dengan dua jarinya.
Kemudian jarinya langsung menggosok itilku. Uuugh… nikmatnya. Aku terkapar tak
berdaya sambil mengangkat-angkat pantatku mengejar jemarinya.
Tiba-tiba Dito menjepit itilku
dengan dua jari, kemudian memelintirnya bolak-balik. “Aaaaaaakhhh… Ditooooo…
diapain sihhh, sayaaaang…”
Dito tidak menjawab. Tatapannya tetap konsentrasi pada jalanan di depannya, sementara tangan kirinya terus mengerjai memekku tiada henti. Itilku di pelintir, digosok atas bawah, digosok kiri kanan, Kemudian jemarinya menggosok memekku dari bawah ke atas sampai menyentuh itilku. Lalu tiba-tiba tangannya menggosok bibir memekku dari kiri ke kanan dengan kecepatan tinggi.
“Aoooooowwwwhhh…. Enaaaak bangeeettt…” Aku sudah hampir orgasme ketika tiba-tiba Dito menghentikan kegiatannya. Ah, rupanya kami sudah sampai di Senayan tempat biasa kami berkencan.
Dito langsung memarkir mobilnya di tempat yang agak sepi. Begitu mengaktifkan rem tangan, Dito langsung menarik jilbabku sampai lepas dan serta merta mencium bibirku penuh nafsu. Bibirku disedot dengan ganas. Lidahnya langsung menari-nari dalam rongga mulutku. Nafsuku yang sempat tertunda langsung naik lagi. Apalagi tangan kanan Dito mulai lagi menari-nari di memekku.
Sedang seru-serunya kami ciuman,
tiba-tiba terdengar suara ketukan di jendela sebelah Dito. Dengan santai Dito
melepas ciumannya kemudian membuka kaca jendela mobil tanpa perduli dengan
keadaanku yang setengah telanjang.
“Dito, tunggu…!”. Terlambat.
Kaca mobil sudah terbuka dengan lebar. Aku hanya bisa menutupi memekku dengan
telapak tangan. Aku yakin pelayan makanan itu pasti puas melihat paha mulusku
yang terbuka sambil mendengarkan pesanan Dito.
Sepeninggal pelayan, Dito
menutup kembali kaca jendela mobil dan langsung merengkuh tubuhku lagi.
Kurasakan ciumannya semakin ganas. Dan kali ini jemarinya dengan tangkas
mempereteli kancing kemejaku.
“Nanti aja Dito. Bentar lagi minumannya datang. Bisa repot kalo telanjang sekarang.” bisikku berusaha mencegah tangan Dito yang sedang menelanjangiku.
“Buka kancingnya aja. Bajunya
gak usah dulu.” jawab Dito sambil terus mempereteli kancing bajuku satu persatu
sampai terlepas semuanya. Setelah itu kemejaku disibakkan ke kiri dan kanan
hingga dadaku yang tanpa BH bebas merdeka.
Dito langsung menciumku lagi
sambil meremas dada kiriku. Aku risih dengan perlakuan Dito ini, tapi ada rasa
nikmat yang lebih dari yang biasa kurasakan. Perlakuan Dito yang sedikit agak ’merendahkanku’
ini justru membuat nafsuku cepat sekali bangkit. Desahanku semakin keras
seiring dengan remasan-remasan tangan Dito di dada kiriku.
Dan benar saja…. kembali
terdengar ketukan di kaca jendela. Pelayan warung sudah siap dengan 2 buah teh
botol di tangannya. Lagi-lagi Dito langsung membuka kaca jendela tanpa menunggu
aku selesai merapikan bajuku. Terlihat dari sudut mataku pelayan itu melotot
menyaksikan memekku yang tidak sempat kututupi karena kemejaku hanya sempat
menutupi dadaku saja. Sementara bagian bawahnya masih terbuka lebar.
Dito segera menutup kembali kaca
jendela setelah meletakkan teh botol kami di lantai. Lalu dengan cepat dia
melepaskan kemejaku hingga aku bugil total. “Pindah ke belakang aja yuk…” bisikku di tengah serangan. Mendengar
permintaanku, Dito menghentikan serangannya dan segera pindah ke belakang
mendahuluiku. Aku mengikutinya dengan perasaan was-was takut dilihat orang
karena tubuhku sudah bugil.
Sesampai di belakang, Dito
langsung menanggalkan seluruh pakaiannya hingga kami sama-sama bugil. Terlihat
kontolnya sudah ngaceng sempurna. Dia memintaku untuk duduk dipangkuannya. Aku segera mengangkang dipangkuannya.
Tak bisa dihindari, memekku bersentuhan dengan batang kontolnya. Aku merinding
merasakan kontolnya menggesek belahan memekku. Kugoyang-goyangkan pantatku maju
mundur menikmati gesekan kontolnya disepanjang belahan memek.
Sementara Dito begitu lahapnya
menciumi toketku. Toketku dihisap sekuat-kuatnya seperti ingin ditelan seluruhnya.
Selanjutnya pentil susuku di sentil-sentil dengan lidahnya sebelum akhirnya di
hisap dengan kuat. Erangan dan goyanganku semakin menjadi-jadi. Apalagi tangan
Dito mulai meremas bongkahan pantatku dan membantuku memaju mundurkan pantat
menggesek kontol Dito ke memekku.
Lalu kurasakan jemari Dito menelusuri bawah pantatku dan bermain-main di pinggiran lobang pantatku. ”Oooooooowwgghhhh… gilaaaaaa… enaaaaaakkk…”
Memekku banjir sudah. Kedutan-kedutannya
semakin jelas terasa. Aku semakin menggila menggoyang-goyangkan pantatku dan
menggesek-gesekkan memekku ke kontol besar Dito.
Sampai akhirnya… ”Aaaaaakkhhhh…” aku berteriak kuat sambil memeluk kepala Dito kuat-kuat. Orgasmeku memancar dengan derasnya diiringi kedutan-kedutan dahsyat. Lebih sering dan lebih kuat dari biasanya.
Gilaaaa… nikmat sekali. Aku lemas… aku tergolek
kesamping, tersandar… Kemudian aku tersadar bahwa kontol Dito masih berdiri
tegak menunggu giliran. Tanpa di komando lagi aku merosot ke bawah bersimpuh di
depan kontol Dito.
Kugenggam kontol besar yang
penuh cetakan urat-urat menonjol itu. Kuusap-usap sambil meratakan cairan
cintaku yang membasahi bawah kontolnya. Kukecup pelan ujung kontolnya, kujilati
seluruh permukaan kepala kontol yang menjamur lebar itu. Kubuka-buka lubang
kencingnya dengan lidahku. Lalu kumasukkan seluruh batang kontolnya ke dalam
mulutku. Kubiarkan sejenak batang kontol besar itu di dalam mulutku sambil lidahku
bermain-main didalamnya. Baru kemudian kuangkat kepalaku perlahan sampai kontol
itu terlepas dari mulutku.
Kujilati kedua biji pelernya. Kutarik-tarik jembutnya dengan bibirku sambil tanganku menggenggam lembut batang kontolnya. Kumasukkan satu biji pelernya ke dalam mulutku, kuhisap pelan sambil lidahku terus menjilati. Setelah itu ganti biji satunya lagi kuperlakukan dengan sama.
Kemudian kutelusuri seluruh batang kontolnya dengan lidahku sambil sesekali kugigit-gigit kecil kulit kontolnya. Sampai di kepala kontolnya lidahku bermain-main di bagian bawah topi helm kontol Dito.
Seluruh permukaan bawah kepala
kontolnya kujilati sambil lidahku berputar-putar disekitar kepala kontolnya.
Baru kemudian kuhisap kuat-kuat kepala kontolnya. Dan mulailah kumaju-mundurkan
kepalaku mengocok kontolnya dengan mulutku.
Kubasahi seluruh permukaan
batang kontol Dito dengan ludahku. Lalu kukocok-kocok kontolnya menggunakan
tanganku dengan kecepatan tinggi. Pada saat tanganku sampai di kepala
kontolnya, kuremas sejenak kepala kontol itu sebelum kembali aku mengocok
dengan kencang.
Tak sampai 5 menit aku isap dan kocok, kurasakan kontol Dito semakin membesar dan berdenyut-denyut. Kukocok semakin kuat. Dan saat Dito menegang, cepat-cepat kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku sambil kuhisap dengan kuat. Dan… Crooooot… crooottt… 5 sampai 6 tembakan kurasakan mendera rongga mulutku. Kutelan semua air mani yang terpancar. Air kental asin yang sangat kusuka…
Belum lagi aku istirahat, Dito
meminta aku mengambil teh botol yang ada di lantai depan. Segera aku meraih
bajuku untuk sekedar menutupi ketelanjanganku. Tapi Dito mencegah.
“Gak usah pake baju dulu. Ambil aja tehnya dulu.” sergah Dito.
“Kaca depannya gak terlalu gelap Dito. Nanti orang diluar bisa liat aku telanjang.” jawabku menjelaskan kenapa aku harus pake baju.
“Udaaah… jangan banyak jawab. Ambil aja minumannya. Gak usah pake baju.” sergah Dito lagi agak keras.
Aku sempat tersentak mendengar
nada bicara Dito yang menurutku tidak seperti biasanya. Tidak lemah lembut,
tapi agak sedikit membentak. Dengan menahan kecewa aku melangkah ke kursi depan
dengan tubuh telanjang bulat. Kubungkukkan tubuhku agar tidak terlihat dari
luar. Cepat-cepat kuambil teh botol dan segera kembali ke kursi belakang.
Sesampai di belakang, kulihat
Dito sedang membersihkan kontolnya menggunakan jilbabku. Aku kesal sekali
melihat perbuatannya. Gak mungkin kan aku pulang dengan jilbab belepotan air
mani begitu.
“Kamu apa-apan sih? Itu kan jilbab. Kenapa gak pake Tissue?” bentakku sambil merebut jilbabku dari tangannya.
“Lho… kenapa memangnya?” tanya Dito berlagak bodoh.
“Kok kenapa sih? Nanti aku pulang gimana, masak pake jilbab belepotan mani gini?” aku benar-benar kesal jadinya.
“Yang aku pake kan bagian dalemnya. Gak akan keliatan dari luar.” jawab Dito seenaknya.
“Ya tetep aja ada baunya.” sergahku lagi.
“Nggak lah… gak semua orang apal bau kontol. Kecuali yang udah sering ngisep kontol kayak kamu.”
Seperti di tampar rasanya aku
mendengar kata-kata Dito. Aku sedih sekali. “Kita pulang sekarang!” aku segera mengenakan semua pakaianku dan pindah duduk
di bangku depan.
Dito mengikuti setelah selesai berpakaian. Setelah membayar minuman, kami beranjak pulang. Disepanjang perjalanan kami hanya diam membisu. Aku benar-benar kecewa dengan ucapan Dito barusan.
Sampai di kamar kostku aku menangis sejadi-jadinya… Sedih… perih… sakit…
***
# Dinginnya Bandung
Hampir seminggu aku mogok kencan
dengan Dito. Bukan hanya mogok kencan, bahkan telepon dan smsnya pun tak mau
kujawab. Aku benar-benar tersinggung atas kata-katanya padaku.
Tapi Dito terus saja membujukku
melalui sms-smsnya. Kata-kata maaf mengalir terus menerus membuatku goyah juga.
Akhirnya aku setuju untuk dijemput seperti biasanya, dan kembali bercumbu di
mobil seperti biasa. Dito menepati janjinya. Tidak sedikitpun dia menyinggung soal masa laluku yang
sudah banyak mengenal bentuk kontol.
Bahkan malam ini percumbuan kami
begitu menggairahkan. Setelah kontolnya kuisap sampai ngecret di mulutku, Dito
tidak langsung istirahat. Dia malah segera melahap memekku lagi dengan
lidahnya. Padahal, sebelum kontolnya kuhisap tadi, dia sudah menjilati memekku
sampai aku lemas.
Cepat sekali birahiku mendera.
Tubuh telanjangku menggeliat-geliat hebat di kursi belakang mobil Dito.
Eranganku tak putus-putus menerima serangan lidah Dito yang terus saja
menyeruak belahan memekku.
Dito membuka memekku dengan
kedua tangannya hingga lobang memekku menganga lebar. Aku terkangkang hebat
menerima perlakuannya. Setelah itu lidahnya menerobos masuk ke dalam lobang yang menganga.
Mengaduk-aduk dinding lobang yang telah banjir ini. Kemudian lidahnya bergerak
dari bawah keatas berkali-kali sambil sesekali menyentuh klitorisku. Aku
benar-benar terlempar-lempar merasakan nikmat yang tiada tara.
Tiba-tiba kurasakan klitorisku
dilumat dan disedot kuat-kuat. “Aaauuuuwwwwhhhhh…“ aku menjerit sejadi-jadinya.
Dito bukannya berhenti mendengar teriakanku. Dia malah mengunyah itilku dengan
bibirnya, membuatku terlonjak-lonjak di kursi.
Aku benar-benar tak kuasa
menahan kenikmatan ini. Tubuhku melengkung menyambut semburan dahsyat dari
dalam tubuhku yang menyerbu menuju memekku. Kedutan-kedutan deras di memekku
tak dapat kubendung lagi. Aku terus melengkung mengangkat pinggulku
tinggi-tinggi sampai akhirnya aku terhempas ke kursi dengan tubuh lunglai…
lemas… nikmat…
Aku terpejam bersandar. Masih
kurasakan belaian lembut Dito pada dadaku, kecupan ringan di puting susuku.
Kubiarkan semuanya… aku benar-benar terhempas dalam kenikmatan…
“Sayang… “ bisik Dito di telingaku
sambil bibirnya melumat daun telingaku pelan.
“Hmmmmm…” aku hanya menggumam
menjawab panggilannya.
“Besok ikut aku ke Bandung ya?” sambung Dito di telingaku.
“Ke Bandung? Jam berapa?”
“Pagi-pagi. Kita nginep semalem.” jelas Dito. Tangannya terus saja meremas-remas dadaku.
“Besok kan aku masih kerja,” aku ragu-ragu antara kepengen dan bingung karena besok masih hari kerja.
“Ya ijin aja lah. Besok telepon aja boss kamu dari jalan. Alesan apa kek…” bujuk Dito lagi.
Akhirnya aku setuju dengan
ajakannya. Di depan rumah kost-ku, kembali Dito mengingatkan akan menjemputku
pagi-pagi sekali. Dan lagi-lagi dia minta aku tidak mengenakan pakaian dalam. Ah… masih aja
dia begitu. Padahal, sekarang pun aku turun dari mobilnya tanpa pakaian dalam.
***
Baru saja aku selesai Sholat
subuh ketika kudengar suara mobil parkir di depan rumah kostku. Entah karena
masih subuh dan sepi hingga suara mobilnya terdengar jelas, atau karena memang
letak kamarku yang lokasinya paling depan. Yang jelas aku langsung keluar buka
pintu dan mengajak Dito masuk kamarku sambil menunggu aku merapikan pakaian
yang akan aku bawa.
Selesai aku menyiapkan pakaian,
aku segera menanggalkan pakaianku. Ganti baju. Soalnya aku masih mengenakan
pakaian tidur. Baru saja aku akan mengenakan rokku, Dito cepat mencegah.
“CD-nya buka donk. Ngapain pake CD? BH-nya juga.”
Aku berusaha menolak, “Bandung
kan dingin, Dit. Apalagi sekarang masih subuh…”
“Nanti AC mobilnya aku kecilin. Bawa jaket aja.”
Akhirnya aku menurut saja pada
permintaan Dito. Segera kutanggalkan CD dan BH-ku. Lalu cepat kukenakan rok panjang dan
kemeja serta jilbabku. Kalau kelamaan bisa-bisa aku diserbu. Bisa gak jadi ke
bandung nanti.
Di mobil, setelah menyalakan
mesin, Dito masih sempat memelukku dan mencium bibirku. Dan tangannya langsung
membuka kancing jaket serta kancing kemejaku. Kemudan di bentangkannya jaket
dan kemeja itu hingga dada telanjangku terbuka. Setelah itu diangkatnya rok
panjangku hingga memekku terlihat. Barulah setelah itu dia menjalankan
mobilnya.
Setelah masuk Tol, Dito
memintaku untuk duduk menghadap dia. Aku bersandar ke pintu mobil
memperlihatkan tubuh telanjangku yang dibungkus kemeja dan jaket yang terbuka.
Sebelah kakiku kuangkat ke kursi, hingga praktis aku terkangkang menampakkan
memekku dengan jelas.
Sepenjang perjalanan tak henti
jemarinya bermain-main di dada dan memekku bergantian. Berkali-kali dia
mencubit dan menarik-narik itilku, membuat aku benar-benar banjir.
Sesampai di tempat parkir Hotel,
tak kurang sudah 3 kali aku orgasme. Begitu masuk kamar, aku langsung menggila.
Kupereteli semua pakaian Dito sampai dia bugil. Kudorong tubuhnya sapai
terhempas telentang di kasur. Tidak menunggu lama lagi, kuisap habis kontolnya
yang sudah ngaceng. Aku benar-benar tidak tahan menunggu dari subuh tadi.
Kulumat kontolnya dengan ganas. Kujilat-jilat kepalanya, kubuka-buka lobang
kencing dengan lidahku. Kujilati seluruh permukaan batangnya dari bawah ke atas
seperti menjilati es lilin. Aku benar-benar menggila dan liar.
Kumasukkan kontol besar itu ke dalam
mulutku. Kusedot-sedot
dengan kuat. Bukan hanya kukulum, tapi benar-benar kusedot. Lalu kukocok-kocok
dengan tanganku kuat-kuat. Aku bagaikan cewek yang sudah setahun gak ketemu
kontol. Aku sendiri heran kenapa bisa begini. Aku begitu lapar akan kontol Dito
yang besar.
Sepertinya Dito pun sudah
kewalahan dengan keliaranku. Kurasakan kontolnya semakin keras dan
berdenyut-denyut. Cepat kuhisap dan kusedot lagi kontolnya. Benar saja… tak
lama, croooot… crooott… semburan hangatnya menerpa mulutku. Kutelan semua
sambil aku terus menyedot kuat kontolnya.
Sebelum kontol Dito mengecil,
cepat kutindih tubuh Dito dan kugesek-gesek kontol yang hampir lemas itu ke
memekku. Ingin kuraih lagi kenikmatan yang mulai menghampiriku. Tapi Dito
menolak…
“Udah dulu, sayang… aku harus
ketemu orang pagi ini.” ujar Dito sambil bangkit dari ranjang dan bergegas ke
kamar mandi.
Aku terhempas kecewa. Tapi
kupikir, sudahlah. Dito kesini karena ada kerjaan. Aku tidak boleh egois. Segera
aku bangkit menyiapkan pakaian Dito. Sebelum pergi, ia meninggalkan uang tunai
1 juta. Katanya untuk aku belanja-belanja di Factory Outlet yang banyak
bertebaran di Bandung. Apalagi kami menginap di kawasan Dago yang banyak sekali
FO nya.
Sepeninggal Dito, aku lanjutkan
berbaring telanjang di kasur empuk hotel ini. Dan aku terlelap lelah.
Aku terjaga sekitar pukul 1 siang lewat. Perutku lapar. Segera aku mandi dan berpakaian. Kutelusuri Dago dengan berjalan kaki. Kubelanjakan uang 1 juta dari Dito. Senang sekali rasanya dimanjakan seperti ini.
Sekitar jam 4 sore, aku sudah telanjang lagi di hotel menunggu kedatangan Dito. Tapi sampai jam 9 malam, Dito tidak juga pulang. Akhirnya aku tertidur telanjang dibalik selimut.
Di tengah lelapnya aku tertidur,
kurasakan ada yang bermain-main dengan memekku. Kurasakan ada benda tumpul yang
menggesek-gesek memekku. Saat kubuka mataku, kulihat Dito sedang berjongkok
telanjang di depan selangkanganku sambil menggosok-gosokkan kontol ngacengnya
ke belahan memekku. Aku langsung kejang merasakan nikmatnya. Dito terus
menyodok-nyodokkan kontolnya sampai menyundul-nyundul itilku. Luar biasa
nikmatnya. Seandainya Dito nekat memasukkan kontolnya ke dalam memekku, aku
yakin aku tak mungkin mampu menolak.
Pinggulku bergoyang-goyang
mengikuti irama sodokan kontol Dito. Aku benar-benar tidak tahan lagi.
Orgasmeku menyerbu dengan derasnya. Setelah aku terhenyak lemas, Dito duduk bersandar di sebalah kepalaku.
Kontolnya berdiri tegak dengan gagahnya. Memandang kontol besar yang indah itu,
aku segera berguling ke pangkuan Dito.
Kini kepalaku menghadap langsung
kontol ngaceng Dito yang sudah tegak dengan perkasa. Segera kugenggam kontol
indah itu dengan kedua belah tanganku. Kukocok-kocok, lalu kujilat-jilat.
Kuhisap dan kulumat kontolnya
dengan penuh semangat. Kujilat-jilat kepalanya, kubuka-buka lobang kencing
dengan lidahku. Kujilati seluruh permukaan batangnya dari bawah ke atas. Kukocok-kocok
lagi dengan tanganku. Begitu terus, isap, kocok, isap, kocok…
Akhirnya kontol di dalam mulutku
ini mulai berdenyut-denyut lagi dan… croooot… kurasakan lagi semburan kerasnya.
Dito telentang puas. Aku
telentang nikmat…
***
# Akhir Yang Menyakitkan
Aku terbangun karena sinar
matahari menerpa wajahku. Ternyata kain gorden penutup jendela terbuka dengan
lebar. Kugeliatkan
tubuh telanjangku menghapus sisa-sisa kantuk dari tidur nikmatku semalam.
Aku menoleh kesamping. ”Lho, Dito
mana?” aku tidur sendirian. Ah, mungkin dia di kamar mandi. Tapi kemudian mataku
tertumbuk pada tumpukan uang 100 ribuan di meja kecil samping tempat tidur.
Didekatnya ada secarik pesan. Kuambil pesan itu. Dari Dito…
“Lin, sorry aku berangkat pagi-pagi. Kamu pulang duluan aja ke Jakarta.
Gak usah nunggu aku. Aku udah tinggalin kamu duit 2 juta. Anggap aja tanda
terima kasih karena udah kamu bikin enak semalam. See you, Dito.”
Aku merasa kata-kata dalam surat
ini agak kasar. Apakah Dito serius memberiku 2 juta sebagai tanda terima kasih?
Bukan karena sayang? Atau Dito cuma bercanda. Ya semoga dia cuma bercanda.
Berpikir seperti itu aku segera
bangkit dari tempat tidur dan dengan santainya aku berdiri telanjang bulat
sambil menggeliat meluruskan otot-ototku. Tapi oops! Ternyata jendela kamar
benar-benar terbuka tanpa penutup kain vitrage sekalipun. Padahal kamar ini ada
di lantai dasar dan jendelanya menghadap taman. Akibatnya beberapa tamu hotel
yang sedang berjalan-jalan di taman tertegun menatap tubuh telanjangku yang
sedang dalam pose menggairahkan. Telanjang, kedua tangan diangkat
tinggi-tinggi, hingga dada dan memekku jelas terpampang.
Gila! Dito benar-benar gila! Aku
segera berlari menuju kamar mandi. Seusai mandi aku keluar kamar mandi dengan berbalut handuk. Perlahan aku
melangkah menuju jendela. Kututup jendela dengan menarik tali di pinggirannya.
Ah… aman.
Barulah setelah itu aku berani
melepas handuk penutup tubuhku dan segera berdandan. Aku harus checkout pagi
ini juga dan langsung pulang ke Jakarta. Seharian aku berputar-putar di kota Bandung sendirian. Baru menjelang malam aku
pulang ke Jakarta mengendarai mobil angkutan Cipaganti.
***
Sesampai di kamar kostku di
Jakarta, kuhempaskan tubuhku di kasur kamarku. Pikiranku menerawang. Aku
memikirkan kejadian-kejadian yang kualami belakangan ini.
Kuraih dompetku. Kukeluarkan
sisa uang pemberian Dito. Menginap semalam bersama Dito aku mendapatkan 3 juta.
Tapi kenapa hati ini tidak bisa senang. Kenapa aku justru merasa terhina.
Apalagi kata-kata Dito dalam pesan yang ditinggalkannya pagi tadi sungguh
menyakitkan.
Apa iya Dito hanya menganggapku
perempuan bayaran? Ah, tapi tidak mungkin. Dengan 3 juta seharusnya Dito bisa
dapat pelayanan penuh dari perempuan-perempuan malam yang siap memberikan
kepuasan. Sedangkan dengan aku, Dito tidak bisa menikmati tubuhku sepenuhnya.
Artinya, Dito tidak mungkin menganggapku sama dengan para perempuan malam itu.
Lagipula, kami sudah sering
membahas rencana pernikahan kami dengan kedua orang tua Dito. Bahkan seluruh keluarga
sudah sepakat pernikahan akan dilangsungkan 4 bulan lagi.
Tapi… tetap saja aku merasa
tidak nyaman. Apalagi Dito seringkali seolah sengaja mempertontonkan tubuh
telanjangku kepada orang lain. Di mobil, dan terakhir pagi tadi di Hotel
setelah dengan sengaja membuka tirai Hotel lebar-lebar.
Aku bingung... aku bimbang…
akhirnya aku tertidur lelah…
***
Pagi…
Baru saja aku akan berangkat ke
kantor ketika kudengar ketukan di pintu kamarku. Kubuka pitu dengan hati
bertanya-tanya siapa yang sepagi ini mau bertamu ke kamarku.
Saat kubuka pintu, kulihat Dito
berdiri sambil tersenyum tipis. Sebelum sempat kusapa, Dito sudah mendorong tubuhku masuk
kembali ke kamar. Kemudian Dito menutup pintu dan menguncinya sekaligus.
Setelah itu tanpa berkata apa-apa dia mulai membuka seluruh pakaiannya sendiri.
“Dit, mau ngapain? Nanti aku
terlambat.” protesku. Aku agak tersinggung dengan kedatangannya yang tiba-tiba
dan langsung buka pakaian di hadapanku tanpa basa-basi.
“Biarin lah terlambat sedikit.
Udah biasa kan?” jawab Dito santai sambil membuka celana dan celana dalamnya
sekaligus. Aku ingin protes lagi, tapi mataku tertumbuk pada kontol besarnya
yang sudah ngaceng dan berdiri tegak. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi saat
Dito memeluk tubuhku dan mencium bibirku.
Aku hanya pasrah saja saat Dito
membuka jilbabku dan melemparkannya entah kemana. Aku semakin pasrah ketika
lidah Dito menari-nari di telingaku sementara kurasakan kontol kerasnya
mendesak-desak perutku. Kuremas rambut Dito sambil meresapi jilatannya di
telinga dan leherku.
Dito tidak hanya menjilat
leherku, tapi menggigit-gigit kecil sambil dihisap kuat-kuat. Aku yakin
gigitannya pasti meninggalkan bekas merah di leherku. Aku tidak perduli. Toh
nanti akan tertutup jilbabku. Aku hanya peduli pada kenikmatan yang kurasakan
saat ini.
Setelah puas menggarap leherku,
Dito berhenti sejenak sambil menatap tubuhku yang masih berpakaian lengkap.
Kemudian tiba-tiba dengan agak kasar dan terburu-buru Dito melepas kancing-kancing
bajuku dan merenggutnya dengan keras untuk kemudian melemparkannya begitu saja.
Lalu tangannya bergerak ke punggungku membuka kait BH ku. Lagi-lagi Dito
merenggut BH ku dengan agak kasar dan melemparkannya.
Sejenak dipandanginya dada
telanjangku. Lalu diremasnya dengan kedua tangannya. Oooh… kasar sekali. Tapi
rasanya justru aku menyukainya. Remasan kasar Dito pada dadaku berhenti saat
Dito meluncur turun berjongkok di hadapanku.
Tangannya dengan lincah membuka
celana sekaligus celana dalamku dalam satu tarikan. Dan bugil lah aku… Di
kecupnya memekku dan dijilat dari bawah keatas. Uuughhh… aku berdiri dengan
gemetar merasakan jilatan Dito pada memekku.
Disaat aku sedang menikmati
jilatannya, tiba-tiba Dito menghentikan kegiatannya. Dia bangkit berdiri
dihadapanku lalu tanpa persiapan sama sekali aku di dorong keras hingga
terpental ke kasur.
Aku kaget dengan perlakuan kasar
Dito ini. Tapi belum sempat aku berkata apa-apa, Dito sudah menerkam menindih
tubuhku. Ciumannya begitu ganas. Lidahnya menerobos membelit-belit lidahku.
Pinggulnya bergerak-gerak menekan kontolnya di atas memekku.
Aku benar-benar terhanyut dengan
permainan kasar ini. Sensasi dari ketidak berdayaan seolah akan diperkosa ini
justru menambah nikmat cumbuan-cumbuan yang kurasakan.
Jilatan Dito mulai turun ke
dadaku. Mulutnya melahap dada kiriku dengan penuh nafsu seolah ia ingin memasukkan
seluruh daging dadaku itu ke dalam mulutnya.
“Ooooh… Dit… kamu tambah hebat,
sayang…” aku semakin meracau tidak karuan dengan perlakuannya ini. Ditambah lagi sementara
mulutnya melahap sambil menjilati puting dada kiriku, tangan kirinya meremas
kuat dada kananku sambil jemarinya memilin-milih puting susu kananku dengan
cepat dan berulang-ulang.
Aku tak tahan menghadapi serang
Dito kali ini. Belum-belum memekku banjir sudah. Kugoyang-goyangkan pinggulku
mengejar kontolnya yang terus saja menggesek permukaan memekku.
Dito merosot ke bawah. Tangannya
menggenggam kedua pahaku dan di bentangkannya lebar-lebar. Lalu kepalanya
merangsek selangkangku dengan tiba-tiba.
“Aoooow! Oooooooohhh…!” Aku
benar-benar dibuat menjerit. Lidah Dito langsung bermain menjilati lubang
memekku. Dengan kecepatan lebih dari biasanya, Dito menjilati memekku dari
bawah ke atas berulang-ulang. Lidahnya serasa menggaruk-garuk memekku yang
memang sudah gatal sedari tadi.
Lalu Dito melahap sebelah bibir
memekku seperti sedang mencium bibirku. Di sedot-sedotnya bibir memekku sambil
lidahnya menerobos masuk ke dalam lobang memekku dan menjilati dinding-dinding
bagian dalam memekku. Ooowwwh… semoga selaput daraku tidak sampai pecah
gara-gara lidah Dito yang bermain sampai ke dalam.
Kemudian kembali Dito menjilati
memekku dari bawah ke atas berulang-ulang, Lalu tiba-tiba mulutnya menangkap
itilku dan menghisapnya kuat-kuat sambil giginya mengunyah perlahan membuat
itilku seperti digiling.
Aku tidak sanggup lagi bertahan.
Tubuhku kejang. Pantatku kuangkat tinggi-tinggi mengejar mulut Dito. Tanganku
terlempar ke kiri dan kanan sambil meremas apa saja yang bisa kugapai.
Punggungku melengkung, kepalaku terdongak ke atas.
Kupejamkan mataku sambil berteriak histeris, “Aaaaaaaaaaagghhhhhh…”
Rasanya cairan memekku bukan
hanya mengalir. Tapi benar-benar menyembur dengan kuat. Entahlah, benar begitu
atau perasaanku saja. Yang jelas aku benar-benar merasakan nikmat yang luar
biasa.
Lama aku kejang dalam posisi
melengkung seperti itu sampai akhirnya aku terhempas hebat ke kasur. Nafasku
tersengal dengan keringat yang membasahi tubuhku.
Plak! Dito menampar pahaku
tiba-tiba sambi menghempaskan tubuhnya telentang di sampingku. “Ayo gantian.
Isep kontolku sekarang.” ujar Dito agak kasar.
Meski masih terasa lemas, aku
bangkit duduk menghadap kontol Dito. Kuraih batang kontol yang besar dan
berurat itu. Kuremas-remas dengan gemas. Lalu tanpa basa basi lagi kumasukkan
batang keras yang hangat itu ke dalam mulutku.
Kumajukan kepalaku naik turun mengocok kontolnya dengan mulutku. Sesekali kuhisap kuat-kuat kontol itu sebelum akhirnya kukocok lagi dengan mulutku. Kujilati kepala kontol Dito, lalu kuhisap. Hanya kepala kontolnya saja yang masuk ke mulutku. Lalu kuhisap-hisap sambil lidahku ikut menjilat-jilat. Kuhisap-hisap sampai kepala kontol itu melejit dan hampir terlontar keluar. Tapi sebelum kontolnya terlepas dari mulutku, segera kumasukkan lagi kepala kontol itu sambil tetap kuhisap-hisap.
Setelah itu kembali kumasukkan
seluruh batang kontol besar itu ke dalam mulutku. Kukocok-kocok lagi dengan
mulutku sampai akhirnya kubasahi seluruh permukaan kontolnya dengan ludahku.
Selanjutnya giliran tanganku
yang bertugas memberikan kenikmatan kepada kontol Dito. Kukocok dengan cepat
batang kontol besar ini. Tiba-tiba Dito bangkit duduk dan berdiri diatas kedua
lututnya membuat aku ikut terduduk.
“Ayo, isep terus… kocok yang kenceng… aku udah mau keluarrrr...” teriak Dito.
Aku pun semakin bersemangat
mengocok kontol Dito. Kurasakan kontol itu semakin keras. Dan mulai terasa
kedutan-kedutan pertanda sudah mau keluar. Seperti biasa, aku segera memasukkan
kontol Dito ke dalam mulutku supaya bisa ngecret di mulut.
Tapi Dito justru menepis
tanganku dan mencabut kontolnya dari mulutku. Lalu dia malah mengocok sendiri
kontolnya dengan tangannya di hadapan mukaku, dan… Crooot… Croooot… crooot…
tiga semburan menerpa wajahku. Mata, hidung dan mulutku. Dan Dito mendorong
tubuhku hingga telentang sambil terus saja mengocok kontolnya. Dengan sengaja
Dito mengarahkan semburan kontolnya ke leher, dada dan terakhir ke perutku.
Aku terkapar telentang belepotan
air mani di sekujur wajah dan tubuhku. Kulihat Dito bangkit meraih bajuku dan
membersihkan kontolnya dengan bajuku itu. Aku ingin protes, tapi lemas sekali
rasanya. Kubiarkan saja kelakuannya itu.
Tanpa berkata-kata Dito
mengenakan pakaiannya kembali. Sementara aku tetap saja terbaring lemas di
kasur. Kupikir sudahlah, aku tidak usah ngantor hari ini.
“Lin, aku mau ngomong...” ujar
Dito sambil mengenakan sepatunya. Aku tidak menjawab selain menatapnya heran
dengan wajahku yang masih belepotan air maninya itu.
“Mulai hari ini… kita putus!”
ucap Dito tiba-tiba.
Aku tersentak bangun. Aku duduk
menatap wajahnya yang tampak tanpa ekspresi itu. “Kenapa ?” tanyaku lemah.
“Terus terang, sebenernya
pacaran sama kamu itu enak. Nikmat banget. Susah nyari perempuan yang bisa
bikin enak kayak kamu, Lin. Masalahnya, kamu cuma enak buat dipacarin. Kalau
untuk dijadikan istri, aku mau cari perempuan baik-baik yang belum kenal kontol
sama sekali. Bukan yang udah kebanjiran air mani kayak kamu gini… Sorry ya,
Lin. Kita sampai disini aja. Terima kasih, barusan luar biasa enak.”
Aku tak mampu lagi berteriak.
Aku hanya menatap Dito yang melangkah ke pintu dengan air mataku yang berlinang
bercampur dengan air mani yang membasahi pipiku.
Sebelum membuka pintu, kembali
Dito berkata “Eh, tapi kalo kamu kangen sama kontol aku, telpon aja ya. Aku
siap kok. Oke?“ setelah itu Dito membuka pintu dan berlalu.
Aku membanting tubuhku telentang
ke kasur. Dan
menangis sejadi-jadinya…
***
# Bertemu Dana
Enam bulan sudah sejak
perpisahanku dengan Dito yang menyakitkan. Terlebih lagi jika mengingat
hubungan kami sebenarnya sudah sangat serius. Bahkan rencana pernikahan
sudah sering dibicarakan diantara keluarga kami. Hubunganku dengan orang tua
Dito sudah demikian dekat.
Tak bisa kubayangkan jika Dito menyampaikan kepada orang tuanya alasan dia memutuskan hubungan kami. Bagaimana mungkin gadis baik-baik berjilbab yang mereka sayangi ini ternyata luar biasa binal, bahkan saat putus dengan anaknya pun penuh belepotan air mani.
Untunglah Dito masih punya
sisa-sisa kebaikan. Dia cuma bilang bahwa kami sangat tidak cocok.
Well, enam bulan gak ketemu
kontol. Enam bulan gak ada yang jilatin memek. Kangennya luar biasa. Tapi untuk
memulai hubungan lagi rasanya juga gampang. Trauma dengan sikap Dito setelah
menerima kenikmatan dariku membuatku semakin ragu untuk pacaran lagi.
Tapi kemudian semuanya berubah.
Aku dipindah tugaskan sebagai staff administrasi khusus untuk event-event
seminar wilayah Jakarta. Hal ini menyebabkan aku sering terlibat langsung
dengan penyelenggaraan event, bahkan sampai menginap di hotel tempat
penyelenggaraan.
Pada saat event-event inilah aku
sering bertemu Dana, salah seorang Staff yang biasa mengurus operasional event.
Seringnya kami kerja bersama-sama dalam sebuah event membuat kami tambah akrab.
Keakraban itu berlanjut tidak hanya di tempat event, tapi juga ke kantorku.
Setiap hari kami makan siang bareng, walaupun untuk pulang bareng masih belum
menjadi rutinitas.
Dana tidak terlalu ganteng jika
dibandingkan dengan mantan-mantanku dulu. Secara fisik hampir tidak ada yang
istimewa. Namun wajah teduhnya membuat aku nyaman berada di dekatnya.
Sangat terlihat bahwa Dana belum
banyak pengalaman soal perempuan. Seringkali Dana terlihat canggung jika aku
mengajaknya bicara yang agak nyerempet-nyerempet bahaya. Wajahnya terlihat tersipu, dan
aku tahu itu bukan pura-pura. Satu lagi, Dana sangat sholeh. Aku tidak pernah
melihatnya meninggalkan Sholat. Bahkan jika kebetulan aku datang ke kantor agak
pagi, kerap aku memergoki Dana sedang Sholat Duha. Melihat kenyataan itu, tipis
rasanya harapanku untuk merasakan kontolnya. Tapi di lain sisi, aku berharap
Dana bisa menjadi calon suamiku.
Suatu ketika, kembali kantorku
menyelenggarakan event seminar. Dan seperti biasanya aku ditugaskan langsung dimulai
sejak persiapan.
Saat itu seluruh team yang
bertugas diberi fasilitas menginap di Hotel dimana event tersebut
diselenggarakan. Tentunya karyawan wanita sekamar dengan yang wanita.
Sebaliknya karyawan pria dengan karyawan pria. Dan tidak ada satupun dari kami
yang kebagian sekamar sendirian. Sehingga tipis kemungkinan aku bisa tidur
bareng Dana.
Dana mendapat kamar di lantai 4
sekamar dengan Baron sedangkan aku menempati kamar dilantai 5 sekamar dengan
rekanku Nani yang bertugas sebagai kasir.
Persiapan baru selesai sekitar
pukul 9 malam. Saat akan kembali ke kamar, Baron mengajak Dana untuk mencari
makan di luar saja. Alasannya makanan di kamar disamping mahal, rasanya juga gak nendang. Aku
agak malas untuk makan diluar karena rasanya sudah sangat letih dan ingin
segera rebahan untuk istirahat.
Sesampai di kamar aku segera
mengganti pakaian dengan daster panjang tanpa lengan dimana di dalamnya aku
tidak mengenakan apa-apa lagi. Sebenarnya aku lebih suka tidur telanjang bulat.
Namun karena aku tidak sendirian, terpaksa kututupi tubuh bugilku dengan daster
panjang.
Rasanya belum lama aku
memejamkan mata ketika HP ku berbunyi. Ah.. Dana. Ngapain malam-malam gini
telpon?
“Ya, Dan… ada apa?” tanyaku
dengan suara agak serak-serak bangun tidur.
“Udah tidur ya. Aku beliin
martabak nih. Mau gak?”
“Aku udah kenyang, Dan. Nggak
usah deh.” jawabku malas-malasan. Malam-malam gini makan martabak? Bisa gendut
aku.
“Yaaah… sayang donk. Ya udah,
temenin kita makan aja yuk. Sambil ngobrol-ngobrol.”
Sebenarnya aku masih sangat
ngantuk. Tapi
ngobrol-ngobrol dengan Dana di kamar? Sayang kalau dilewatkan. “Iya deh. Tunggu
sebentar ya.” Aku segera bergegas bangkit dari kasur. Kukenakan kembali Jilbabku. Aku
sempat bimbang apakah aku harus ganti baju, pakai celana dalam dan BH, atau gak
usah aja. Kupandangi sejenak tubuhku melalui cermin. Rasanya tidak akan
terlihat kalau aku tidak pakai celana dalam. Tapi BH? wow, pentil susuku jelas
sekali terlihat. Lagipula daster ini tanpa lengan. Bisa rusak imageku nanti.
Akhirnya kukenakan jaket dan
kukancingkan rapat untuk menutupi dada serta lenganku yang terbuka. Yup. Cukup
tertutup lah. Jadi aku tidak perlu ganti baju.
Yakin dengan dandananku yang
cukup tertutup, segera aku keluar menuju kamar Dana di lantai 4.
Sama seperti kamarku, kamar Dana
memiliki dua buah tempat tidur yang dipisahkan oleh meja kecil di
tengah-tengahnya. Sesampainya aku di sana ternyata mereka sedang makan nasi
goreng di atas tempat tidurnya masing-masing. Aku segera menghampiri Dana dan
duduk di kasur berdekatan dengan Dana.
Selesai makan kami lanjutkan
ngobrol-ngobrol. Dana pindah duduk di kursi sementara Baron tetap duduk di
kasurnya. Sedangkan
aku dengan santai duduk di kasur Dana bersandarkan bantal yang kususun tinggi.
Jujur saja, isi obrolan sangat
membosankan. Apalagi Baron. Omongannya gak ada yang menarik. Jokenya pun garing banget.
Seandainya bukan karena Dana, aku pasti sudah balik ke kamar. Tapi kesempatan
berdekatan begini sayang rasanya kalau kulewatkan begitu saja.
Untunglah setelah sekitar sejam
ngobrol gak jelas, Baron ngantuk dan pamit tidur duluan. Dia langsung masuk ke
balik selimut dan tidur miring menghadap tembok. Ah, asiiik…. aku tinggal
berdua dengan Dana.
Kutunggu sesaat sampai kira-kira
Baron sudah tertidur. Setelah kulihat tak ada tanda-tanda kehidupan, kubuka kancing
jaketku hingga tubuh bagian depanku yang terbungkus daster bisa terlihat.
Terutama bentuk dada besarku serta putingnya pasti tercetak dengan jelas.
Berkali-kali kulihat Dana
menatap dadaku sekilas, kemudian langsung memalingkan wajahnya. Aku yakin Dana
bisa melihat bentuk dadaku, dan aku yakin dia tahu kalau aku tidak pakai BH.
Terlihat sekali dia canggung dengan keadaan pakaianku. Wah, bagaimana kalau dia
tahu aku tidak pakai celana dalam ya?
“Dan, ngobrolnya sini donk.
Jangan jauh-jauhan gitu. Kayak musuhan aja.” ajakku ketika kulihat Dana tidak
juga mengambil inisiatif. “Ayo sini. Gak akan aku gigit deh. Kecuali kamu yang
minta.” ajakku lagi saat Dana tidak juga bereaksi.
Akhirnya Dana bangkit pindah
duduk di sebelahku. Terasa sekali Dana sangat canggung duduk berdekatan di atas
tempat tidur berduaan denganku. Aku jadi tersenyum geli melihat tingkahnya yang
serba salah itu.
Kugeser dudukku lebih dekat dan
menghadap dia. Kuusap kepalanya lembut sambil terus ngobrol ngalor ngidul. Saat
bercerita, sesekali siku lengan Dana menyenggol dadaku yang tanpa BH. Dana
semakin gelisah.
Tidak tahan dengan sikapnya yang
pasif, segera kuraih kepala Dana dan kucium bibirnya. Beberapa kali
kukecup-kecup bibirnya sampai akhirnya Dana mulai bisa menguasai keadaan.
Tangannya mulai meraih pipiku sambil lidahnya bermain-main di mulutku. Kemudian perlahan
tangannya turun ke leherku, terus turun lagi sampai ke dadaku. Diremasnya dadaku
perlahan. Ah… akhirnya bisa juga dia.
Aku benar-benar tidak tahan.
Kudorong tubuh Dana hingga terlentang, lalu kutindih dia. Kuciumi
bibirnya dengan penuh gelora nafsu sambil memekku kugesek-gesekkan ke kontolnya
yang terasa sudah keras dibalik celana panjangnya.
Sedang seru-serunya kami
bercumbu, tiba-tiba …
“Lin, kalo mau pacaran jangan
disini. Gue gak bisa tidur dengerinnya…” terdengar suara Baron agak ketus walau
wajahnya tetap menghadap tembok.
Aku menghela nafasku yang sudah
tersengal-sengal. Duuuuh… ganggu aja deh… Terpaksa kami menghentikan kegiatan nikmat ini. Aku minta Dana untuk
mengantarku ke kamar. Di dalam Lift kembali kucium Dana dengan penuh nafsu.
Dana memelukku erat. Tiba-tiba tangannya meremas pantatku. Saat itulah dia
sadar kalau aku tidak pakai celana dalam. Sayang, pintu lift keburu terbuka.
Kami keluar dari lift dengan saling rangkul. Rupanya tangan Dana masih betah
berdiam di pantatku. Kurasakan tangannya mengelus-elus pantatku dengan mesra.
Di depan pintu, kembali kami
berciuman. Kali ini Dana sangat bernafsu. Tangannya tidak henti meremas dadaku.
Kurasakan kontolnya begitu keras menekan atas perutku.
“Dan… besok kita buka kamar aja
yuk…” bisikku di telinga Dana dengan nafas memburu. Dana menatap mataku
sejenak. Terlihat dia agak ragu. “Aku yang bayar deh. Mau yah… yah… yah…”
bisikku lagi setengah memaksa.
Akhirnya Dana mengangguk setuju.
Kucium bibirnya lama sebelum akhirnya kulepaskan dan meninggalkannya berdiri di
depan pintu.
***
Seharian ini kuikuti kegiatan
seminar dengan tidak sabar. Pikiranku sudah tertuju pada rencana malam nanti.
Saat break makan siang tadi aku sudah memesan kamar dilantai 8. Agak mahal
memang, tapi yang penting terpisah jauh dari teman-temanku yang lain.
Begitu Seminar hari pertama
selesai, aku langsung menghilang ke kamar. Kepada Nani teman sekamarku
kukatakan bahwa malam ini aku tidak menginap. Padahal sesungguhnya aku pindah
ke kamar yang telah kupesan.
Di kamar aku langsung melepas
seluruh pakaianku hingga telanjang bulat. Semula aku akan menyambut Dana dengan
tubuh bugil seperti ini. Tapi setelah kupikir lagi, rasanya terlalu ekstrim.
Akhirnya aku memilih daster yang paling tipis. Setelah siap, kutelpon Dana,
memintanya segera menemuiku di kamar.
Tak berapa lama kudengar bel
berbunyi. Segera kubuka pintu, dan Dana tertegun memandangku.
Kutarik tangan Dana dan segera
kututup pintu. Dana menatapku dengan takjub. Aku yang biasa berpakain serba
tertutup kini berdiri di hadapannya hanya mengenakan daster tipis tanpa apa-apa
lagi di dalamnya.
Kudorong tubuh Dana hingga
tersandar di pintu. Kupeluk dia, kucium dengan ganas. Dana sampai gelagapan
menghadapi seranganku yang tiba-tiba. Dengan tergesa dan penuh nafsu kupereteli
kancing-kancing kemejanya. Lalu kubuka kemeja itu dan kulemparkan ke lantai. Lidahku
langsung menari-nari di lehernya. Kugigit-gigit kecil lehernya. Lalu kujilati mulai
pangkal lehernya melewati jakun sampai ke dagunya. Kujilati berulang-ulang. Dana
tidak bisa bisa berkata-kata selain ucapan uh-uh yang tidak jelas.
Lidahku meluncur ke dadanya.
Kujilat pentil dadanya sambil kutarik-tarik dengan mulutku. Lalu kusedot
kuat-kuat bergantian pentil kiri dan kanan. Selanjutnya aku merosot turun
berjongkok dihadapannya. Kujilati pusarnya sambil tanganku membuka ikat
pinggangnya. Kubuka kancing celananya, kubuka resletingnya lalu kuperosotkan
celana panjangnya hingga ke mata kaki. Tampaklah tonjolan dibalik celana dalam
putih yang sudah siap untuk dikulum.
Saat aku akan merenggut celana
dalamnya, Dana mencegahku. Tubuhku ditarik berdiri, kemudian dia memelukku
dengan kuat sambil kembali mencium bibirku. Tangannya meremas-remas pantatku.
Aku benar-benar tidak tahan.
Kutarik tangannya menuju tempat tidur. Kudorong tubuhnya hingga jatuh telentang
diatas tempat tidur. Kubuka dasterku dan berdiri telanjang bulat dihadapannya.
Dana sampai melotot melihat tubuh telanjangku. Tak menunggu lama lagi
kutarik celana dalam Dana melewati kakinya dan kulempar entah kemana. Maka
terlihatlah kontolnya yang sudah ngaceng sepenuhnya. Berdiri tegak menanti
untuk di sedot.
Ukuran kontolnya biasa saja,
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tapi bagiku yang sudah enam
bulan tidak ketemu kontol, pemandangan di hadapanku ini menjadi begitu
menggairahkan.
Kupanjat tubuh telanjang Dana.
Kuciumi bibirnya dengan nafsu membara. Kutekan dadaku ke dadanya hingga gepeng.
Lalu kugoyang-goyang pinggulku hingga memekku bergesekan dengan kontolnya. Kugoyang
pantatku maju mundur, membuat belahan memekku yang sudah basah meluncur lancar
disepanjang batang kontolnya.
Tidak sampai dua menit aku
menggesek memek kulihat Dana mengerang keras, dan… Croooot air maninya
menyembur membasahi perut kami berdua. Ah… kontol perjaka. Nyesel tadi gak aku
isep aja. jadi kan air maninya gak mubazir terbuang percuma begini.
Sedikit kecewa aku beranjak ke
kamar mandi membersihkan tubuhku dari semburan air mani Dana. Setelah itu aku
kembali ke kamar sambil membawa handuk kecil. Kubersihkan perut Dana dengan
handuk kecil yang kubawa. Kubersihkan juga kontolnya yang sudah mulai mengecil.
Setelah itu aku berbaring di samping
Dana. Kurebahkan kepalaku di bahunya sambil tanganku terus meremas-remas
kontolnya. Aku berharap kontol Dana bisa cepat bangkit kembali.
Dan benar saja, tidak perlu
berlama-lama kurasakan kontol itu semakin membesar. Kukocok-kocok terus
kontolnya sampai benar-benar ngaceng. Setelah itu aku langsung bangkit menindih
tubuhnya lagi.
Aku berjongkok di atas
kontolnya. Kuraih kontolnya dengan tanganku, lalu dengan nekat kugosok-gosok
kepala kontolnya ke dalam belahan memekku. Aaaah… rasanya luar biasa nikmat.
Ingin rasanya kumasukkan seluruh batang kontol ini ke dalam memekku ketika
tiba-tiba Dana meronta menghindari memekku.
“Jangan, Lin. Gak boleh. Kita
belom nikah…” wajah Dana terlihat tegang. Antara takut dosa dan kepengen dosa.
Kurebahkan tubuhku menindih
tubuhnya. Kukecup lembut pipinya. “Iya, aku tau. Aku juga masih perawan kok.”
ujarku sambil kemudian kukecup lembut bibirnya. “Tapi kalo main-main dikit
boleh kan?” aku tak menunggu jawabannya, tapi langsung melorot ke bawah hingga
wajahku berhadapan langsung dengan kontolnya.
Kuraih benda yang sudah lama
kurindukan itu. Kuusap-usap, lalu kemudian kujilat dari bawah ke atas.
Ooooh... akhirnya… ketemu kontol lagi…
Kusedot-sedot kepala kontolnya
sambil lidahku menari-nari diseluruh permukaan kepala kontolnya. Lalu
kumasukkan seluruh batang kontol itu ke dalam mulutku. Karena kontol Dana tidak
terlalu panjang, tidak sulit aku menelan seluruh batang kontolnya.
Kukocok-kocok kontol ngaceng itu
dengan mulutku. Maju-mundur-maju-mundur, kuisap kuat-kuat sambil kutarik sampai
hampir terlepas. Lalu kuisap lagi kuat-kuat sambil menelan kontolnya.
Belum lama kontol itu kuisap,
kurasakan denyutan-denyutan yang sudah sangat ku kenal. Ah cepat sekali… Langsung
kuisap-isap dengan kuat dan cepat, dan… crooot.. crooot.. crooot.. terasa
semburan yang sangat kuat menerpa mulutku. Kutelan semua cairan yang menyembur
itu sambil terus kusedot-sedot kepala kontolnya dengan kuat. Kontol itu baru
kulepaskan setelah menciut jadi kecil dan lembek lagi.
Kutatap wajah Dana. Matanya
terpejam puas. Aku berbaring di sebelahnya sambil kubelai-belai rambutnya. Tak lama, Dana
tertidur…
Tinggal aku yang terbaring bugil
dengan nafsu yang masih menggantung. Tak
apalah, lumayan setelah enam bulan nganggur…
***
# Gairah di Pagi Hari
Bangun tidur, aku merencanakan untuk menggoda Dana lagi. Pura-pura mau
mandi, aku berjalan pelan di depannya. Aku hanya menggunakan handuk kecil untuk
kulilitkan ke tubuhku seadanya. Saat lewat di depannya yang sedang menonton TV,
persis di depan matanya, handuk itu kulepaskan hingga jatuh ke lantai, kontan
tubuhku yang tidak terbungkus apapun terlihat jelas olehnya.
Dana langsung tersipu malu dan
melengoskan pandangannya. Dasar bocah lugu. Sudah menikmati tubuhku semalaman,
masih juga malu. Kuteruskan langkahku ke kamar mandi sambil tersenyum tertahan
melihat tingkahnya.
Tidak lama di dalam, aku berseru
memanggil Dana untuk mengambilkan sabun cair di tas, ”Dan, tolong ambilin sabun
yaaa...” kataku.
”Iya, Lin, sebentar...” kudengar
dia turun dari ranjang dan melangkah pelan ke lemari, tempat dimana tasku berada.
Setelah ketemu, dia mengetuk pintu kamar mandi yang tidak kukunci.
Aku berseru. ”Masuk aja, Dan.”
Dana membuka sedikit pintu itu
dan menjulurkan tangannya yang menggenggam sabun. Segera kutarik tangannya ke dalam
sambil berkata, ”Tolong dong, sabuni aku.
Aku nggak bisa menyentuh bagian belakangku.”
Dana tertegun melihat tubuh
telanjangku yang mengkilat karena basah. Terutama payudara dan puting susuku
yang tampak makin membengkak besar. Dia sudah tidak melengoskan pandangannya
lagi, malah Dana memperhatikan tubuhku yang bugil dan ranum itu dengan muka
memerah.
“Heh, kok malah ngeliat gitu sih?”
ujarku sambil pura-pura menutupi buah dadaku yang sudah besar dari dulu ini, karena
susuku sering diremas dan di rangsang oleh laki-laki. ”Sini, buka bajumu agar
gak basah. Kita mandi sama-sama.” segera kulucuti pakaian Dana tanpa menunggu jawaban
darinya.
Setelah kubuka celana dalamnya, kulihat kontolnya masih kecil, belum
tegang sama sekali. Penasaran banget aku, masa ngeliat tubuhku gini, dia belum
ngaceng sih, pikirku. Biar, nanti kuhisap dan kubuat kau ketagihan hisapan mulutku, pikirku
mesum.
Kupasang shower dan aku mulai
mandi di depan Dana yang juga sudah telanjang bulat. ”Ayo, sabuni aku. Jangan
bengong aja gitu.” ujarku. Dia mulai mengusap punggungku dengan tangan gemetar.
Wah, asik nih, akan kuajari dia cara menyenangkan perempuan, pikirku.
”Sini, depannya juga. Masa cuma punggungnya
aja.” kataku sambil membalikkan badan. Kuberikan bongkahan payudaraku
kepadanya.
”Eh, i-iya, Lin....” Dana menjawab
dengan gugup. Dia mulai mengusap-usap dadaku, meremasnya pelan, dan
memilin-milin putingnya yang mungil menggiurkan. Aku jadi terangsang dengan
usapan tangannya. Kunikmati pijatannya sambil merem melek.
Tidak puas, aku juga mulai
menyabuninya, ”Sini, Dan... tubuhmu juga harus dibersihkan, biar wangi dan
harum.” kataku.
Dana diam saja. Tapi tangannya
masih tetap mengusap-ngusap buah dadaku. Dia meremasnya kuat-kuat saat tanganku
berhenti di kontolnya dan mengocoknya lembut. Nah, mulai kelihatan aslinya,
pikirku. ”Aduh, Lin, geli... geli banget... tapi enak.” katanya takut-takut.
”Udah, kamu diam aja.” Setelah
kusiram bersih tubuhku dan tubuhnya, aku jongkok di depannya sambil kugenggam erat
kontolnya yang belum terlalu ngaceng itu, masih agak lembek. Sambil melihat wajahnya,
kumasukkan kontol itu ke dalam mulutku dan kukemot pelan-pelan. Kulihat mata
Dana melotot sambil memperhatikan kontolnya yang keluar-masuk di mulutku, dia mendesah
dan menelan ludah.
Pelan kujilati seluruh
kontolnya, mulai dari pelirnya sampai ke ujung kepala. Dari situ kumasukkan
seluruh kontolnya ke mulutku, lumayan keras meski belum ngaceng sempurna.
Setelah beberapa lama menghisap
kontolnya, Dana mulai bergetar. Wah, tandanya dia mau keluar nih, pikirku.
Semakin kuperkuat hisapanku, kontolnya kukenyot cepat di mulutku. Saking enaknya, tanpa
disadari Dana, pantatnya sampai maju mundur seperti orang ngentot. Dia
memperkosa mulutku.
Lin, aduh... aku... Oughh! Enak
sekali...” teriaknya, lalu... croott... crooottt... crooooottth...!!! banyak
sekali pejuhnya keluar di dalam mulutku, langsung kusedot habis dan kutelan
dengan kenikmatan luar biasa. Kulihat wajahnya merah padam pada saat pejuhnya
keluar. Dana mendongak ke atas dan oleng ke kiri dan ke kanan.
”Enak nggak, Dan? Kau suka kontolmu
kuhisap?” tanyaku nakal.
”He-eh, Lin. Enak sekali.” katanya
masih sambil bergetar.
Aku maklum, karena meski ini bukan
pejuh pertamanya, tapi tetap saja dia menikmatinya. Pengalaman ini pasti terasa
begitu luar biasa bagi orang pemula seperti Dana.
Setelah dia bisa mengatur nafas,
kini giliranku yang minta kepuasan. Berbaring mengangkang di lantai kamar
mandi, kuminta dia menjilat memekku. Dana melakukannya dengan senang hati.
Total hari itu, lebih dari 12
kali kami moncrot. Pejuh Dana berhamburan di mulutku, juga ke wajah, rambut,
dan susuku. Bahkan ada yang ditaruh di atas memekku, sempat membuatku takut
juga kalau sampai hamil. Cepat kuseka cairan itu dengan tissue sampai bersih.
Sementara cairanku sendiri
mengalir deras membasahi kasur dan sprei. Beberapa ada juga yang menyembur
sampai ke lantai.
Sama-sama puas, kami akhirnya
terkulai lemas dan berbaring berpelukan. Mataku terpejam, sementara mulutku
terbuka mengalirkan pelan pejuh Dana masuk ke dalam perutku.
Aku lelah... tapi juga gembira
luar biasa...
***
Sejak itu, hubunganku dengan Dana makin dekat dan intim. Di kantor, kami sudah tidak malu-malu lagi untuk mengakui kalau kami berpacaran. Bahkan bisa lebih dari sekedar pacar, karena kini Dana sudah tidak malu-malu lagi meminta oral kepadaku. Aku juga begitu, horny dikit, aku langsung kontak Dana untuk ketemuan. Pokoknya, asal waktu dan tempatnya terpenuhi, kami akan melakukannya. Tapi meski begitu, satu yang kami pegang, aku mau tetap perawan sampai menikah nanti. Jadi terangsang bagaimanapun, kami harus bisa nahan diri cukup dengan emut atau gesek saja, tanpa tusuk apalagi genjot.
Sama seperti sore ini, jam 17:15 aku datang ke ruangan
Dana. Sudah sejak siang, memekku gatal pingin digaruk. Kebetulan seisi ruangan
sudah pada pulang semua, tinggal aku berdua dengan Dana. Maka tanpa membuang
waktu lagi, kubanting tubuh Dana ke meja kerjanya dan kuciumi dengan penuh
nafsu.
Dia yang sudah mengerti akan nafsu gilaku, mengimbangi
dengan menyentuh paha mulusku pelan. Kebetulan hari itu aku mengenakan rok
panjang longgar, jadi Dana mudah saja menyelipkan tangannya. Dengan cepat
jari-jarinya naik, sedikit demi sedikit, menuju pangkal pahaku. Aku mulai merem
melek keenakan, sambil tanganku merangkul pundaknya, sementara bibirku tetap menancap
di mulut Dana yang tebal.
Aku melenguh saat ujung jari tengah Dana menyentuh selangkanganku
dan mengelus pelan sekumpulan rambut hitam yang ada disana, yang masih tertutup
oleh celana dalam. ”Ahhhh... Dan, terus...” aku mendesah.
”Kamu memang sangat menggairahkan, Lin.” Dana
berkomentar.
Aku cuma menjawab dengan anggukan kecil dan mata makin
terpejam rapat. Desahanku terdengar semakin keras. Jari tengah Dana sudah
melewati celah celana dalamku sekarang, dia menyentuh bibir kemaluanku, dan
mengelusnya. Dana menggesek-gesekkan jarinya di permukaan klitorisku yang sudah
menyembul keras. Oughhhh... tubuhku langsung melenting. Aku kegelian, tapi juga
enak.
Setengah sadar aku berkata, ”Aduh, Dan… geliii... oughhh...
geliii...” terasa sekali memek dan celana dalamku sudah basah berlendir. Tanganku
makin rapat memegang pundak Dana, sementara mulut kami terus saling beradu.
Tak mau kalah, tangan kananku merambat ke arah gundukan
kaku di selangkangan Dana. Kubuka resletingnya dan kulorotkan celana dalamnya hingga
sebatas paha. Tanpabisa dicegah, tersembulah kontol Dana yang sudah menegang
dahsyat. Benda itu berdiri tegak, siap untuk diapain aja. Tanpa disuruh, aku
segera memegang dan mengelus-elusnya.
Dana yang sepertinya
juga sudah nafsu buanget, meraih celana dalamku dan menariknya turun. Sementara
rok panjangku cuma ia gulung hingga ke pinggang. Dana lalu mendudukkanku di
meja sambil tangannya membuka kancing bajuku satu per satu. Ia juga meraih tali
pengait BH-ku dan melepasnya dengan mudah. Maka lengkaplah sudah, aku telanjang
di depannya.
Kami saling melumat beberapa saat sebelum akhirnya ciuman
Dana turun ke leher dan dadaku. Dia mencucup dan menjilati puncak gunung kembarku
dengan rakus. Oughhh... Aku langsung mengerang keenakan. Tanganku makin keras meremas
dan mengelus burung Dana.
Setelah agak lama menyusu, dia lalu berbisik. ”Lin, jadi
pengen masukin burungku ke sangkarnya...” sambil tangannya menerobos pelan
lubang memekku.
Aku yang tidak ingin ngentot, tentu saja menolaknya. ”Jangan,
Dan... ingat komitmen kita.” aku masih ingin mempersembahkan perawanku untuknya
saat malam pertama nanti.
Dana yang pada dasarnya juga lugu, dengan mudah tersadar.
Dia pun tidak berkata-kata lagi. Asyiknya, tangan dan mulutnya tidak berhenti bekerja,
dia terus memborbardir pertahananku dengan lumatan dan elusannya yang
sungguh-sungguh membangkitkan gairah.
Melihat dia sudah tidak kuat lagi, aku segera turun dari
meja dan berjongkok di bawah untuk mengulum burungnya. Dengan perlahan bibirku
mengecup ujungnya, kujilati cairan precum
Dana yang mulai meleleh keluar. Kemuadian dengan sangat berhati-hati kutelan kontol itu,
kumasukkan ke dalam mulutku. Kuhisap kontol itu bervariasi, dengan menjilati
batangnya dari ujung lubang kemaluan sampai buah pelirnya, kemudian kuhisap-hisap
keras seluruhnya hingga membuatku hampir tersedak, lalu kembali lagi pelan di
sekitar ujungnya.
Begitu terus hingga tanpa terasa 15 menit pun berlalu.
Kurasakan kontol Dana mulai memanas dan berkedut-kedut. Sepertinya benda itu
sudah mau meledak. Aku segera mempercepat kocokanku. Kumasukkan kontol Dana
dalam-dalam ke mulutku dan kuhisap kuat-kuat.
Dana menggeram, ”Lin, aku sudah mau keluaaarrr…”
Segera kulepas kontol itu dan kukocok-kocok di depan
wajahku. Tak sampai 1 menit, muncratlah air mani Dana membasahi wajah dan
payudaraku. ”Ssshh… Lin… Enaknya...” dia mendesah sambil bersandar di kursi.
Aku yang sudah sangat bergairah, segera berbaring
telentang di meja. Kubuka kakiku lebar-lebar hingga Dana bisa melihat memek
merahku yang sudah sangat basah. ”Ayo... Dan, jilat!” aku meminta.
Dana pun segera membenamkan kepalanya disana...
Begitulah hubunganku dengan Dana yang begitu panas dan
menggairahkan.
Hubungan kami terus berlanjut hingga ke tahap yang serius. Aku yakin Dana adalah laki-laki yang tepat untukku. Dia alim sekaligus nakal. Sementara bagi Dana, aku adalah gadis yang telah berjasa membawanya menuju kedewasaan. Kami saling mengisi dan melengkapi.
Hubungan kami terus berlanjut hingga ke tahap yang serius. Aku yakin Dana adalah laki-laki yang tepat untukku. Dia alim sekaligus nakal. Sementara bagi Dana, aku adalah gadis yang telah berjasa membawanya menuju kedewasaan. Kami saling mengisi dan melengkapi.
***
# Malam Pertama Pengantin Baru
Dua bulan
kemudian, kami menikah. Setelah lama cuma petting dan oral sex, inilah saat
dimana kami akan melakukan yang sebenarnya. Berbekal pengetahuan seks
yang kudapat dari internet, aku siap melayani Dana, suamiku.
Wangi harum melati semerbak ke setiap sudut kamar pengantin kami yang
dihias warna dominan merah jambu. Berbalut daster tipis yang juga berwarna pink, aku
berbaring di ranjang. Jilbabku sudah kulepas sejak tadi. Dana ada di sisiku. Matanya yang bening menatapku penuh rasa
cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang
memeluknya.
Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan
seranjang. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada
lagi rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami
rasakan dan alami selama berpacaran.
Suasana yang romantis, ditambah dengan sejuknya hembusan
AC, sungguh membangkitkan nafsu. Dana memelukku dan mengecup keningku, lalu mengajakku
berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan pak Kyai tadi. ”Andaikan apa yang
kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah
dia dari godaan setan yang terkutuk.”
Dari kening, ciuman Dana turun ke alis mataku yang hitam dan
lebat, lalu berlanjut ke hidung dan terus hingga sampai ke bibirku. Ciuman kami
semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling melumat diikuti dengan desahan
nafas yang semakin memburu. Tangan Dana yang tadinya memeluk punggungku, mulai
menjalar ke depan, perlahan menuju ke gundukan payudaraku yang cukup besar. Dia
memujiku karena sudah pintar memilih daster. Baju ini berkancing di depan dan
hanya 4 buah, jadi mudah bagi Dana untuk
membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama kemudian, baju itu pun terkuak, juga
kaitan BH-ku yang melingkar di punggung. Kedua bukit kembar ku pun tersembul
keluar. Tampak indah menggoda dengan ukurannya yang besar dan bentuknya yang
bulat sempurna, lengkap dengan putingnya yang mungil kemerahan.
Sementara Dana mengelus dan memandanginya dengan kagum,
aku juga berhasil membuka kancing piyamanya,
melepas singlet dan juga celana panjangnya. Hanya tinggal celana dalam
masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dana tersenyum dan menatapku
sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Dia lalu melanjutkan ciumannya
ke leherku, turun ke dada, dan dengan amat perlahan, mendaki bukit payudaraku
dengan lidahnya. Saat sampai di puncak, Dana menjilat dan mengulumnya dengan
penuh nafsu. Diperlakukan seperti itu, putingku yang sudah mengacung keras,
makin menegak tak karuan.
”Oughhh.. Arrgghhhhh...” aku jadi mendesah dan meracau
tidak jelas. Mataku terpejam, sementara bibirku yang tebal sensual sedikit
merekah. Sungguh sangat menggairahkan sekali.
Sambil terus mencucup, tangan Dana mengelus, meremas dan
memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Dia seperti tidak ingin buru-buru,
seperti ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Mulutnya
berpindah dari satu sisi susu ke sisi satunya lagi, diselingi dengan ciuman ke
bibirku, membuatku makin berkeringat. Aku cuma bisa membalas dengan mengacak-acak
rambutnya liar, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang penting
birahiku terlampiaskan.
Dengan berbaring menyamping berhadapan, Dana melepas
celana dalamku. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kulakukan
kepadanya, membuat kontolnya yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Dana
membelai kakiku sejauh tangannya bisa menjangkau, perlahan naik ke paha, berputar-putar,
berpindah dari kiri ke kanan, sambil sesekali seakan tidak sengaja menyentuh
gundukan berbulu lebat milikku.
Sementara aku yang juga sudah tidak sabar, segera membelai
dan menggenggam kontolnya. Kukocok benda itu, kugerakkan tanganku maju mundur.
”Ahhhssss...” Dana melenguh nikmat. Walaupun hal itu sudah
sering dia rasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi kali
ini rasanya sungguh lain. Pikiran dan konsentrasi kami tidak lagi terpecah.
Kami sudah halal untuk melakukannya.
Melalui paha sebelah dalam, perlahan tangan Dana naik ke
atas, menuju ke memekku. Begitu tersentuh, aku mendesah semakin keras. Nafasku
juga semakin memburu. Perlahan Dana membelai rambut kemaluanku, lalu jari
tengahnya mulai menguak ke tengah, membelai dan memilin-milin tonjolan daging sebesar kacang milikku yang
sudah sangat licin dan basah.
Tubuhku langsung menggelinjang, pinggulku bergerak ke
kiri ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringat semakin deras keluar dari
tubuhku yang montok.
Di atas, ciuman Dana menjadi semakin ganas. Ia mulai
menggigiti lidahku yang masih berada di dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin
cepat bermain di atas klitorisku,
mengelusnya maju-mundur dengan cepat, hingga tak lama tubuhku mengejang dan
melengkung, kemudian terhempas keras ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama
telah berhasil ia persembahkan untukku.
Kupeluk dia dengan erat dan berbisik, “Ohh... nikmat
sekali. Terima kasih, sayang.”
Dana yang tidak ingin beristirahat lama-lama, segera menindih tubuhku, lalu dengan perlahan menciumi payudaraku, dan terus ke bawah hingga ke perut, ke bawah lagi, dan terus ke bawah, hingga deru nafasku kembali terdengar berisik disertai rintihan panjang begitu lidahnya mulai menguak lubang memekku. Cairan vagina ditambah dengan air liur Dana membuat lubang hangat itu semakin basah.
Dana memainkan klitorisku dengan lidahnya, sambil kedua
tangannya meremas-remas pantatku yang padat berisi. Tanganku kembali
mengacak-acak rambutnya, sambil sesekali kukuku yang tidak terlalu panjang
menancap di bahunya. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalaku terangkat lalu
terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan amat sangat yang diberikan
oleh Dana. Perutku terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakiku
menjepitnya dengan kuat.
Tak tahan, kutarik kepalanya, lalu kucium dia dengan
gemas. Dana menatap mataku dalam-dalam, meminta ijin dalam hati untuk
menunaikan tugasnya sebagai suami. Tanpa kata, aku mengiyakannya. Akhirnya,
tiba juga saat itu. Sambil tersenyum manis, kuanggukkan kepalaku.
Dana memberikan kontolnya untuk kukulum sebentar, sekedar
untuk membasahinya, sebelum akhirnya dengan perlahan, mengarahkannya menuju
liang kewanitaanku. Dia menggosok-gosoknya sedikit untuk menambah bukaan
memekku, kemudian dengan amat perlahan, menekan dan mendorong masuk.
Aku langsung merintih keras, kesakitan. Spontan kudorong
bahunya, meminta Dana untuk berhenti sebentar. Air mata meleleh di sudut mataku.
Dana yang tidak tega, segera menarik kembali penisnya. Dia
memeluk dan menciumiku. Hilang sudah nafsunya saat itu juga.
”Maafkan aku, sayang..” aku berkata penuh sesal.
”Iya, aku mengerti.” Dana melumat bibirku. ”kita coba
lagi nanti.”
Setelah beristirahat beberapa lama, Dana mencoba
memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Dia sangat mencintaiku sehingga tidak
tega untuk menyakitiku.
Aku sendiri juga sangat ingin melakukannya. Tapi mau
bagaimana lagi, rasanya memang sangat-sangat sakit. Jadilah malam itu kami
tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Aku meminta maaf kepadanya
dengan mengoralnya sampai keluar. Tapi Dana kelihatan tidak begitu puas. Dia
ingin memecah perawanku. Aku bisa mengerti kegusarannya.
***
Esoknya, kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau
hubungan yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak
masuk di akal bila seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat
wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat tenaga? Apalagi kalau sampai wanita itu menikmati dan sampai
orgasme, itu sangat-sangat tidak mungkin.
Jam 10 malam, kami kembali masuk kamar dengan bergandengan
mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok saudara-saudara iparku.
Tidak ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata
Receptionist Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok
dan sindiran dari mulut saudara-saudara ipar, kutanggapi dengan senang dan
bahagia.
Seperti biasa, setelah saling merayu dan memuji, kami
segera melepas pakaian masing-masing. Dengan tubuh sama-sama telanjang, kami
naik ke atas tempat tidur dan berpelukan dengan erat. Setelah berciuman dan
saling remas beberapa saat, aku pun segera menghisap penis Dana. Kulakukan
sampai dia hampir keluar. Sebelum moncrot, Dana meminta untuk berhenti.
Sepertinya dia benar-benar berniat akan mangambil perawanku malam ini.
Dana memintaku untuk berbaring telentang di tempat tidur.
Dia menarik lututku hingga aku mengangkang. Telungkup tepat di bawahku, muka
dan mata Dana persis berada di depan vaginaku. Dia memelototi bagian dalam
memekku yang merah basah, sungguh menggairahkan. Dengan dua jari, Dana membuka
dan memperhatikan bagian-bagiannya.
”Baru kali ini aku melihat memekmu dengan jelas.”
katanya. Aku tahu, meski sudah sering menjilatinya, tapi Dana melakukannya
dengan mata tertutup.
”Aku baru tahu kalau klitoris bentuknya tidak bulat,
tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor,
Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat
beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang
berhasil kau jaga utuh selama ini. Jauh dari bayanganku, selaput itu ternyata
tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Di tengahnya
ada lubang kecil.” Dia menerangkan.
Tidak tahan berlama-lama, Dana segera mulai menciumi memekku.
Dia memainkan klitorisku dengan lidahnya yang basah, hingga membuatku kembali
mengejang.
”Arghhhhh...” merintih keenakan, kujepitkan kedua kakiku
ke kepalanya erat-erat, seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi.
Dana terus memilin, menyedot, dan memain-mainkan klitoris
kecilku dengan lidah dan mulutku. Dia semakin liar, bahkan aku sampai terduduk
menahan kenikmatan yang amat sangat.
Aku lalu menarik pinggulnya, sehingga posisi kami menjadi
berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepala Dana berada di depan memekku,
sementara aku dengan rakusnya telah melahap dan mengulum batang penisnya yang
sudah sangat keras dan besar. Oughhh... rasanya sungguh nikmat tiada tara.
Tapi Dana kelihatan kesulitan untuk melakukan oral
terhadapku dalam posisi seperti ini. Jadi dia memintaku kembali telentang di
tempat tidur. Dana lalu naik ke atas tubuhku, tetap dalam posisi terbalik. Kami
pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan
jauh berbeda, karena kami sudah suami istri sekarang.
Hampir bobol pertahanan Dana menerima jilatan dan hisapan
lidahku yang hangat dan kasar. Apalagi saat kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku
seperti akan menelannya, kemudian aku bergumam. Getaran pita suaraku seakan
menggelitik ujung kemaluannya, membuatnya menggelinjang keras. Bukan main
nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, Dana segera
mengubah posisi. Wajah kami berhadapan. Kembali dia menatap mataku, membisikkan bahwa dia
sangat menyayangiku. Dana juga bertanya, apakah kira-kira aku akan tahan kali
ini? Kucium bibirnya dengan gemas sebagai jawaban, kuminta dia untuk
melakukannya pelan-pelan.
Dana menuntun kontolnya menuju lubang vaginaku.
Berdasarkan pengamatannya tadi, Dana tahu dimana kira-kira letak Liang Senggamaku.
Dia menciumku sambil menurunkan pinggulnya pelan-pelan.
Aku langsung merintih tertahan, tapi kali ini tanganku
tidak lagi mendorong bahunya. Dana mengangkat lagi pinggulnya sedikit, sambil
bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kukatakan bahwa
aku juga sangat menginginkannya.
Setelah memintaku untuk menahan sakit sedikit, dengan
perlahan tapi pasti, Dana menekan pinggulnya. Dia memasukkan kontolnya sedikit
demi sedikit.
Kepalaku terangkat ke atas menahan sakit. Dana segera
menghentikan usahanya saat melihatku meringis. Dia menatap mataku lagi, meminta
persetujuan.
Meski ada setitik air mata disana, tetapi sambil
tersenyum, aku menganggukkan kepala. ”Lakukan... sayang!” bisikku lirih.
Mengangkat pinggulnya sedikit, Dana kemudian menekannya
lagi pelan-pelan. Saat aku sudah tidak menolak, dia lalu mendorongnya kuat-kuat.
”Heggkkhhh...” aku mengerang keras sambil menggigit kuat
bahunya. Kelak, bekas gigitan itu baru akan hilang setelah beberapa hari.
Akhirnya, setelah melewati perjuangan keras dan
menyakitkan, seluruh batang Dana berhasil masuk ke dalam lubang memekku. Dia
tampak bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasnya. Dana menciumi
bibirku dengan mesra, dan menyeka butir air mata yang mengalir dari sudut mataku.
Aku membuka mata. Sebagai istri, aku juga bahagia. Di balik
rasa sakit yang kualami, aku juga telah berhasil mempersembahkan satu-satunya
milikku yang berharga pada suamiku.
Setelah rasa sakitku sedikit mereda, perlahan Dana menarik
keluar kontolnya, lalu menekan lagi, ditarik lagi, ditekan lagi, begitu terus
berulang-ulang, tapi tetap dalam tempo pelan, takut membuatku kesakitan. Baru
setelah memekku bisa menerima kehadiran kontolnya, dia melakukannya dengan
sedikit cepat.
Setiap Dana menekan masuk, aku mendesah. Dan kali ini
bukan lagi rintihan penuh kesakitan, tapi desisan dari rasa nikmat yang amat
sangat yang menyerang memekku saat kontol kaku Dana menggesek cepat
permukaannya yang hangat dan lembut. Menimbulkan rasa nikmat tiada tara yang
baru kali ini kurasakan. Rasanya lebih nikmat dari sekedar jilat atau petting. Rupanya,
beginilah kenikmatan persetubuhan yang sebenarnya. Oughhh... aku menyukainya.
Kurasa, aku bisa ketagihan dan tergila-gila dibuatnya.
Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami
berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepalaku
mulai membanting ke kiri dan ke kanan, seiring kontol Dana yang mengocok lubang
memekku semakin cepat.
”Oughhhh... Sshhhh...” aku merintih. Kupeluk erat tubuh Dana
sambil sesekali kukuku menancap di punggungnya.
Pijitan dan jepitan erat memekku membuat Dana jadi tidak
tahan lagi. Sambil menancapkan batang kontolnya dalam-dalam, ia pun menyemburkan
spermanya banyak-banyak ke dalam rahimku. Dana kalah kali ini. Dia memeluk dan
menciumi wajahku yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih.
Mataku yang bening indah menatapnya bahagia. Meski tidak
sampai orgasme, tapi aku sangat puas bisa mempersembahkan milikku yang paling
berharga kepadanya.
Dana menambahkan, ”Aku titip padamu, jaga baik-baik anak
kita bila benih itu tumbuh nanti.”
Aku mengangguk mengiyakan. Kami baru sadar bahwa kami
lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi
benih yang akan tumbuh itu.
Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena
selaput daraku cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus sampai ke
kasur. Itu akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.
Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat
beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Entah berapa kali, tapi
yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu, Dana
berhasil membawaku orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Dia yang sudah
kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, hingga akhirnya
dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat
sangat...
***
Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang
lucu-lucu. Tapi gairah dan nafsu kami seperti tidak pernah padam. Dalam usia
kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali
seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam. Nafsu yang
didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia,
begitupun yang kurasakan dari dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar