Sabtu, 07 November 2009

Titi

Siang itu entah kenapa, Titi yang tertidur setelah menyusui Andra,
anaknya yang baru berumur satu tahun di kamarnya sepertinya mendengar suara
aneh dari ruang tamu. Ia segera bangun merapikan jilbab dan pakaian
dinas PNS-nya yang belum sempat diganti ketika pulang mengajar kemudian
mengintip apa yang terjadi. Dengan membuka tirai kamarnya sedikit ia
dapat melihat ke ruang tamu yang berada di depan kamarnya. Rupanya di
ruang tamu ada seseorang bertopeng yang sedang berusaha masuk ke rumahnya
melalui jendela depan. Pasti orang itu ingin merampok, pikir Titi
melintas dalam otaknya. Ia segera menyambar tas kerjanya dan mencari
handphonenya, tapi ia terkejut ketika mengetahui handphonenya mati karena waktu
pulang dari SD tempatnya mengajar ia berencana meng-charge-nya di
rumah. Sialnya lagi ia lupa mengunci kamarnya, ketika ia mendekat ke pintu
kamar untuk menguncinya, daun pintu sudah dibuka dari luar. Sekarang di
depan pintunya telah berdiri seseorang bertopeng yang menggenggam
pisau dan bersiap mengancamnya.
'Jangan bergerak atau kau dan anakmu ku bunuh!!' gertak si perampok.
'Jangan sakiti anakku, ambil saja apa yang benda yang kamu mau, tapi
jangan sakiti anakku' seru Titi gugup dengan wajah ketakutan. Ia segera
mengendong Andra yang masih tertidur ke dalam dekapannya.
'Kalau mau selamat turuti kata-kataku' kata si perampok.
'Taruh saja anakmu di kasur, kau ikut aku' lanjut si perampok.
Dengan ketakutan Titi menuruti perintah si perampok, ia kembali menaruh
anaknya kembali di tempat tidur, sepertinya anak tersebut tidak
terganggu dengan suasana rumahnya yang mencekam. Jantung Titi terasa
berdebar-debar menghadapi situasi yang menegangkan itu. Tiba-tiba siperampok
menariknya keluar kamar tidur lalu membawanya menuju ruang tamu kemudian
melemparkan tubuh Titi ke sofa. Titi yang tidak dapat berjalan cepat
karena rok panjang yang dikenakannya sampai mata kaki akhirnya
terjerembab ke sofa. Perampok itu menarik jilbab panjangnya sehingga wajah Titi
mendekat ke mukanya. 'Jangan macam-macam kalau mau selamat' gertak si
perampok. Tak terasa karena menahan ketakutan yang sangat air mata Titi
yang sejak tadi berkaca-kaca mulai membasahi pipinya, wajahnya yang
cantik di usia 26 tahun itu menunjukkan ketakutan yang amat sangat.
Perampok itu kemudian menyumpal mulut Titi dengan taplak dan mengikat tangan
dan kakinya dengan tali yang dibawanya. Dalam keadaan terikat tubuh Titi
di masukkan ke dalam kamar tamu lalu dikunci. Dari dalam kamar tamu
itu Titi dapat mendengar perampok itu seperti mencari sesuatu di
rumahnya. Terlihat beberapa kali bayangan perampok itu mondar-mandir di depan
pintu kamar tamu.Pikiran Titi berkecamuk memikirkan apa yang akan
dilakukan perampok dengan dirinya dan anaknya. Ia sudah memasrahkan bila
harta bendanya di ambil perampok itu. Tak lama kemudian pintu kamar tamu
terbuka, si perampok masuk dengan membawa segelas air.
'Minum sampai habis' perintah perampok itu sambil membuka sumpalan
mulut Titi.
'Apa ini?' tanya Titi, 'Minum!!!...Abisin!!!' hardik si perampok.
Karena takut Titi akhirnya terpaksa meminum air di dalam gelas itu
sampai habis. Ia memang merasa haus ketika dikurung di dalam kamar tamu.
Entah air apa itu, rasanya seperti mencekik tenggorokannya, dan membuat
kepala pusing. Titi pun tak sadarkan diri.

Titi terbangun dan mendapati dirinya berada di atas kasur dan kaki
tangannya sudah bebas dari ikatan. Ia pun segera berlari ke kamarnya, di
dalam kamar ia melihat anaknya masih tidur dengan nyenyaknya. Pikirannya
bingung dengan keadaan ini, ia segera membuka lemari tempat ia
menyimpan perhiasan, ia terkejut melihat perhiasannya masih ada di tempatnya
dan dalam keadaan utuh. Apakah tadi ia benar-benar di rampok atau ia
hanya tertidur di kamar tamu, otaknya menjadi pusing memikirkan banyak hal
sekaligus. Setelah berusaha menenangkan dirinya Titi pun berniat keluar
rumah sambil membawa anaknya. Tapi langkahnya urung ketika dari sudut
matanya ia melihat sesosok bayangan di belakangnya. Ternyata bayangan
itu adalah si perampok. Perampok itu menarik jilbab Titi sehingga
kepalanya tertarik kebelakang. Belum sempat Titi menyeimbangkan posisi
berdirinya yang agak susah karena rok panjang, tiba-tiba ia merasakan
mulutnya dibekap dengan sangat kencang sehingga ia kesulitan bernapas.
"Diam, atau kamu mati!" Titi tidak dapat berbuat apa-apa selain
mematuhi perintah itu. Perampok itu kembali membawa Titi ke kamar tamu lalu
mendudukkannya di kursi. Perampok itu mendekat dan mulai melepaskan
kancing baju Titi hingga bagian depan tubuh Titi terbuka dan memperlihatkan
buah dada berukuran 32 B. Sejenak perampok itu memandangi buah dada
Titi yang tertutup oleh BH putih berenda. Perampok itu meraba-raba buah
dada Titi yang masih tertutup BH itu, tangan kasarnya segera dapat
menemukan kedua puting susu dan menariknya dengan sangat kuat. Titi menjerit
kecil ketika merasakan sakit pada puting susunya. Kepalanya yang
ditutupi jilbab bergerak tak karuan melampiaskan kesakitannya.

Tapi apa lacur? Perlahan-lahan Titi merasakan sakit pada puting susunya
berkurang dan ia merasakan perasaan aneh dari dalam dirinya. Didalam
pikirannya Titi merasa melayang-layang dan merasakan suatu hal yang
sangat indah. Hatinya juga merasakan sesuatu hal yang indah dan merasa
berbunga-bunga. Tanpa Titi sadari ia tersenyum kepada si perampok.Si
Perampok membalas senyuman Titi, karena ia tahu bahwa obat perangsang yang
sangat kuat yang ia minumkan kepada Titi telah bereaksi. Perampok itu
kemudian mendekat dan membelai-belai jilbab Titi. Karena pengaruh obat
perangsang Titi lupa bahwa ia merupakan korban perampokan, dan sebentar
lagi akan menjadi korban pemerkosaan, akal dan pikirannya telah mati dan
remasan serta jepitan perampok pada puting susunya telah membangkitkan
nafsunya ya..birahinya telah keluar dengan sangat menggebu-gebu, lupa
bahwa ia seorang guru agama pada sebuah sekolah dasar negeri, bahwa ia
seorang muslimah yang berjilbab. Titi sudah tak kuasa lagi menahan
birahinya yang meledak-ledak ingin dipuaskan. Dengan napas memburu penuh
nafsu Titi mendekatkan wajahnya ke arah si perampok ketika jilbabnya
ditarik ke atas. Ketika si perampok menarik jilbabnya lebih mendekat
bibirnya segera mencium bibir Titi yang merekah menahan birahi, Titi membalas
ciuman si perampok, dia tidak bisa menahan gelombang birahi yang
menerpanya, terlebih saat itu tangan perampok sedang menggerayangi segenap
penjuru tubuhnya. Kedua telapak tangan perampok itu berhenti di pantat
Titi dan masing-masing mencaplok satu sisi. Dirasakannya kedua bongkahan
daging itu, bentuknya padat berisi dan bulat indah karena memang
berasal dari kalangan berada, Titi merawat benar tubuhnya dengan fitness dan
diet. Ciuman perampok makin merambat turun ke leher jenjangnya setelah
melampirkan jilbab Titi ke belakang lalu dia membungkukkan badan agar
bisa menciumi payudara Titi yang BHnya telah dilepaskan. Titi sudah
tidak bisa menahan diri lagi, birahi telah membuyarkan akal sehatnya.
Dijilatinya dengan liar hingga permukaan payudara itu basah oleh ludahnya,
terkadang dia juga menggigiti putingnya memberikan sensasi tersendiri
bagi Titi. Tangan satunya turun meraba-raba rok panjang korbannya dan
berusaha membukanya. Titi seperti mengerti kemauan si perampok, ia
kemudian berdiri dan membuka resleting roknya diikuti rok dalemannya dan tak
lama kemudian terpangpanglah paha dan kaki mulusnya, kemaluannya masih
ditutupi oleh CD putih berenda.

Kemudian si perampok membuka resulting celananya dan menyembullah penis
yang sudah mengeras itu di depan wajah Titi. Matanya melotot melihat
penisnya yang hitam berurat dengan ujungnya disunat menyerupai jamur
serta jauh lebih besar daripada milik suaminya.
“Gede kan Sayang, pasti punya suamimu ga segede gini kan !” katanya
dengan bangga memamerkan senjatanya itu. “Nah, ayo sekarang servisnya mana
!”
Titi tersenyum memandangi penis si perampok lalu dengan tangan dia
mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan. Si perampok menarik jilbab
Titi agar wajahnya mendekat ke penis perampok.
“Servis mulutnya mana Sayang, masa cuma tangan doang sih !” suruhnya
tak sabar
Kembali Titi tersenyum, pelan-pelan memajukan wajahnya sambil memandang
penis perampok, dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya
pada kepala penis itu dengan ragu-ragu, karena Titi belum tahu caranya
melakukan oral sex seperti keinginan si perampok, sehingga perampok pun
menjadi gusar.
“Heh, apa-apaan sih, disuruh pake mulut malah cuma pake lidah
disentil-sentil gitu !” bentaknya “gini nih yang namanya pake mulut !” seraya
menjambak jilbab Titi dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya.

“Mmmhhppphh…!!” hanya itu yang keluar dari mulut Titi yang telah
dijejali penis. Mulut Titi yang mungil itu membuatnya tidak bisa menampung
seluruh batang itu, ia sangat menikmati sex gaya barunya tersebut.
“Ayo, yang bener nyepongnya, nah kaya' gitu, kamu cepat belajar Say,
pantes murid-murid kamu cepat pintarnya diajarin kamu”
Perampok mendesah merasakan belaian lidah Titi pada penisnya serta
kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya.
“Uuhhh…gitu dong Say, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala
Titi yang masih ditutupi jilbabnya dan memaju-mundurkan pinggulnya.
Titi merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir
perampok yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin
berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit
lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai perampok menekan kepalanya
sambil melenguh panjang.
“Ooohh…keluar nih Say, isep…isep...jangan dimuntahin, sekalian bersihin
tongkolnya !” perintahnya dengan nafas memburu.
Cairan putih kental itu menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tidak
mau, Titi harus menelannya, rasanya yang asin dan kental itu
membuatnya hampir muntah sehingga tersedak. Beberapa saat kemudian barulah
semprotannya melemah dan berhenti. Titi langsung terbatuk-batuk begitu
perampok mencabut penis itu dari mulutnya. Nafasnya terengah-engah mencari
udara segar, Titi baru saja lulus dalam ujian blow job pertamanya. Si
perampok terus saja menahan memegangi jilbab Titi agar wajahnya tetap di
depan penisnya

“Sudah…cukup Sayang...” Titi menggoda si perampok.
“Cukup apanya Say, baru juga pemanasannya, pokoknya dijamin puas deh!”
ujar perampok sambil berjongkok di depannya, tangannya meraih ujung
baju Titi hendak menyingkapnya.
“Jangan cepat-cepat Say...” ucapnya mengiba sambil mengerdipkan matanya
ke arah perampok yang akan menaikkan bajunya.
Tangan si perampok menyingkapkan baju dinas yang Titi kenakan, kemudian
melepaskan baju itu dari pemiliknya. Tinggallah Titi hanya mengenakan
jilbab putihnya seluruh pakaiannya telah dilucuti, keringat masih
membasahi kulit putihnya yang tak terlindungi lagi.Kini mulut perampok
dengan rakus menjilat dan menyedot puting Titi yang merah dadu itu, setelah
beberapa saat tangannya yang menggerayangi payudara yang lain mulai
turun ke bawah mengelus paha mulusnya lalu menjejahi kemulusan paha dalam
Titi sebelum akhirnya menjamah selangkangannya yang tertutupi rambut
yang tercukur rapi.

Titi terlihat senang menerima perlakuan itu, dia mendesah saat tangan
itu mulai meraba-raba kemaluannya dari luar. Rasa geli membuatnya
mengatupkan kedua belah pahanya sehingga tangan perampok terjepit diantara
kemulusan kulitnya. Hal ini membuatnya semakin bernafsu, dia mulai
menyusupkan jari-jarinya melalui pinggiran vagina dan menyentuh bibir
vaginanya yang telah becek.
“Hehehe…jilbaban asik-asik aja yach dient*t” ejeknya sambil nyengir
lebar ketika merasakan daerah kewanitaan Titi yang basah itu. Titi hanya
mengangguk-angukkan kepala yang masih ditutupi jilbab putih.
“Buka kakinya Say !” perintahnya pada Titi sambil mengelus-elus
jilbabnya karena keasikan di oral Titi merapatkan pahanya.
“Ayo buka … !” katanya lagi dengan lebih keras.
Dengan perlahan-lahan, Titi mulai membuka pahanya dan memperlihatkan
kemaluannya yang berbulu cukup lebat tapi tertata rapi kepada perampok
yang berjongkok di depannya. Dia menggigit bibir dan memejamkan mata, tak
pernah terbayang olehnya akan melakukan hal ini di depan lelaki
seperti itu.

“Wah…ternyata ibu gak cakep mukanya aja, memiawnya juga !” katanya
sambil menatapi daerah pribadi itu dan mengelusnya. Tak lama kemudian
perampok pun melumat vaginanya dengan ganas, diserangnya setiap sudut vagina
itu mulai dari bibir hingga klitorisnya disertai gigitan-gigitan kecil,
tangan kanannya meraih payudaranya dan meremasinya, sedangkan yang
kiri menelusuri kemulusan pahanya.
“Uh…ah...uhh…ah, ahhh… !” desah Titi dengan tubuh menggeliat-geliat
menahan rasa geli yang bercampur nikmat luar biasa itu, suatu perasaan
yang tidak bisa ditahan-tahannya lagi.

Tubuh Titi telah basah oleh keringat, wajahnya yang memerah tampak
makin menarik dan serasi dengan jilbab putih yang dikenakannya dan nafasnya
makin memburu. Mendadak dia merasakan bulu kuduknya merinding semua,
secara reflek dia merapatkan kedua pahanya mengapit kepala perampok
karena sebuah sensasi dahsyat, ternyata perampok membenamkan lidahnya pada
bagian yang lebih dalam dari vaginanya, dia merasakan dinding vaginanya
menjepit lidah si perampok. Selain itu dia juga merasakan putingnya
makin mengeras karena terus dipilin dan dipencet-pencet oleh perampok.
Air susunya pun tak henti-hentinya diisapi si perampok. Puas bermain-main
dengan vagina itu, si perampok mengangkat tubuh Titi bangkit berdiri,
kini posisi mereka berhadap-hadapan. Sesaat kemudian, perampok sudah
menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama
kecepatannya makin meningkat. Titi benar-benar tidak kuasa menahan
erangan setiap kali penis perampok menghujam ke dalam vaginanya, gesekan
demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan
rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Titi sehingga matanya
membeliak-beliak dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan rintihan. Perampok lalu
mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat
Titi sambil terus menggenjot.

Menit demi menit berlalu, perampok masih bersemangat menggenjot Titi.
Sementara Titi sendiri kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang
sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah si
perampok. Kemudian tanpa melepas penisnya, dia mengangkat paha Titi yang
satunya dan digendongnya menuju kursi meja rias dimana dia mendaratkan
pantatnya. Anehnya, tanpa disuruh, Titi memacu dan menggoyangkan pinggulnya
pada pangkuan perampok karena kini bukan lagi pikiran dan perasaannya
yang bekerja melainkan naluri seksnya. Ketika memandang ke depan,
dilihatnya wajah perampok yang masih tertutup topeng itu sedang menatapnya
dengan takjub. Dengan posisi demikian, si perampok dapat mengenyot
payudara Titi sambil menikmati goyangan pinggulnya. Kedua tangannya meraih
sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya
secara bergantian. Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar
menyebabkan Titi merintih kesakitan. Namun dia merasakan sesuatu yang lain
dari persenggamaan ini, lain dari yang dia dapat dengan suami tercintanya,
gaya bercinta perampok yang barbar justru menciptakan sensasi yang
khas baginya yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Di ambang klimaks,
tanpa sadar Titi memeluk perampok dan dibalas dengan pagutan di
mulutnya. Mereka berpagutan sampai Titi mendesis panjang dengan tubuh
mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh perampok. Sungguh
dahsyat orgasme pertama yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia
dapat dari suaminya melainkan dari seorang perampok mesum yang
memanfaatkan situasi tidak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya
kembali melemas dan bersandar dalam pelukan perampok.

Rupanya penis perampok yang masih menancap di vaginanya belumlah
terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu
terlepas dari tempatnya menancap. Titi yang belum pulih sepenuhnya
disuruhnya menungging dengan tangan bertumpu pada kepala kursi.
“Oohh…udah dong Say, aku sudah gak kuat, tolong !” Titi memelas dengan
lirih
Mendengar itu, perampok cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha
Titi dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah Titi dengan mencengkram sandaran kursi dengan
kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya. Tangannya memegang
dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang
sudah membanjir dari vagina Titi menimbulkan bunyi berdecak setiap kali
penis itu menghujam. Suara desahan Titi membuatnya semakin bernafsu
sehingga dia meraih payudara Titi dan meremasnya dengan gemas seolah
ingin melumatkan tubuh sintal itu. Limabelas menit lamanya perampok
menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Titi tidak ada yang
lepas dari jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara
perampok yang barbar, namun Titi tak bisa menyangkal dia juga merasakan
nikmat yang sulit dilukiskan yang tidak dia dapatkan dari suaminya.
Akhirnya, perampok menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam
dirinya, penisnya dia tekan lebih dalam ke dalam vagina Titi, serangannya juga
makin gencar sehingga Titi dibuatnya berkelejotan dan merintih.
Kemudian dia melepaskan penisnya dan cret…cret…cret, spermanya muncrat
membasahi pantat Titi. Belum cukup sampai situ, disuruhnya Titi menjilati
penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai
kembali celananya. Titi bersimpuh di lantai dengan menyandarkan kepala dan
lengannya pada kursi itu, wajahnya yang berjilbab tampak lesu
berkeringat dan badannya merasa keletihan yang sangat, dalam hatinya berkecamuk
kepuasan yang sensasional ini. Tak lama kemudian karena kelelahan Titi
merasa mengantuk.
***
Keadaan telah malam, ketika Titi tersadar dari tidurnya, ia menajamkan
matanya untuk memperhatikan keadaan sekitarnya, dilihatnya Andra masih
tertidur di atas dadanya yang terbuka anak itu tertidur dengan masih
mengenyot puting susu ibunya. Setelah memindahkan anaknya agar tidur
dengan lebih nyaman, Titi merasakan seluruh tubuhnya terasa nyeri dan lemas
sekali, seperti habis bekerja berat. Ia menuju ke arah lemari pakaian
untuk mengganti pakaiannya yang dari tadi pagi belum dia ganti dan agak
kusut kelihatannya, ia terkejut ketika membuka baju dinasnya,
disekujur badan atasnya terlihat bekas-bekas gigitan dan isapan-isapan yang
tersebar di sekitar dada dan perutnya. Dengan perasaan was-was Titi segera
membuka seluruh pakaiannya dan terkejutlah ia melihat banyaknya
bekas-bekas gigitan dan isapan-isapan yang tersebar di seluruh tubuhnya. Ia
melihat ke kaca rias sambil meraba bekas-bekas bekas-bekas gigitan dan
isapan-isapan di sekitar payudaranya, tiba-tiba ia tersenyum dengan
penuh arti. Buru-buru ia menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya sambil
memeriksa bekas-bekas gigitan dan isapan-isapan yang tersebar di
tubuhnya. Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya Titi dengan masih
mengenakan handuk yang membelit dari dada hingga pahanya, Titi kembali
rebahan di samping anaknya yang masih tertidur pulas.
Dini hari keesokannya daerah tempat tinggal Titi geger, suami Titi yang
baru pulang dari dinas luar kotanya menemukan lemari tempat menyimpan
uang telah ludes isinya begitu juga dengan kotak perhiasan dan benda
berharga lainnya. Istrinya Titi tidak ingat ada perampok yang masuk ke
dalam rumahnya dan memang polisi tidak menemukan kerusakan pada pintu dan
jendela rumah tersebut. Akhirnya Titi dibawa ke kantor polisi terdekat
untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tapi Titi sama sekali
tidak sadar bahwa ia mengalami perampokan.
***

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar